17. Suami Pekerja Keras

44.9K 4.8K 93
                                    

Gaiisss, sori semalam nggak update, bikos lagi merenung. Dan hasilnya, aku putuskan supaya nggak dulu bikin ebook karenaaaaa....

 Dan hasilnya, aku putuskan supaya nggak dulu bikin ebook karenaaaaa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Takut jaraknya terlalu dekat sama Just Wina nantinya😁

Jadi aku pikir, mending tamatin Aira di wattpad dulu🙏

Dan barangkali ada yang minat sama novel Just Wina, bisa kepoin tanggal PO-nya di instagram atau twitter aku. Jangan sampai ketinggalan, karena nggak bakal ada stok. Alias, cuma tersedia pas PO saja🥰🥰🥰

Thank you and happy reading 😘😘😘












❤❤❤❤❤











Aira meletakan mangkok nasi di meja makan, dan ikut duduk bersama Daffa. "Jadi sekarang, Sagara kerja sama Mas dong?"

"Iya." Daffa mulai mengisi piringnya dan piring Aira dengan nasi. "Waktu itu dia nganterin Sanin ke rumah Mas Dio, dan dengar curhatan saya gitu. Akhirnya, ya, dia ikut diskusi. Tadinya mau Mas Dio yang bantu saya bangun usaha lagi, dia mau ngasih pinjam modal. Tapi dipikir-pikir, saya nggak mau punya hutang modal lagi. Terus, Sagara ngajuin diri. Saya tinggal cari modalnya aja."

"Udah dapet?"

Daffa memberikan piring makan Aira yang sudah lengkap, kemudian menjawab, "saya pakai dulu tabungan yang buat ke Dubai, Ra. Maaf, ya. Saya nggak berani bilang, saya cuma nggak mau bikin kamu kecewa. Rencananya mau saya ganti nanti, kalau usaha udah jalan."

"Ck!" Aira berdecak kesal. "Kan udah aku bilang, kalau aku cuma bercanda pas bilang pengin ke Dubai. Mas jangan apa-apa dianggap serius dong. Cepet tua loh, nanti!"

Daffa mengulas senyum, lalu menunjuk piring Aira yang belum tersentuh. "Sekarang, makan aja dulu, Ra. Keburu dingin nasinya."

Aira patuh dan mulai menyuapkan makannya. Sedangkan Daffa, masih memperhatikan istrinya. Dalam hati, ia begitu bersyukur karena ketidak-percayaannya ternyata nyata. Daffa hanya tidak menyangka, Aira yang terlihat keras kepala, mau menang sendiri, ternyata mampu menerima keadaan Daffa saat ini dengan lapang dada dan sabar.

Ada rasa bersalah yang muncul baru-baru ini di benak Daffa. Ia ingat saat sebelum menikah, sempat berjanji akan membahagiakan Aira dengan semua yang ia punya. Namun nyatanya, baru begini saja Daffa sudah merasa gagal, membawa Aira ke dalam kehidupan rumah tangga yang sulit.

Sekarang, Daffa mengerti kenapa dulu Arsa begitu rajin menanyakan kesiapannya sebelum menikah.

"Kamu beneran siap nikah, Daf?"

"Siap." Daffa menjawab ayahnya dengan yakin.

Arsa mengambil tempat duduk di sebrang putranya. "Kamu tahu kan, Daf, dari segi kata aja 'siap' sama 'ingin' itu beda. Pun dengan maknanya."

Lovely Husband [END]Where stories live. Discover now