21: Neighbour

33 10 1
                                    

Chapter ini kayanya lebih fokus ke Jae. Soalnya aku mau kenalin satu female character terakhir yang keberadaannya dan emang bakal lebih sering kelihatan di sekitaran Jae.

Hope you guys enjoy it!

————————————————————
Jae berjalan menelusuri lorong yang sudah terasa familiar baginya. Kakinya sedang melangkah menuju sebuah ruangan. Jae mengetuk terlebih dahulu sebelum membuka pintu coklat muda di depannya. Pintu terbuka dan menampilkan seisi ruangan yang kurang lebih sama dengan ruangannya.

"Kupikir ruangan kalian akan berbanding terbalik dengan punya Sungjin tapi ini terlihat cukup bersih."

Dowoon yang sedang membungkuk seketika menegakkan badan begitu suara teman serumahnya terdengar. Dirinya terlalu sibuk merapikan hingga tidak sadar dengan suara ketukan.

"Brian di mana? Operasi?" tanya Jae. Matanya menangkap mantel Brian masih bertengger di bahu kursi yang artinya pria itu masih berada di rumah sakit.

"Toilet," jawab Dowoon singkat.

Ia sedang sibuk memasukkan kertas-kertas yang tadinya menumpuk di sofa. Dowoon menutup lacinya dengan kaki lalu menepuk-nepuk tangannya satu sama lain untuk menghilangkan debu yang terasa menempel di tangan.

"Kurasa memang berbanding terbalik dengan punya Sungjin."

Percaya atau tidak Jae memerhatikan semua gerakan Dowoon.

"Apa kau sudah selesai?"

"Ya. Hanya perlu pakai jaket lalu aku bisa pulang." Dowoon kemudian memasukkan kedua tangannya ke dalam jaket. "Kenapa? Apa hyung mau konsultasi?"

"Tidak. Bukan itu." Jae berdeham sebelum melanjutkan kalimatnya. Ia mengelus tengkuknya kikuk. "Bisa antar aku pulang tidak?"

Dowoon langsung mengangguk tanpa berkata lebih lanjut. Tidak alasan baginya untuk menolak permintaan Jae. Mereka satu rumah dan ada beberapa alasan lagi yang tidak bisa disebutkan.

Dua pria itu keluar ruangan dan berjalan menuju lift yang berada tidak jauh dari tempat mereka keluar.

"Aku kira kau akan menolak."

"Bagaimana aku bisa menolak kalau hyung pasti akan mengancam mengeluarkanku dari apartemen."

Dowoon menyipitkan matanya kesal. Selama tinggal bersama pria itu, Dowoon diwajibkan mengiyakan semua perkataan si pemilik rumah. Kalau tidak, akan ada ancaman pengusiran menanti.

Jae tersenyum kecil. Ternyata Dowoon hafal dengan kalimat saktinya. "Terima kasih sudah mengingatnya. Aku akan mengatakannya kalau tadi kau mau menolak."

Dowoon yang mendengarnya kemudian memutar bola matanya malas. Dasar ayam berkacamata licik.

Setelah menunggu lama, lift yang ditunggu datang. Pintu lift terbuka dan begitu terbuka menampilkan seseorang yang sempat Jae cari. Brian—yang katanya pergi ke toilet—sedang berdiri di dalam lift sendirian.

"Hoho. Apa ini? Yang pasti ini adalah takdir,"

"Hyung? Bukannya toilet belok kanan? Kenapa tiba-tiba di lift?" tanya Dowoon kaget.

"Ada Minyoung di bawah. Kalian mau pulang?"

"Tidak. Mau pergi mandi. Tentu saja pulang, Kang Younghyun. Pertanyaanmu aneh."

Jae sarkas tapi Brian tertawa. "Nikmati malam kalian sendirian di rumah. Aku akan pergi ke karnaval dengan Minyoung. Date night! Whoa!" Brian berseru girang kemudian berjalan menerobos di tengah-tengah Jae dan Dowoon. Sengaja sekali padahal ada jalan yang lebih luas.

Days Gone ByWhere stories live. Discover now