87 (Rumah Sakit)

1.9K 155 0
                                    

Maaf telat update 😭

⋘ ──── ∗ ⋅◈⋅ ∗ ──── ⋙

Seorang dokter bersama dengan tiga orang suster keluar dari ruangan. Haechan, Mark, Taeil, dan juga Jeffrey sangat khawatir dan juga penasaran dengan keadaan Doyoung. Lantas, Taeil pun langsung bertanya kepada sang dokter.

"Dokter, bagaimana keadaan istri saya ?"

Dokter tersenyum dan menepuk bahu Taeil. "Pasien sudah membaik. Pasien berhasil melewati masa komanya. Untuk hal lainnya, kita bisa bicarakan di ruangan saya. Oh, iya kalian semua bisa langsung ke ruangan pasien untuk melihat keadaan pasien."

Semuanya langsung menghela nafas lega. Doa mereka telah dikabulkan oleh Tuhan. Doyoung membaik dan telah melewati masa komanya.

"Terima kasih, ya Dok untuk tidak menyerah pada Ibu kami." Ujar Jeffrey pada dokter.

"Ya, itu semua sudah kewajiban saya. Saya juga berterima kasih karena kalian sudah membuat saya untuk tidak menyerah saat itu."

"Terima kasih kembali, dok."

"Baik, kalau begitu saya permisi. Tuan Taeil, bisa ikut saya ?"

"Baik, dok." Balas Taeil.

"Baik, kami permisi."

"Iya, dok. Sekali lagi terima kasih." Kali ini Haechan yang menjawab.

Setelah dokter, Taeil, dan para suster pergi, mereka pun langsung masuk ke dalam ruangan. Di sana Doyoung masih belum membuka matanya.

Haechan menggenggam tangan Ibunya. Ia benar-benar rindu. Rindu dengan senyumannya, rindu dengan pelukan hangatnya, rindu dengan suara lembutnya, ia rindu segalanya.

Hingga, genggamannya dibalas oleh Ibunya. Ternyata doyoung sudah sepenuhnya sadar, ia hanya memejamkan matanya saja. Haechan yang menyadarinya langsung menatap wajah Ibunya dengan tangisan yang mengalir di wajahnya.

"Buna..."

"Kamu siapa ?" Pertanyaan yang keluar dari bibir sang Ibu membuat bibir Haechan kelu. Haechan menatap Mark dan Jeffrey bergantian. Ia benar-benar bingung sekarang.

Jeffrey yang melihat itu pun, langsung bertanya pada Ibunya. "Ibu, ibu ingat aku ?"

Doyoung menatap Jeffrey lamat-lamat. Tak lama, ia tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Tentu, ini anak Ibu, Jeffrey."

"Ibu ingat dengan dia ?"

Doyoung menatap Haechan lamat-lamat. Dalam hati, Haechan berharap Ibunya masih mengenalinya.

"Siapa dia, Jeffrey ?"

"Ibu... Dia Donghyuck. Ibu lupa ?"

Mata Haechan sudah memerah, sangat perih, hingga air mata kembali turun. Mark yang melihat langsung mengusap bahu Haechan dengan lembut.

"Tenang, sayang..."

"Donghyuck ? D-donghyuck ? Anak kecil buna ? Ini Donghyuck ?" Doyoung menyentuh pipi Haechan dan mengusapnya pelan.

Haechan menganggukkan kepalanya. "Iya, Buna ini Donghyuck."

"Ya Tuhan, Donghyuck... Buna rindu." Haechan pun memeluk tubuh ibunya. Ia benar-benar rindu. Sudah bertahun-tahun lamanya ia tidak memeluk Buna kesayangannya itu.

"Hiks, Hyuck juga rindu, Buna... Buna lama sekali tidak sadar hiks-"

"Maafkan Buna, ya sayang. Buna juga rindu sama Hyuckie."

Doyoung menegusap punggung Donghyuck. Setelah itu, ia melepaskan pelukannya dan mencium kening sang anak. Hingga matanya tak sengaja melihat lelaki yang sedari tadi hanya berdiri di belakang Haechan.

"Donghyuck, dia siapa ?"

"Buna lupa ? Dia Mark."

"Mark ?"

Mengingat bahwa Mark dikenal sebagai Nicholas, ia pun langsung meralatnya. "Maksudku dia Nicho, Nicholas."

Doyoung pun langsung mencoba untuk mengingat siapa itu Nicholas. Mark yang takut Doyoung kenapa-kenapa karena mencoba untuk mengingat pun langsung melarangnya. "Sudah, Bu jangan dipaksakan. Nanti sa—"

"Nicho ! Nicho putra Johnny ?"

"—kit, eh ? Ibu ingat ?"

"Hahaha, tentu ibu ingat. Ya ampun, sudah berapa lama ibu koma hingga anak-anak kesayangan Ibu sudah pada besar ? Nicho, kemarilah." Doyoung memberi gestur pada Mark untuk mendekat.

"Ibu..."

"Terima kasih, ya Nicho."

"Kenapa Ibu yang berterima kasih ? Seharusnya Nicho yang berterima kasih karena sudah sadar dan minta maaf karena membuat Ibu seperti ini." Sanggah Mark.

Doyoung menggelengkan kepalanya. "Tidak, Nicho. Ini bukan salah Nicho, oke ?" Ini takdir. Ibu cuma berterima kasih karena, Ibu tau selama ini Nicho yang menjaga Donghyuck, kan ?"

"Jangan berterima kasih, Bu. Nicho jaga Donghyuck karena, Nicho sayang sama Donghyuck. E-eh ! M-maksudnya—" Mark yang salah kata, langsung gelagapan tidak jelas.

Doyoung, Jeffrey, dan Haechan pun tertawa melihat tingkah Mark. "Kamu lucu banget hahaha. Gapapa, Nicho. Lagi pula Ibu merestui kalian kok." Doyoung tertawa di akhir kalimat.

Mereka pun akhirnya saling tertawa. Kebahagiaan akhirnya muncul dan menghiasi wajah mereka. Mark yang melihat itu pun berharap, agar mereka akan selalu bahagia, terutama untuk Donghyuck. Ia berharap Donghyuck akan selalu bahagia dan berharap jika ia yang akan menjadi salah satu sumber kebahagiaan Donghyuck. Karena, Mark sangat sayang sekali pada Donghyuck.

The End

Akhir yang aneh banget, ya ?

Maaf gak sesuai sama ekspetasi kalian.

Tapi ini belum berakhir kok. Masih ada 1-2 bonus chap biar akhirannya gak aneh kayak gini. Maaf banget 😭😭

Maaf juga kalau cerita ini aneh karena, emang gak niat bakal sepanjang ini. Makasih udah mau baca. See you later !

Chatting | MARKHYUCK ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang