15. Diktair Chapter Lima Belas : Senna and Geng

16.8K 1.7K 39
                                    

"Kelakuan lo lebih menjijikan dari sampah!"
-Radikta Prayoga-

****

"Dik, lo beneran seriusan mau nantangin Agas?" tanya Airsya yang kesekian kalinya.

Padahal Dikta sudah menjawabnya, tetapi masih saja Airsya menanyakan pertanyaan yang sama. Kali ini Dikta tidak meresponnya, ia malah asik bermain game di ponselnya.

Airsya yang kesal melihat Dikta tidak menjawab pertanyaan langsung mengambil ponselnya Dikta, "Gue lagi ngomong sama orangkan? Bukan patung?"

Dikta terkekeh, "Iya, kenapa lagi? Kan, dari tadi gue udah bilang sama lo. Gue emang mau tanding sama Agas."

"Dikta, lo mikir ngga, sih? atau lo emang ngga punya pikiran?!"

"Kenapa? lo ngeremehin kemampuan gue?"

Airsya mengacak-ngacak rambutnya sendiri, ia pusing harus bagaimana lagi memberi tahu Dikta kalau Agas itu penguasa jalanan. Airsya tidak yakin Dikta akan memenangkan pertandingan, di tambah kondisi motor Dikta yang tidak layak untuk di ikut sertakan dalam balapan.

"Engga gitu makasud gue, Dik. Tapi, lo tahu sendiri siapa Agas kan?"

Dikta tertawa, "Iya gue tahu, anak ketua Yayasan. Tapi, dia gak berhak ngambil ruangan futsal seanaknya."

"Kan, masih ada ruangan lain? Kenapa ngga ngalah aja sih?"

Dikta menarik nafasnya lalu menghembuskannya dengan perlahan, "Ca, ruangan futsal itu udah ada sebelum gue sekolah disini, itu amanat yang dikasih alumni futsal sama gue. Jadi, ngga mungkin gue nyerahin gitu aja."

Airsya menatap Dikta dengan lekat, terlihat sekali kekhawatiran ada pada diri Airsya, "Tapi, kalau lo kalah gimana?"

"Yaudah, mau gimana lagi. Tapi, seengganya gue udah berusaha mempertahankan apa yang harus dipertahankan." Dikta tersenyum, lalu mengambil ponselnya yang berada pada tangan Airsya.

"Lo beli motor baru aja, minta sama bokap lo." Usul Airsya.

Dikta tertawa lagi, "Ngapain? Gue percaya kok, gue bisa menang bawa si Astrea."

"Tap—"

"Ca, menang kalahnya dalam pertandingan itu sudah biasa, ngga ada hubungannya sama motor. Astrea juga suka gue balapin kok."

"Menang?" Airsya tersenyum lebar.

"Menanglah, orang lawannya anak kecil yang maen sepeda," jawab Dikta dengan cengengesan.

Airsya memukul Dikta berkali-kali, Dikta memang tidak pernah serius, selalu saja apa-apa dibecandain, padahal sama sekali tidak lucu menurut Airsya.

Dikta menggengam tangan Airsya, menariknya menuju kantin, karena kebetulan sudah jamnya istirahat. Dikta duduk disebelah Airsya, Juno dan Gerri tidak ikut makan katanya ada urusan penting, tetapi mereka tidak memberi tahu Dikta secara detail urusannya itu, lagi pula untuk apa Dikta kepo masalah pribadi mereka, tidak ada gunannya, kecuali kalau mereka memang meminta bantuan Dikta, tanpa diminta Dikta pasti akan membantunya.

"Dik, lo laper apa kesurupan sih?" tanya Airsya, ia keherenan melihan Dikta yang makannya begitu cepat tak terkontrol.

Benar saja, Dikta hanya membutuhkan waktu lima menit untuk menghabiskan makanannya, "Biasa, gak sempet makan gue waktu pagi."

Dikta berdiri dari tempat duduknya, niatnya mau memesan lagi nasi gorengnya. Tapi, Ketika ia melihat Sindy sedang di bully oleh beberapa siswa, ia langsung menghampiri Sindy. Ternyata yang membully Sindy adalah teman-temannya Airsya, yaitu Senna, Febby, dan Rena, katanya mereka siswi paling populer disekolah.

DIKTAIR Where stories live. Discover now