19. Dendam.

211K 25.7K 1.3K
                                    

" terkadang dalam menjalankan scenario dunia, kita memerlukan dendam agar tidak bosan." - Gionatan -

                          ️⚔️⚔️⚔️

Suasana Mall pada malam hari masih sangat ramai walaupun sekarang bukanlah malam Minggu. Memang pusat perbelanjaan terkenal itu selalu di isi oleh orang-orang walau sekedar cuci mata doang. Termasuk sepasang suami-istri yang saat ini berjalan mengelilingi. mereka tidak berbelanja, hanya menonton sebuah film action saja. Ingat satu hal, semuanya adalah keinginan si bumil yang kembali ngidam.

Rai merangkul posesif suaminya agar berjaga-jaga jika ada yang mencurinya nanti, juga termasuk karena banyak tatapan tertuju pada Gio. Selain karena tampan, lelaki tersebut juga di kenal banyak orang karena putra semata wayang seorang pemilik perusahaan paling berpengaruh di Indonesia. Mata perempuan itu menjelajahi seluruh sudut Mall untuk menemukan sesuatu yang cukup menarik.

" Mau itu." Rai menunjuk Timezone.

" Nggak. Lo udah tua, gak layak main gituan." Tolak Gio mentah-mentah.

" Tapi mau yang ke sana." Rengek Rai manja.

" Lo_" Gio menghentikan ucapannya sebab sadar dimana sekarang mereka berada. Ia hanya memejamkan mata guna meredakan emosi. walaupun seharian ini ia tidak sekolah, tapi tenaganya masih belum pulih. Ya, mereka semua yang ikut tawuran kena skorsing selama seminggu. Dan tadi Rai juga tidak mau sekolah karena takut terjadi sesuatu sebab pawangnya tidak sekolah juga.

" Nggak." Jawab Gio tegas seraya menusuk tajam netra mata istrinya dengan tatapan elangnya.

" Kalo yang itu boleh?" Rai menunjuk sesuatu di belakang Gio dimana ada seorang bayi gempal di gendongan wanita paruh baya.

Gio menoleh sekilas lalu kembali menatap Rai.
" Udah ada di perut Lo."

" Tapi kan belum lahir."

" Nanti gue congkel keluar."

" Ihhh, gak mau. Mau dedek bayi itu." Rai kembali merengek.

" Culik sana." Tukas Gio lalu kembali melanjutkan langkah. Ia pikir cewek itu akan mengikutinya, tapi setelah berjalan beberapa langkah namun tak kunjung mendengar derap langkah kaki yang mengikuti, ia kembali menoleh ke belakang.

" Shit." Ia mengumpat emosi karena Rai berjalan pelan ke arah bayi gempal tersebut.

Langkah kecil Rai tentu kalah dengan langkah lebar Gio. Lelaki tersebut menangkap pinggang ramping Rai kemudian sedikit menyeretnya untuk menjauh dari sana walau Rai memberontak kuat membuat mereka menjadi pusat perhatian.

Gio menyeret Rai ke tempat perlengkapan bayi yang cukup dekat dan lumayan sepi. Ia menyentak kasar istrinya setelah sampai di sana.

" Lo pengen gue bunuh sekarang juga anjing." Ujar Gio walau pelan tapi menusuk.

Rai tentu takut tapi tidak menundukkan wajah melainkan hanya menampilkan mata berkaca-kaca saja. Melihat raut ketakutan itu, Gio semakin emosi namun berusaha mengontrol. Ia menarik pinggang Rai kemudian merapatkan tubuh mereka.
" Kita pulang ya! Kan masih demam."

Kini suara Gio sedikit melembut seraya meraba kening istrinya. Setelah pertengkaran lumayan hebat semalam, tadi pagi Rai terbangun ditemani suhu tubuh meningkat. Menurut pengakuan dokter, perempuan tersebut hanya shock apalagi masih dalam keadaan hamil muda.

Rai kini melebarkan senyum, ia sudah tidak takut lagi akibat suara Gio yang sedikit lembut tadi.
" Gak mau. Makan dulu baru pulang."

Gio menghela nafas tapi tak ayal ia mengiyakan. Mereka kini berjalan bersama-sama keluar dari sana. Bahkan Rai bersenandung kecil juga kembali merangkul lengan kekar suaminya.

Gionatan ( SUDAH TERBIT )Where stories live. Discover now