6. VANESA

172 151 140
                                    

═════ೋ♡ۣۜۜ፝͜͡͡♡ೋ═════
*ଘ ❲ HAPPY READING❳ ଓ*
═════ೋ♡ۣۜۜ፝͜͡͡♡ೋ═══

"Vanesa, cantik ya?" tanya Selia pada Kenzie. Kenzie hanya mengangguk tanpa menoleh. Pandangannya lurus kedepan menatap Vanesa yang akhir-akhir ini sering berkunjung ke kafenya.

"Dan point pentingnya nggak bar-bar." Selia hanya ber oh ria lalu pergi meninggalkan Kenzie. Kakinya melangkah mendekati meja Vanesa.

"Van."

"Eh, Selia. Free ya? Tumben banget." tanya Vanesa sambil menunjukan senyumnya.

"Iya. Lo di taksir sama bos gue tuh." ujar Selia sembari melirik Kenzie. Pipi Vanesa sontak memerah.

"Kenapa?"

"Nggak papa. Lo gak usah gitu, mana mungkin dia naksir gue." jawab Vanesa lalu terkekeh pelan.

"Tapi lo naksir kan?" tanya Selia.

"Eh—nggak!" Selia juga cewek kalau lupa. Dia tau pasti gelagat mana yang suka dan nggak.

"Yaudah gue ke dapur ya."

"Oke."

Selia semakin mempercepat jalannya saat melewati Kenzie yang menatapnya tajam. Matanya memicing saat melihat ponselnya menyala di ujung meja. Langkahnya mulai mendekati meja dapur lalu menekan tombol hijau pada layar ponselnya.

"SELIA, GILA YA! GEDEK BANGET GUE LIATNYA." baru saja Selia mendekatkan ponsel ke telinganya ia buru-buru menjauhkan lagi. Suara Violet yang terbilang cukup keras aish bukan keras lagi tapi lebih tepatnya toa masjid.

"Apa sih, Let?" kesal Selia.

"Lo sekarang dimana? Kita harus ketemu, gue mau cerita penting sama lo." ujar Violet. Selia memutar bola matanya jengah. Setelah dipikir-pikir Violet tak pernah sekalipun berbicara yang bermutu. Segala ucapan yang keluar dari bibirnya itu selalu unfaedah.

"Gue lagi kerja. Kesini aja kal—" belum sempat menyelesaikan pembicaraannya Violet dengan seenak jidatnya mematikan sambungan telepon sepihak.

"Stres emang ini anak." ujar Selia sembari meletakkan ponselnya asal.

***

"Ganteng, Selia dimana?" tanya Violet dengan suara centilnya. Tak lupa kedipan matanya. Kebiasaan memang kalau ngeliat yang bening dikit suka gatel.

"Dapur." Violet mengucapkan terimakasih sembari memberikan senyuman termanisnya pada Kenzie lalu berjalan kearah dapur.

"Ganjen banget ye." sindir Selia saat Violet mulai duduk anteng di pojokan.

"Biarin!"

"To the point aja. Lo mau ngomong apa? Abis itu pulang!"

"Wah. Ngusir ceritanya. Tega bener lo, Sel." ujar Violet mendramatiskan.

"Alay. Skip!"

"Masa itu si Dani sehari udah ganti cewek 3 kali. Muka pas-pasan juga mau sok-sok an jadi pakboy." ujar Violet sembari menunjukkan layar ponselnya.

"Mantan mulu yang lo bahas. Gamon lo?" sarkas Selia.

"Nggak gitu, Sel. Gue kan udah ada Arlon. Mana mungkin gamon. Najis!" jawab Violet tak terima.

"Ya terus? Lo jauh-jauh kesini cuma mau ngomongin itu? Kurag kerjaan banget lo." Violet meringis sembari menggaruk tengkuknya.

"Lagian kalian dulu perasaan adem-adem aja. Couple goals lagi. Tiba-tiba putus. Ada masalah apa an coba."

Petrichor [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang