🌻 Bab 5 🌻

3.9K 637 38
                                    

Sorotan cahaya matahari menginterupsi dua sejoli yang berada dalam selimut yang sama. Seolah tidak ingin melepaskan wanitanya, Agam semakin menarik tubuh itu dalam dekapan. Terasa begitu berbeda tidak seperti biasanya ia memeluk Mesya. Banyak perubahan, seperti pelukan yang semakin melebar dan harum rambut Mesya yang tidak bisa Agam kenali. Agam mulai menyipitkan mata, melonggarkan pelukan untuk menatap wanita yang sedang bersamanya; telanjang di balik selimut.

Ketika ruh nya sudah terkumpul sempurna bersama kedua mata yang bergerak untuk melihat si cantik yang tertidur di dadanya, Agam malah mendapatkan sesuatu yang mengejutkan. Refleks lelaki itu tersentak dengan apa yang ia temukan di depan wajahnya. 

Gadis berwajah tidak sama dengan Mesya. Agam sangat yakin, dia bukan lah Meisya. Dengan cepat Agam mendorong tubuh Jenar dengan kasar hingga membuat wanita itu sedikit terusik dari tidurnya. 

Agam menyentuh keningnya tak percaya lalu kembali memperhatikan lagi wajah wanita itu. Jika tak salah dia wanita semalam yang di rundung oleh segerombolan gadis di desa ini. Kenapa dia ada di sini dan tidur bersamanya? Apa dia sengaja melakukan hal menjijikkan seperti ini untuk menjebaknya? Sialan!

“Kenapa kamu ada di kamarku?!”

Suara dingin Agam menggema di ruangan. Tadinya Jenar ingin tidur lebih banyak karena tubuhnya begitu kelelahan, tetapi suara lelaki itu begitu mengganggu. Tunggu? Kenapa ada suara lelaki? Kenapa tubunya terasa dingin? Dan masih banyak keanehan yang di rasakan Jenar, dengan mata setengah menyepit Jenar melihat tubuh telanjang seseorang lelaki ada di depannya, detik selanjutnya Jenar tidak bisa mengendalikan bola matanya untuk tidak terbelalak lebar. Lebih parah keanehan yang dirasa Jenar ternyata adalah mimpi buruk, tubuhnya kini terbaring tanpa sehelai benang di dalam selimut yang sama dengan lelaki itu. 

“Astagfirullah kenapa saya ada di sini?” tanya Jenar tak kalah panik. Ia segera menarik selimut untuk menutupi tubuhnya mengakibatkan Agam yang masih menyembunyikan aset berharganya dalam selimut, terpental lalu jatuh dari atas ranjang. 

Ringisan Agam terdengar. Tatapan lelaki itu langsung tertuju ke arah Jenar. Menyiratkan ketidak sukaan. Berusaha meraih bantal untuk menutupi asetnya yang berharga. 

“Seharusnya saya yang bertanya. Kenapa kamu bisa ada di sini?"

Jenar tidak tahu harus menjelaskan kejadian ini dari mana, tubuhnya mulai bergetar penuh ketakutan, tangannya mengerat di ujung selimut. Mencoba kembali mengingat kejadian semalam. Jenar hanya ingat ia di cekoki minuman aneh oleh Indah lalu ia berpikir bahwa ia sudah menemukan rumah pakdenya. Setelah itu Jenar tidak mengingat lagi hal apapun.

“Ma-maafkan saya Tuan. Saya tidak tahu kenapa bisa ada di sini? Semalam saya dikasih minuman aneh sama Indah dan teman-temannya. Kepala saya pusing, saya mencoba untuk mencari jalan pulang. Saya kira rumah ini adalah rumah pakde, saya benar-benar tidak tahu rumah ini punya Tuan, maafkan saya.”

Melihat keluguan Jenar membuat Agam terdiam. Sepertinya ucapan Jenar ada benarnya. Wanita ini tidak terlihat seperti sengaja melakukan ini, dari gelagat Jenar yang bergetar ketakutan bersama air mata yang lolos di pipinya. Bisa di simpulkan bahwa wanita ini memang tidak berbohong. Agam menghela napas berat, ia memijit pelipisnya yang terasa berdenyut. Efek alkohol malah membuat Agam semakin pusing saja. Salahkan semalam dia juga mabuk hingga tak sadar ia sudah meniduri wanita lain.

“Sekarang kamu masuk kamar mandi dan pakai pakaianmu kembali. Kita bicarakan hal ini setelah kita berpakaian.”

Jenar langsung mengagguk menyetujui perintah Agam. Berlari ke arah kamar mandi sambil menyeret selimut yang masih melekat membungkus tubuhnya.

***

Ruangan kamar Agam kini terasa mencekam. Jenar beberapa kali mengatur resah di hatinya saat melihat ekspresi Agam yang sangat tidak menyukai kejadian ini.

“Saya langsung ke intinya saja," ucap Agam memulai percakapan. "Kejadian semalam adalah kecelakaan. Kita sama-sama tidak sadar dengan apa yang sedang kita lakukan. Saya harap kamu mengerti agar tidak meminta pertanggung jawaban dari saya. Saya akan memberikan uang ganti rugi karena sudah merenggut keperawanan mu. Tetapi jika kamu meminta untuk dinikahi. Maaf, saya tidak bisa, saya sudah memiliki tunangan. Saya tidak mungkin meninggalkan tunangan saya dengan menikahi kamu.”

Jenar sudah tahu ini akan menjadi sebuah kesalahan besar untuk hidupnya. Mau seberapa baik hati lelaki ini jika sudah menyangut berurusan dengannya lelaki mana pun pasti tidak akan sudi menikahi wanita seperti dirinya. Terlebih Jenar juga tidak akan menuntut apapun. Ini murni sebuah kesalahan. Jadi tidak mungkin ia menuntut pertanggung jawaban pada Agam atas kesalahan fatal yang sudah ia lalukan.

Senyuman Jenar terlihat sedih. “Saya tidak akan menuntut apapun. Saya tau Tuan orang baik. Semua terjadi karena kesalahan saya yang salah masuk rumah. Tuan bisa lupakan kejadian ini. Karena saya pun akan melupakannya.” 

Jenar bangkit berdiri dari duduknya. “Kalau begitu saya permisi. Saya takut pakde mencari saya karena semalam tidak pulang.”

Agam terlihat ikut berdiri. Rasa bersalah mulai merayap dalam hati lelaki itu. Tetapi Agam tidak bisa mempertanggung jawabkan masalah ini karena ia mencintai Mesya ia tidak bisa menikahi wanita lain selain Mesya.

“Kamu yakin tidak akan mengambil uang ganti rugi?”

Jenar menggeleng. “Saya tidak mau Tuan. Tuan tenang saja saya akan menutup rapat kesalahan ini dari siapapun.”

Helaan napas Agam terdengar sedikit lebih tenang. Lelaki itu mengangguk lalu meraih sebuah kertas dan menuliskan beberapa angka di sana lalu menyerahkan kertas itu pada Jenar.

“Jika terjadi sesuatu kamu bisa menghubingiku kapan saja, aku pasti akan membantu.”

Sedikit ragu namun Jenar tetap mengambil uluran kertas tersebut, menatapnya sejenak. Jika dia hamil hasil kesalahan semalam bagaimana ia akan meminta pertolongan pada Agam? Pakdenya pasti akan sangat kecewa padanya. Orang-orang di desa ini pasti akan mengusirnya kerena aib yang Jenar tanggung. Jenar berharap semoga tidak akan ada yang tumbuh di dalam rahimnya. Agar semuanya baik-baik saja.

“Baik Tuan. Saya pemisi.”

Langkah Jenar mulai keluar dari lingkup kamar penginapan yang di tempati Agam. Lelaki itu masih saja menatap Jenar dengan tatapan penuh rasa bersalah. Agam sangat tahu ia telah menghancurkan masa depan wanita itu. 

Dari darah yang membercak di spreinya adalah bukti bahwa ia lah yang pertama untuk Jenar. 

Agam menjambak rambutnya frustrasi. 

Sialan! Kenapa semuanya jadi seperti ini?

Bersambung...

Ramaikan dengan vote & komen yg banyak. ❤️❤️❤️

Follow ig @irieasri untuk melihat spoiler part selanjutnya.

Stay With MeWhere stories live. Discover now