10. Diktair Chapter Sepuluh : Nikah yuk?

21.7K 2.1K 52
                                    

Ca, gak ada orang tua yang gak sayang sama anaknya, gue yakin bokap dan nyokap lo itu sayang sama lo, mungkin caranya aja yang beda.
-Radikta Prayoga-

****

"Dik, lo bosen hidup gak?" tanya Airsya, sambil melihat kebawah Gedung sekolah.

Ya, saat ini Dikta dan Airsya berada di atas Gedung sekolah mereka, masih menggunakan seragam sekolah yang kotor banyak noda dan bau bekas membersihkan sampah.

Dikta tersenyum melirik ke arah Airsya, "Engga."

"Alasan lo gak bosen hidup apa?"

"Lo." Dikta menjawab dengan santai.

Airsya menaikan satu alisnya, "Gue?"

"Iya, Lo, Juno sama Gerri," lanjut Dikta memperjelas.

"kenapa ya, gue selalu ngerasa bosen hidup?" tanya Airsya pada Dikta, padahal seharusnya ia bertanya pada dirinya sendiri.

"Yaudah tinggal mati," jawab Dikta dengan wajah yang terlihat serius.

"Dikta, kalau ngomong lo, ya!"

"Gue serius, nih mumpung kita lagi ada di rooftop, lo lompat aja dari atas sini. Nanti gue videoin, biar viral, kebayang gak lo pasti nanti kita langsung diundang ke acara TV, eh gue doang deh kan nanti lo udah mati."

Airsya menjitak kepala Dikta, "Kalau gue mati gimana?"

"Katanya tadi bosen hidup?" Dikta tertawa.

"Ya gue juga gamau bunuh diri, dikta!"

"Yaudah, terus apa yang ngebuat lo bosen hidup?" tanya Dikta serius menatap Airsya.

Airsya berfikir sejenak, tatapannya lurus ke arah Gedung yang lebih tinggi dari Gedung sekolahnya.

"Gue mau nikah muda." Airsya tersenyum.

Dikta tertawa, "Yakin lo mau nikah muda?"

"Kenapa gak yakin?"

"Gue sih bukannya mau nakut-nakutin, menurut pengelihatan indra ke-6 gue, nikah muda itu indentik dengan perceraian," jelas Dikta.

"Apa gue lahir karena korban pernikahan muda? Atau memang gue kesalahan yang seharusnya tidak jadi, gue anak haram kali ya, Dik?"

Dikta langsung membulatkan matanya, kenapa bahan pembicaraannya jadi meleset ke dalam kehidupan Airsya. Padahal Dikta hanya menjawab dengan candaan, tetapi Airsya begitu serius menilainya.

"Lo bukan kesalahan, lo ada karena Tuhan sayang sama lo," Dikta menggenggam tangan Airsya dengan lembut.

Dikta berusaha untuk tidak memojokan Airsya dengan pertanyaan sebelumnya, lagi pula Airsya berhak hidup bahagia dan kebahagian Airsya itu tanggung jawab bagi Dikta.

"Tapi, bokap sama nyokap gue gak pernah sayang sama gue!"

Dikta tersenyum, "Ca, gak ada orang tua yang gak sayang sama anaknya, gue yakin bokap dan nyokap lo itu sayang sama lo, mungkin caranya aja yang beda."

"Kalau mereka sayang sama gue, mereka gak akan mungkin semudah itu ninggalin gue dan nitipin gue gitu aja sama kakek dan nenek."

Dikta paham akan maksud Airsya, mungkin kalau posisinya terbalik belum tentu ia sekuat Airsya, baginya Airsya adalah sosok wanita muda paling kuat yang ia temui.

Dikta menatap dengan lekat wajah Airsya, "Kan ada gue, lo bisa ko nganggap gue kayak orang tua lo."

Seketika suasana yang tadinya hening menjadi ramai, Airsya tertawa mendengar perkataan Dikta.

DIKTAIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang