10. LIONTIN

54 42 22
                                    

═════ೋ♡ۣۜۜ፝͜͡͡♡ೋ═════
*ଘ ❲ HAPPY READING❳ ଓ*
═══ೋ♡ۣۜۜ፝͜͡͡♡ೋ═══

"LET!!! LO NIAT MASAK GAK SIH?!" teriak Selia dari dapur.

Violet menepuk dahi nya pelan. "Mampus ayam gue."

"Apa by? Ayam kamu kenapa?"
tanya Arlon di seberang sana

"Gosong! Nanti jangan lupa kesini ya, ajak Langit, sekalian." ujar Violet lalu mematikan sambungan teleponnya.

"VIOLETT!"

"Apa, Sel?" sahut Violet.

"Kan udah gue bilangin, jangan ditinggalin ayam nya. Gosong kan jadinya." omel Selia sambil berkacak pinggang. Violet nyengir dengan tampang tak berdosa sambil mengangkat spatula di tangan kirinya.

"Ini juga, gimana gue mau angkat, spatula aja di bawa sampai depan. Gak sekalian wajannya lo bawa?"

"Arlon, tadi telvon. Maaf, Sel." cicit Violet. Tangannya sibuk menarik-narik tali apron Selia.

"Makan tuh ayam gosong!"

"Selia, gue masak lagi deh. Janji gak di tinggalin." bujuk Violet, tangannya sibuk menarik-narik kaos oversize milik Selia.

***

Baru saja hendak membuka pintu apartemen miliknya, Arlon segera menarik tangannya ke dalam apartemen yang berada di sebelahnya. "Lo ngapain sih? Gak liat gue capek abis kerja?" bentak Kenzie pada Arlon. Bukannya berhenti menarik Arlon malah semakin gencar untuk membawa Kenzie bersamanya.

"Lo duduk baik-baik sama, Langit!" ujar Arlon seolah paham akan protes yang akan keluar dari mulut Kenzie. Cowok dengan setelan jas berwarna biru laut dipadu dengan kemeja putih itu tampak menghembuskan nafasnya jengah, rasanya enggan untuk duduk satu ruangan dengan, Langit. Sedangkan Langit tampak tenang dan tak perduli dengan keadaan sekitar, tangannya sibuk mengetikkan entah apa pada ponselnya.

"By, harum banget. Sampai depan tau." ujar Arlon sambil melingkarkan tangannya pada perut Violet. Selia yang peka oleh kehadiran Arlon buru-buru pergi meninggalkan mereka menuju ruang depan.

"Ehh, bentar! Minggir, nanti kena minyak." panik Violet sembari memukul pelan tangan Arlon.

Arlon menggelengkan kepalanya. "Udah bisa masak ya?" tanyanya sembari mencium pipi Violet gemas.

Violet mengangguk antusias lalu menoleh kearah Arlon. "Nikah yuk!"

"Lagi skripsi, Jubaedah." ujar Arlon sembari menjitak gadisnya.

"Oh iya lupa. Maaf Junaidi."

"Nanti jual pop ice nangis." sindir Arlon sembari mencubit pipi Violet.

"Yaudah gak jadi skip, dari pada jualan pop ice."

"Kau yang ngajak aku, kau pula yang skip." kesal Arlon sembari melepaskan pelukannya. Lalu ia berjalan menuju meja makan.

"Wisuda dulu ya nanti gak ada masa depan." kekeh Violet. Tangannya sibuk mengangkat ayam yang sudah menguning.

"Padahal nikahnya gratis, tapi abis itu jualan pop ice berdua, romantis bukan?" ucap Arlon sekenanya.

"Romantis sekali! Lalu ijazah mu buat apa? Pajangan?"

"Kan belum lulus."

"Eh iya lupa."

Arlon memicingkan matanya saat melihat ayam gosong di meja makan. "Lah kok gosong? Ini buatan siapa, by?" tanya Arlon sembari mengangkat paha ayam itu tinggi.

Violet langsung meletakan piring yang berisi ayam yang baru ia angkat. Lalu tangannya merebut paha gosong itu dari tangan Arlon.

"Udah ayo! Yang lain nungguin tuh!" ujar Violet sembari menarik tangan Arlon. "Ehh, bentar ayam nya ketinggalan." Violet buru-buru mengambil sepiring ayam lalu menarik tangan Arlon lagi.

Arlon hanya geleng-geleng melihat tingkah gadisnya itu. Ia juga sudah menduga pasti itu ayam gosong yang Violet masak. Jika Selia tentu tidak mungkin, Arlon tau betul gadis mungil itu pandai dalam acara masak-memasak.

***

"Udah dateng ya?" tanya Selia kaku, pasalnya Arlon tidak mengatakan apapun tadi. Kenzie yang melihat gadisnya langsung menariknya agar duduk di sampingnya. "Ehh, kenapa sih?" tanya Selia heran.

Kenzie tak menjawabnya, tetapi mata biru itu menatap sinis Langit yang duduk di ujung sofa seberang. Selia yang bingung mengikuti arah mata Kenzie pun sontak paham. "Loh tumben kamu pakai anting?" alih Selia.

Langit memegang anting bundar yang berada di telinganya. "Kenapa? Gak boleh?" tanya Kenzie dengan muka polosnya. Selia menggelengkan kepalanya, dahinya mengerutkan saat melihat kalung yang di pakai oleh Kenzie. "Hei! Lo beli dimana? Cantik banget sih kalungnya!" ujar Selia dengan mata berbinar-binar. Liontin biru itu tampak bersinar saat di pakai Kenzie. Tanpa Selia sadari tangan yang tadinya memegang kalung itu beralih pada jakun milik Kenzie. Jakun itu naik turun saat di pegang Selia.

"Selia, stop it!" peringat Kenzie. Tangannya menarik tangan Selia agar tidak bermain dengan jakunnya. Selia menggigit bibir bawahnya sambil menunduk, ia tampak takut saat suara dingin milik Kenzie menginterupsinya.

"Buat lo." ujar Kenzie sembari memasangkan kalung miliknya. "Ini dari mama gue, lagi pengen pakai aja tadi." lanjutnya.

"Serius? Boleh emang?" tanya Selia ragu-ragu. Pasalnya Selia tau jika itu salah satu barang berharga milik Kenzie. Bagaimana jika nanti Selia lupa manaruhnya, atau lebih parah lagi jika sampai menghilangkannya.

"Jangan di lepas kalau takut hilang." sahut Kenzie seolah paham apa yang sedang di pikirkan Selia. Senyum Selia mengembang, ia berjanji bahwa tidak akan melepaskan kalung itu bahkan saat ia mandi sekalipun.

"Makasih."

"Sama-sama." ujar Kenzie lalu mengecup puncak kepala Selia. Langit yang menatap layar ponselnya sesekali melirik dua sejoli itu. Ada rasa sakit yang menjalar di dadanya. Tapi ia tak boleh egois, jika itu membuat Selia bahagia kenapa tidak? Walau bukan karena dirinya. Melihat senyuman diwajahnya itu lebih dari cukup.

"Kasian yang jadi nyamuk." sindiran Arlon membuat Langit mengalihkan pandangannya.

Selia melirik ayam yang di bawa oleh Violet. "Gosong gak tuh?" sinis Selia. Violet meletakkan ayamnya dengan bangga di atas meja, tangannya terulur mengambil sambal yang berada di atas nakas dekat tv.

"Violet, Lo bisa masak?" tanya Langit sambil mencomot ayam itu. Violet mengangguk lalu menggelengkan kepalanya saat mata tajam Selia menatapnya.

"Tadi Selia yang ajarin gue. Tapi masih banyak Selia yang gerak, gue cuma goreng sama angkat doang."

Langit membulatkan mulutnya. "Pantesan enak banget. Orang calon jodoh gue yang bikin."

"Halu." sewot Kenzie.

"Sekarang kalau nikung gak jaman ya di belakang?" ujar Violet sembari menatap Kenzie dan langit bergantian.

"Kalau bisa di depan kenapa di belakang, by." timpal Arlon.

Selia mengambil paha ayam yang ia beri sambal lalu memberikan pada cowok berambut coklat terang itu, rambut yang Minggu kemarin masih bewarna hitam pekat kini berubah warna, mungkin Minggu depan juga akan berganti lagi. "Suapin." lirih Kenzie.

"Ck, dasar bayi gede."

"Sabar yo, Ngit." ujar Violet sembari menepuk-nepuk punggung cowok itu. Ada rasa kasian terhadapnya, tapi mau gimana lagi? Langit yang terang-terangan mengejar Selia dari awal semester aja tidak di gubris. Sedangkan Kenzie yang baru ketemu beberapa jam aja langsung menarik perhatian Selia. Jadi salahkan pesona Kenzie.

・✧▭▭✦◦✧◦✦▭▭▭✧・

Makasih buat yang udah mampir
Maaf kalau banyak typo
Jangan lupa vote, coment & follow
See you next part:)

Petrichor [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang