10

1.9K 279 28
                                    

Karina bekerja seperti biasanya, saat ini ia sedang turun ke lantai dasar gedung kantor karena ini adalah jam makan siang, rencananya Karina hanya ingin membeli kopi saja.

Karina masih memikirkan pembicaraannya dengan Yeji kemarin tentang berita pernikahan Jeno dan Lia yang mungkin saja akan segera dilaksanakan.

Karina menghela napas lalu berjalan di lobi kantornya.

"Mbak Karin," panggil salah satu karyawan di meja resepsionis.

Karina mendekati meja resepsionis tersebut.

"Ada paket buat divisi keuangan nih Mbak, bisa tolong diambil?"

"Oh iya? Paket apa ya?"

"Kurang tau sih Mbak."

"Oh oke deh makasih ya."

Pegawai resepsionis itu pun tersenyum.

Karina membawa paket tersebut, kotaknya cukup besar dan berat.

Karina berjalan dengan kesusahan karena kotak ini terlalu besar.

"Sini gue bantuin."

"Eh?"

Karina menoleh ke arah laki-laki di sebelahnya yang kini membawa paketnya.

"Gak usah Mas, gapapa."

"Sans aja sih, btw lo Karina kan ya?"

Karina mengerutkan dahinya, "Kok Mas tau nama saya?"

Mereka berbicara sambil berjalan ke arah lift.

"Haidar. Temennya Jeno."

"Oh oke,"

"Btw makaroni panggang buatan lo enak banget sumpah."

"Ah syukur deh kalo enak."

"Bikin lagi dong."

"Terus saya kasihinnya ke siapa?"

"Ya ke Jeno lah, nanti gue ke apart Jeno."

Karina diam.

"Lagian kasian tau Jeno, sekarang tiap pagi gak pernah sarapan."

Karina masih diam.

"Yeee diajak ngomong malah diem nih mbaknya, btw ini paket isinya apaan dah? Berat banget."

"Gak tau, katanya buat divisi keuangan."

"Lah anjir, kalo isinya bom gimana?"

"Gak akan lah."

"Ya bisa aja, kalo ni kantor meledak gimana coba nanti."

Karina memutar bola matanya, "Duh Mas gak usah kebanyakan nonton film deh."

Haidar tertawa, "Serius banget sih Mbak."

Mereka sudah berada di dalam lift.

"Lo ngejauhin Jeno ya?"

"Masnya sok tau banget."

Haidar tertawa lagi, "Abisnya anaknya galau tuh."

Karina berdeham, "Sini Mas paketnya, saya turun di lantai 15 nanti."

"Yah gue tadi mencetnya lantai 23."

Karina membulatkan matanya. Sedangkan Haidar tertawa.

Karina merasa bodoh, kenapa juga dia tadi tidak menekan tombol angka 15.

Jadi, lift di perusahaan ini apabila kita menekan tombol angka 23, maka lift ini akan langsung menuju lantai 23 dan tidak akan berhenti pada setiap lantai seperti lift pada umumnya.

Querencia | Jeno KarinaWhere stories live. Discover now