Setelah berkendara selama kurang lebih dua puluh menit, Jae akhirnya tiba di depan kafe satu lantai milik Lyra. Begitu pintu mobil terbuka, angin musim gugur yang dingin berhembus pelan ke arahnya. Jae mengeratkan mantelnya kemudian berlari menyeberang ke kafe Lyra.
Tring!
Bunyi lonceng kecil yang dipasang di atas pintu menandakan bahwa Jae sudah memasuki tempat yang baru buka selama beberapa bulan ini. Suasana di kafe tidak terlalu ramai. Mungkin akan bertambah ramai saat malam hari mengingat sekarang weekend.
"Wow, look who's here. Morning Doctor Park."
Lyra yang sedang berdiri di depan kasir terheran-heran melihat kedatangan pria tinggi dengan kacamata di depannya ini. Biasanya Jae datang ke kafenya saat ada panggilan live music saja, tapi kali ini dia datang sendiri ke sini.
"Yeah, morning. Pesan seperti biasa."
"Biasa yang kau maksud itu adalah yang kau bayar 'kan?" tanya Lyra. Kata 'biasa' yang Jae maksud adalah bayarannya kalau sedang live music di sini. Minuman atau makanan kecil disediakan khusus untuk Jae, gratis.
"Ya, ya. Aku bayar," jawab Jae sambil menyodorkan selembar uang. "Meja pojok," kata Jae memberitahu letak tempat duduknya dan langsung pergi dari hadapan Lyra yang tangannya sedang menyodorkan sesuatu.
Perempuan yang berada di depan kasir itu tersenyum kesal. Pria jangkung yang baru berlalu dari hadapannya tadi menghiraukan tangannya yang sudah menyodorkannya bel pemanggil pesanan.
Dasar kau Park Jaehyung, untung teman.
Meja pojok di dekat jendela adalah posisi yang paling pas untuk Jae. Tidak terlalu mencolok dan berisik tapi bisa mengamati seisi kafe.
Pria ini melihat interior tempatnya berada. Meskipun Jae datang saat first opening kafe dan sudah pernah beberapa kali ke sini, tapi belum pernah ia melihat seisi kafe Lyra dengan cermat. Temannya yang satu itu pintar sekali memilih tema. Warna coklat dan hitam yang mendominasi benar-benar cocok untuk tempat ini.
Jae pernah mendapati ulasan tentang kafe Lyra di sebuah blog milik seseorang saat sedang menjelajah internet. Tulisannya berisi review dari si pemilik blog terhadap makanan dan minuman serta pelayan di Kafe Glory. Si pemilik blog juga menuliskan bahwa kafe ini adalah hot place, cocok dijadikan tempat santai bersama teman atau pasangan.
"One hot coffee without sugar."
Jae memalingkan wajahnya ke nampan yang baru saja tiba di mejanya. Lyra menaruh kopi pesanan Jae dan sebuah mangkuk kecil berisi sesuatu.
"Thank you, and ... what is this?" tanya Jae begitu melihat makanan aneh yang tersaji di dalam mangkuk kecil di hadapannya.
"Dried squid. Never tasted it before?"
Lyra bertanya sambil menguyah cumi yang kalau dilihat-lihat memiliki tekstur keras.
Jae menggeleng sambil mengernyit. "No. Is it good?"
"Of course. Ahjumma toko sebelah yang memberikannya. Anaknya pengusaha cumi kering jadi dia memberiku secara gratis."
"Sejak kapan kau suka cumi kering?" tanya Jae. Perempuan yang sudah menjadi kawannya selama tinggal di LA ini hanya menyukai makanan western, meskipun ada darah Korea yang mengalir deras di dalam tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Days Gone By
FanfictionHari-hari yang terus berlalu tidak akan memberitahu ke mana hidup dan hati ini berlabuh. Semua adalah rahasia, dan rahasia hanya akan terbuka jika hari sudah berlalu. Days Gone By; kelima dokter yang tidak tahu bagaimana kehidupan mereka hingga sat...