20

1.7K 171 26
                                    

Keesokan harinya, Karina dan Jeno sudah berada di kantor dan berada di ruangan studio khusus pemotretan.

Sejak kedatangan mereka, Jeno benar-benar tidak melepaskan tangan Karina sekali pun.

Tidak lama kemudian Julian datang bersama manajer dan stafnya.

"Selamat pagi semuanya." sapa Julian.

"Selamat pagi Mas Julian, perkenalkan beliau Pak Arzen CEO di perusahaan ini." ucap Yena.

"Selamat pagi Pak Arzen, senang bertemu dengan anda." sapa Julian pada Jeno.

Jeno mengangguk, "Pagi."

Karina menyikut pelan perut Jeno.

"Ramah sedikit dong." bisik Karina pada Jeno.

Jeno tersenyum tipis ke arah Julian.

Julian ikut tersenyum, "Pagi Karina, gimana kabarnya? Aku kira kamu udah gak ambil job model lagi."

"Eh iya pagi, ini juga karena mendadak sih." ucap Karina.

Julian mengangguk-anggukan kepalanya, sedari tadi matanya tidak lepas dari tangan Karina yang berada di gengaman Jeno.

"Kalo gitu, mungkin Mas Julian bisa siap-siap dulu, kebetulan Bu Karina tadi sudah." ucap Yena.

"Ah oke kalo gitu, Pak Arzen Karina saya kesana dulu." ucap Julian.

Jeno dan Karina mengangguk.

Setelah bersiap-siap dan menggunakan pakaian yang disediakan, Karina dan Julian mulai masuk ke frame set pemotretan.

"Oke, buat Mas Julian sama Mbak Karina santai aja ya gak usah tegang. Tunjukin chemistry kalian." ucap sang photographer.

"Gimana mau santai, pawangnya aja daritadi mantau kaya mau mangsa orang." bisik Chelsea pada Yena.

Yena tertawa, "Hush! Kedengeran Pak Arzen abis kamu."

Karina dan Julian mulai mengatur posisi mereka.

"Mas Julian boleh tolong dirangkul pinggang Mbak Karinanya."

Jeno melotot.

Julian pun mengikuti instruksi dari sang photographer.

Muka Jeno benar-benar sudah masam. Jeno menatap tajam ke arah keduanya.

Setelah melakukan beberapa kali set pemotretan akhirnya mereka mengakhiri untuk pemotretan sesi pertama.

Karina menghampiri Jeno yang mukanya benar-benar ditekuk.

"Minum dulu." ucap Jeno sambil menyerahkan botol minum yang sudah dibuka pada Karina.

Karina tersenyum lalu mengambil botol minum tersebut dan segera menenggaknya.

"Berapa sesi lagi katanya?" tanya Jeno.

"Tiga."

Jeno membulatkan matanya, "Kok banyak banget?"

"Loh? Kan emang kemarin dijadwalinnya 4 sesi kok."

Jeno mendengus lalu dirinya beralih mengetikan sesuatu di ponselnya.

Tak lama kemudian Yena datang.

"Iya ada ya Pak?" tanya Yena.

"Tiga sesi berikutnya batalin." ucap Jeno.

Yena dan Karina membulatkan mata mereka.

"Jen!"

"M-maksud Bapak?"

"Tiga sesi pemotretan sama Julian batalin."

"Jeno?!"

Has llegado al final de las partes publicadas.

⏰ Última actualización: Mar 13, 2023 ⏰

¡Añade esta historia a tu biblioteca para recibir notificaciones sobre nuevas partes!

Querencia | Jeno KarinaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora