5. DEFINISI MODUS

201 171 192
                                    

═════ೋ♡ۣۜۜ፝͜͡͡♡ೋ═════
ଘ ❲HAPPY READING❳ ଓ
═══ೋ♡ۣۜۜ፝͜͡͡♡ೋ═══

"Kenzie, tipe lo kaya gimana sih?" tanya Selia sembari menagkup kedua pipinya. Kenzie menoleh kearah Selia sebentar lalu mengalihkan pandangannya pada gelas yang terisi kopinya.

"Kenapa?"

"Tanya aja. Kali aja gue termasuk." ujar Selia antusias.

Kenzie tersenyum miring lalu menyesap kopinya. "Yang pasti bukan kaya lo!" Bahu Selia merosot saat mendengar ucapan Kenzie. Senyum yang ia kembangkan perlahan-lahan menghilang. Pikirannya kalut kemana-mana.

Selia berasa dipukul mundur oleh Kenzie. Selia menerawang kembali sosok perempuan yang datang kemarin. Mana mungkin Kenzie suka dengan cabe-cabean gitu. Selia menepuk kedua pipinya keras saat ia membayangkan harus berpenampilan seperti gadis kemarin hanya untuk masuk list Kenzie. Itu tidak mungkin.

"Kenapa lo?"

"Hah? Eh mbak-mbak yang kesini kemarin mantan lo?" tanya Selia. Kenzie hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Ternyata bener tipenya cabe-cabean." cibir Selia. Kenzie menatap sinis Selia. Selia belum tau yang sebenarnya. Dulu Ana bukan seperti itu! Penampilan yang sekarang berbanding 180 derajat. Semua yang berada pada diri gadis itu berubah.

"Biasa aja natapnya. Awas nanti demen!"

"In your dream! Selia." Selia terkekeh pelan kemudian berjalan kearah dapur.

***

Selia menatap hujan yang turun sedari tadi dari dalam kafe. Selia mengurungkan niatnya saat ingin menembus hujan, berhubung besok bukan hari libur. Selia suka hujan tapi nanti pasti akan demam seharian.

"Mau sampai kapan lo disini?" tanya Kenzie sambil berjalan duduk di bangku depan Selia.

Selia menatap Kenzie sebentar lalu mengalihkan pandangannya keluar. "Nunggu reda." jawab Selia seadanya.

"Lo suka hujan?" tanya Kenzie.

"Kenapa emang?"

"Gue benci hujan. Dan apapun yang berhubungan dengan hujan." mata Selia membola saat mendengar satu persatu kata dari mulut Kenzie. Harapan yang ingin bermain di bawah hujan bersama Kenzie perlahan gugur.

"Kenapa reaksi lo gitu? Lo suka hujan?" Selia ingin menjawab iya tapi mulutnya malah mulutnya malah bilang tidak.

"Bagus." ujar Kenzie sambil tersenyum miring.

Selia mengangguk lalu tertawa hambar. Rasanya canggung disaat ia berbohong. Padahal ia selalu mewanti-wanti agar tidak berbohong. Karena ia tau jika sekali berbohong pasti akan merembet kemana-mana.

***

Sejak pagi tadi Selia memperhatikan Kenzie yang sibuk mengobrol dengan Vanesa. Mereka terlihat akrab bahkan sesekali saling melempar candaan. Hatinya sakit saat melihat mereka. Apalagi Kenzie yang mengusirnya dan Selia pergi meninggalkan mereka berdua.

"Arghh!" Selia menyesal telah mengenalkan Vanesa pada Kenzie. Dia pikir Kenzie akan bersikap dingin seperti dengan Violet waktu itu. Tapi nyatanya tidak.

Brakk...

Selia menutup pintu dapur kasar, ia tak peduli jika nanti akan rusak ataupun dipecat oleh Kenzie. Persetan dengan semua itu. Ia hanya kesal.

Kenzie melirik pintu dapur lalu pamit pada Vanesa untuk mengecek apa yang terjadi. Setelah mendapat persetujuan Kenzie bergegas menyusul Selia.

"Lo apa-apa an sih?" teriak Kenzie sambil membalikkan tubuh Selia agar menatapnya.

Petrichor [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang