23- Hold my hand or i'll go

4.9K 738 202
                                    


10 IPA 1 tidak akan pernah sama setiap Gatra diberi tugas mengantarkan tugas dan adiknya tidak ada disana, duduk atau tertidur disudut ruangan dengan buku LKS menjadi alas. Sekolah tidak akan pernah sama dengan saat Rajuna duduk ditepi lapangan futsal dan menonton sahabatnya bertanding, dimana Haidar akan berteriak dan memastikan bahwa ia tidak bermain terlalu lama dan membuat Rajuna menunggu.

Setelah meninggalkan kelas itu, sembari memeluk buku kiat-kiat UTBK rekomendasi dari wali kelasnya, Gatra menoleh ke lapangan futsal. Seperti biasa, saat bunyi bel istirahat berbunyi, anak laki-laki akan mengambil bola dan mulai menggunakan lapangan sampai bunyi bel masuk kembali berbunyi. Gatra biasanya mengambil istirahat terakhir yang memiliki satu jam pelajaran terakhir. Namun meski jam pelajaran terakhir hari ini SBK, suasana hatinya kini tidak ingin menendang bola.

Lucunya, saat ia menelaah tepi lapangan, ia menemukan seseorang dengan suasana hati yang sama dengannya duduk termenung menatap para anak laki-laki memperebutkan bola dengan baju kaos dibawah terik mentari siang ini. Benar, bahkan untuk sosok Haidar yang jiwanya telah menyatu dengan futsal, cowok itu memandang permainan didepan matanya dengan lesu. Cowok berkulit tan itu bahkan beralih dan bermain dengan pasir ditepi lapangan, menggambar gunung dan matahari ditengah-tengah kemudian menghapusnya lalu menggambar ikan lalu menghapusnya lagi.

Gatra memilih tidak menggubris, meski ia sadar cowok itu jadi kelihatan lebih kalem. Mungkin teman sefrekuensinya hanya Rajuna. Hanya Rajuna yang mengerti lolucon dan meladeni semua omong kosongnya, berhubung mereka berbagi otak yang sama.

Dari ujung koridor, Jefri yang akhir-akhir ini juga ikut-ikutan tidak bermain futsal berlari kearah Gatra dengan es kantong ditangan. Sumpah, cowok itu biasanya bersikap elegan, lebih memilih gelas plastik ketimbang kantong, katanya kalau begini ia jadi terlihat seperti bocah SMP. Selama ini Jefri meminjam karakter Dilan, alias cowok yang di idam-idamkan banyak kaum hawa. Semuanya ia ikuti, cara merayu, cara meramal, motor, kecuali sikap Dilan yang berantakan. Menurutnya tidak keren.

"Gatra!"

"Kenapa Jef," jawab Gatra saat Jefri sudah berada dekat dengannya.

"Anak OSIS tadi nyariin lo, ngajakin rapat buat lomba debat Inggris antar kelas pulang ini."

"Ck, padahal udah lepas jabatan gini masih aja dicariin," decak Gatra kesal. Ia lantas mengeluarkan ponselnya dan memberi pesan kepada ketua OSIS baru untuk mengatakan bahwa ia tidak ingin lagi terlibat dengan OSIS.

Jeffri tertawa pelan, Gatra itu selama jabatannya telah merombak hampir 80% peraturan dan trobosan dari kerjaan angkatan sebelumnya, bukan karena tidak kompeten, namun mereka terlalu patuh pada tradisi yang ketinggalan zaman. Maka dari itu, angkatan OSIS baru perlu banyak masukan dari Gatra seolah-olah meminta izin menggunakan hak ciptanya. Padahal kalau mau merubahnya lebih baik, Gatra tidak keberatan sama sekali, setidaknya pikiran mereka mulai terbuka dan kritis.

Salah satu kebijakan Gatra selama menjabat sebagai ketua tahun lalu yang sempat membuat geger satu sekolah dan alumni adalah buku biru. Para siswa baru diwajibkan membuat buku yang terdapat foto alay dan menulis nama-nama pejabat dan anggota OSIS beserta guru dan mewajibkan para siswa baru untuk meminta tanda tangan setiap orang dengan lengkap. Karena bila tidak, akan ada hukuman. Dan Gatra melihat ada pembullyan terselubung didalamnya.

Gatra sempat dikecam para alumni, memarahinya yang tidak menghormati tradisi. Namun meski dikecam berkali-kali Gatra tetap menghapus tradisi konyol itu dan menggantinya dengan pengenalan lingkungan dan ekstrakurikuler yang cukup heboh pada masanya; membuat suasana sekolah seperti penerimaan siswa baru di sekolah sihir di film Harry Potter.

"Gue gak dateng, tapi kalau lo mau dateng ya dateng aja. Gue pulang langsung ke rumah sakit."

Jeffri mendongak sembari mengkerutkan kening. "Adik lo sakit lagi? Buset, kemarinkan sekolah."

ECHO IN THE FOREST ✔ [TERBIT]Where stories live. Discover now