13. AZAZEL

49 29 29
                                    

═════ೋ♡ۣۜۜ፝͜͡͡♡ೋ═════
ଘ ❲HAPPY READING❳ ଓ
═══ೋ♡ۣۜۜ፝͜͡͡♡ೋ═══

 "KEN!" teriak seorang laki-laki dari kejauhan. Kenzie menyipitkan matanya, wajah sang pemanggil tak begitu jelas dikarenakan efek malam hari.

"Siapa?" tanya Selia sembari mengikuti arah pandang Kenzie. Kenzie menggedikan bahunya, suara itu seperti taka sing ditelinganya, rasanya ia sering mendengarnya.

Laki-laki itu mulai datang mendekati keduanya, matanya melirik kearah Selia lalu beralih menatap Kenzie, seolah menanyakan siapa gadis itu.

Kenzie memijat pelipisnya, matanya memejam menahan sesuatu. "Lo kenapa kesini?" tanya Kenzie.

Lelaki itu menyugar rambutnya kemudian menyomot asal jagung bakar yang ada di tangan Selia. "Gue bosan di neraka." jawabnya enteng tanpa beban. Kenzie melotot kearah Azazel, takut nanti Selia akan curiga kepada mereka.

Selia menganga menatap Azazel. "Hah? Becandaan lo aneh bener, mana ada manusia yang mau di neraka." Ujar Selia lalu terkekeh pelan. Sedangkan Kenzie menghela nafas pelan.

"Lah dikira gue becanda?" sahut Azazel sembari menunjuk dirinya sendiri. "Ahh... sakit bego!"

"Diem lo! Ganggu aja orang lagi pacaran."

Azazel menganggukan kepalanya. "Jadi ini manusia yang bikin lo betah disini?" tanya Azazel sembari menatap lekat Selia.

Tak!

"Mata lo gak usah gitu." Selia sama sekali tak menghiraukan keduanya, makanan di depannya jauh lebih penting. "Ikut gue!" titah Kenzie lalu menyeret Azazel untuk menjauh dari penglihatan Selia.

"Kalem aja sih, gue cuma penasaran." Azazel menepis kasar tangan Kenzie. "Beelzebub... lo tau kan waktunya tinggal sedikit?" lanjut Azazel sembari menepuk pundak Kenzie, kemudian menghilang begitu saja.

"Sialan." Kenzie mengacak-acak rambutnya kasar. "Tau gini mending gue mati." dumel Kenzie lalu berjalan ke tempat Selia.

"Kenyang?" tanya Kenzie sambil tersenyum sebisa mungkin. Dirinya tak ingin Selia curiga. Selia mengangguk sembari celingukan mencari sesuatu.

"Temen mu?"

Kenzie yang faham maksud gadisnya hanya menggedikkan bahunya. "Habisin dulu bakso nya, setelah itu kita pulang."

"Loh, kok cepet sih. Masih jam 8 loh."

"Angin malam gak baik," Selia mengangguk pasrah, ketika ia hendak kembali makan ia melihat sosok Azazel yang berdiri di bawah pohon, tapi setelah diperhatikan sosok itu menjelma menjadi makhluk yang menyeramkan. Selia menganga ditempat.

Matanya ia tutup lalu memukul pipi nya pelan. "Halu nih gue."

"Kenapa?"

Selia mengalihkan pandangannya pada Kenzie. "Hah?" Selia menunjuk kearah pohon kelapa yang ada di seberang jalan. "Loh kok ilang sih."

***

Langit berjalan menyusuri lorong-lorong kampus, sesekali membalas sapaan. Langit memang ramah kepada siapapun itu. "LET! TUNGGU!" teriak Langit.

Violet menghentikan langkahnya kemudian menoleh, mencari manusia yang memanggilnya. "Selia kemana?"

Violet menggedikkan bahunya. Disangka dirinya orang tua Selia gitu? Bisa tau kapan pun dan dimanapun Selia berada. Cenayang dong jadinya. "Gak tau, bye ganteng." ucap Violet sembari mecolek dagu Langit, sifat centilnya memang tak bisa di hilangkan sekalipun dirinya memiliki kekasih.

"AHHH!!" teriakan para gadis yang menyaksikan tindakan Violet. Langit sudah biasa di colek-colek Violet. Mungkin tak lama lagi Langit akan menjelma menjadi sabun colek.

"Lah gue yang nyolek, kok mereka yang histeris." Violet terekekeh pelan kemudian berjalan meninggalkan Langit.

"Selia kemana ya." Langit mengedarkan pandangannya ke seluruh sisi kantin. Badan Selia yang cukup mungil membuatnya 2 kali lipat ekstra teliti.

"Bang! Nyari apa lo."

Langit memejamkan matanya sebentar, punya adek kebiasaan banget muncul tiba-tiba udah kek dedemit. "Nyari emas!" ketus Langit asal kemudian meninggalkan Angin sendiri.

"Langit kenapa, Ngin?" tanya Selia yang baru saja datang. Angin menggedikkan bahunya tanda tak mengerti. "Yaudah jadi di ajarin gak?" tanya Selia sembari mengangkat buku tebal ditangan kanannya.

"Jadi dong! Ayok ke perpustakaan." ajak Angin. Berhubung Selia satu jurusan sekaligus satu angkatan dengannya jadi Angin tak perlu pusing-pusing mencari jawaban dari tugas-tugasnya.

"Bentar, Ngin. Gue angkat telepon dulu." Angin mengangguk lalu berjalan masuk duluan.

Selia

"Lo dimana, Sel?"

"Perpustakaan sama, Angin. Kenapa?"

"Heh! Ngapain lo sama tuh curut?"

"Ngerjain tugas."

Langit mendumel saat Selia mematikan telepon nya sepihak. "Perasaan tadi gue yang nyariin Selia, malah Angin yang ketemu duluan, apes banget gue. Udah saingan sama lakik nya, sekarang sama adek gue sendiri."

***

Kenzie menyembulkan kepalanya di pintu apartemen Selia sembari mencari keberadaan gadisnya. Sudah lewat seminggu Selia tidak masuk kerja, bahkan walau mereka satu gedung apartemen tak membuat keduanya bertemu. Mulai dari Selia yang di sibukkan dengan tugasnya, dan juga makin hari kafe Kenzie selalu penuh membuatnya keteteran.

Dan hari ini saat Selia masuk kerja keduanya disibukkan dengan peran masing-masing. Kenzie tak bisa terus-terusan begini. Persetan jika dia di anggap bucin tapi yang jelas saat ini juga Kenzie butuh pelukan hangat dari gadisnya.

"AAAA SELIA!" teriak Kenzie sambil duduk di sofa. Tadi saat mereka pulang kerja Selia memintanya untuk mandi dulu, tapi sekarang? Gadis itu lenyap entah kemana. Kenzie menatap sekeliling apartemen Selia.

"SELIA! KELUAR GAK KAMU!" teriak Kenzie sekali lagi.

"Gak usah teriak ganteng. Ini apartemen bukan hutan." cibir Selia sembari membawa 2 piring nasi goreng beserta teh hangat lalu menaruhnya di atas meja.

Kenzie merentangkan kedua tangannya. "Sini dulu." Selia mengernyit. "Ishh, sini mau peluk." rancau Kenzie. Selia terkekeh pelan lalu menjulurkan tangannya kedepan. Kenzie menarik tangan Selia hingga gadis itu jatuh kedalam pelukannya. "Kanget." cicit Kenzie.

"Lepasin, Ken! Sesek nafas aku. Nanti mati gimana?" Kenzie melepasnya dengan rasa tak rela. Perasaan rindunya belum hilang sepenuhnya.

Saat Selia berdiri buru-buru Kenzie memeluk pinggang Selia. Selia memutar tubuhnya agar menghadap Kenzie. Mengelus-elus rambutnya. "Aku mau pipis, kamu makan dulu ya." Kenzie menggeleng tepat di perut Selia. "Geli, Ken!"

"Lepasin dulu nanti kalau aku pipis disini gimana?" tanya Selia.

Kenzie mendongak. "Yaudah pipis disini aja gak papa." jawab Kenzie asal. Selia mencubit pipi Kenzie gemas. "Iya-iya, cepetan mau peluk lagi." Selia mengangguk lalu pergi menuju kamar mandi.

Sembari menunggu gadisnya kembali Kenzie merebahkan badannya di sofa, fikirannya bercabang kemana-mana. "Apa bisa gue hidup tanpa, Selia?" tanya Kenzie pada dirinya sendiri.

Ditengah lamunannya Selia yang baru saja datang langsung mengecup pelan pipi Kenzie. "Mikirin apa?" tanya Selia disertai senyuman manisnya. Kenzie menggeleng pelan.

"Peluk lagi,"

"Makan dulu keburu dingin."

"Oke, tapi abis itu peluk lagi,"

"Iya sayang."

・✧▭▭▭✦◦✧◦✦▭▭▭✧ ・

Hai :)
makasih buat yang udah mampir
Jangan lupa vote, coment & follow
Maaf kalau banyak typo
See you next part:)

Petrichor [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang