25. Diktair Chapter Dua Lima : Hari Pertama Airsya dan Agas Jadian

14.6K 1.4K 67
                                    

"Ngapain temenan sama orang yang itungan? nggak ada gunanya! Di bantuin tapi gak mau nolongin."
-Radikta Prayoga-

****

Pagi ini Dikta tidak membawa motornya ke sekolah, karena semalam sepulang dari markas geng singaschool motornya mogok dan belum ia service. Akhirnya, Dikta menebeng terhadap Juno, yang ternyata ada Gerri juga yang ikut menebeng.

"Lo bedua nyusahin hidup gue mulu," cibir Juno. "Lo juga Ger, udah gue kasih mobil masih aja nebeng."

"Nggak sanggup gue pake mobil lo lagi, jajannya mahal," balas Gerri.

"Terus bentukan mobilnya gimana sekarang? Jangan bilang udah nggak ada bentukan?" tanya Juno, wajahnya terlihat sangat khawatir.

"Udah tinggal mesinya Jun, mau gue kilo ke tukang loak, lumayan buat beli cilok." Gerri tertawa.

Juno mengerem mendadak, membuat Gerri dan Dikta terkejut.

"Pea lo, Jun! Gue masih belom mau mati," tutur Dikta.

Juno mununjuk Gerri yang duduk disebelahnya, "Abisnya dia mau ngilo mobil kesayangan gue, mana dituker sama cilok lagi."

Dikta menghembuskan nafasnya, "Mohon di garis bawahi ya bapak Juno yang terhormat, sekarang mobil itu udah jadi milik Gerri. Jadi, ya terserah dia mau ngilo atau jual bahkan bakar sekalian mobilnya."

"Gagaga! Pokonya gue mau beli lagi itu mobil." Juno bersih keras.

"Nih, gue balikin mobil lo. Gak guna juga ada di rumah gue, nyempetin halaman gue doang."

Gerri memberikan kunci mobil itu pada Juno, ia meletakannya di kotak kecil di pinggir Juno.

"Oke nanti uangnya gue trasfer sama lo ya, tapi di atm gue cuma ada seratus juta, gapapa ya gue beli segitu?" tanya Juno, ia kembali menjalankan mobilnya.

Mendengar nominal yang disebutkan oleh Juno, Gerri terkejut. Pasalnya Gerri tidak pernah melihat uang sebanyak itu, tapi mau bagaimanapun itu bukan haknya Gerri.

"Nggak, gue gak suka duit lo kebanyakan! Telaktir gue makan di kantin aja, gimana? Tapi selama satu tahun." Gerri menolak dan memberi usul lain, lagipula uang sebanyak itu takut membuatnya khilaf.

"Oke, gue setuju. Tapi, lo doang ya Gerr!"

Dikta yang merasa tersindir, langsung membalas ucapan Juno. "Mon maaf nih ya, gue masih mampu buat beli makan sendiri."

"Dih, gitu doang baper lo, Dik. Becandaan gue," ucap Juno.

"Ya, gue juga becandaan kali. Berati lo juga teraktir gue, kan?" tanya Dikta sambil menahan tawanya.

Juno menelan salivanya, ia sebenarnya tidak terpaksa kalau harus membayarkan Gerri makan di kantin selama satu tahun. Tapi masalahnya, kalau Dikta juga ikutan, uang jajannya bisa menipis, karena Dikta suka tiba-tiba buat acara nelaktir satu sekolah, pasti nantinya yang disuruh bayar itu Juno.

Dikta menepuk pundak Gerri. "Sekarang Sohib gue mulai itungan ya, Ger? Temenin nggak nih?"

"Nggak usah lah! Ngapain temenan sama orang yang itungan mah, nggak ada gunanya! Di bantuin tapi gak mau nolongin." Gerri menyindir Juno, walaupun niatnya hanya becanda untuk mengerjai Juno.

"Iya-iya, gue juga telaktir lo, Dik. Tapi, jangan ajak satu seluruh penghuni sekolah, ya?" tanya Juno.

Maksud Juno seluruh siswa maupun siswi SMA Gunadarma, karena Dikta suka jahil orangnya.

"Tergantung," kata Dikta.

"Lo tau sendiri, kan. Uang jajan gue lagi dibatasi sama bokap, gara-gara si Gladis ngadu soal gue yang suka ke club!" Juno memukul stir mobilnya.

DIKTAIR Where stories live. Discover now