32. jika Rai marah.

220K 25.1K 1.6K
                                    

" aku bukan Tuhan yang gak pernah buat umatnya kecewa Gio, karna suatu saat nanti aku juga bisa buat kesalahan." - Raisya -

                             ⚔️⚔️⚔️

Ting...
Ting...
Ting....

Lelaki yang sedang asik merokok di atas kasur king size tersebut meraih handphone miliknya di atas nakas. Tubuhnya hanya terbalut celana pendek saja tanpa atasan juga masih berkeringat, diantara jari telunjuk dan jari tengahnya terapit sebatang rokok. Ia bersandar pada kepala kasur seraya membuka ponselnya dengan santai, tidak peduli dengan seorang perempuan di sampingnya yang masih terisak-isak di bawah selimut tebal. Padahal jam sudah menunjukkan pukul setengah satu dini hari.

08xxxx
: Bang, mamah lagi sakit. Nyariin Lo mulu.

: Bang, datang sekarang ya.

: P
  P
  P
  P

             08xxxx is calling

Gio menggeser tombol ke arah warna merah tanda menolak panggilan kemudian ia me-nonaktifkan benda pipih tersebut. Ia tau nomor tadi adalah nomor ponsel adik tirinya.

" Mau mati juga gue gak peduli." Batin Gio.

Lelaki tampan itu turun dari atas kasur, ia melirik kearah Rai yang masih setia terisak di bawah selimut. Gio kembali naik ke atas kasur lalu mencondongkan tubuh untuk menyentak selimut yang menutupi wajah istrinya.

Seketika Rai terkejut ketika wajahnya yang dipenuhi air mata kini terpampang di hadapan Gio. Rai merapatkan selimut untuk menutupi tubuh polosnya.

" Mau mandi bareng?" Tanya Gio tak berdosa, Malah ia menampilkan raut menggoda.

Rai terdiam sejenak kemudian kembali menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya.

Gio tersenyum miring lalu ia beranjak dari sana menuju kamar mandi. Ia mungkin sedikit tidak nyaman tidur dalam keadaan seperti tadi. Begitu juga dengan Rai, ia mungkin juga kurang nyaman tidur dalam keadaan begini, tapi ogah lah mandi bareng Gio. Mungkin setelah lelaki tersebut selesai mandi saja baru Rai berikutnya.

Sekitaran sepuluh menit pintu kamar mandi kembali terbuka, Gio keluar dari kamar mandi dalam keadaan handuk yang hanya bertengger di pinggang saja. Ia berjalan masuk ke arah walk in closed untuk segera berganti baju.

" Akhhh.." Rai meringis sedikit kencang sebab ia berusaha untuk duduk. Ia menarik selimut sebatas betis menampilkan luka memar berwarna biru atau hitam, bahkan mulai mengeluarkan sedikit darah. Ini semua akibat cambukan Gio tadi. Ditambah saat ini keadaan badan wanita itu seperti remuk sebab suaminya yang bermain kasar tadi tanpa peduli bahwa Rai sedang mengandung muda.

Rai memaksakan tubuh untuk duduk kemudian berhati-hati menurunkan kaki agar turun ke atas lantai. Sebelumnya ia melilitkan terlebih dahulu selimut tebal itu di tubuhnya.

" Ck, dasar suami biadab." Lirih Rai pelan sepelan-pelannya. Jika begini untuk berdiri pun rasanya pasti akan sulit.

" Ngapain?" Dengan cepat Rai menatap laki-laki yang barusan ia umpat kini sedang berdiri di belakangnya.

" Ngesot." Jawab Rai asal.

Gio terlihat samar menaikkan sebelah sudut bibirnya kemudian ia berjalan mendekat dan berhenti tepat di depan istrinya. Sekitaran tiga detik ia terdiam lalu tiba-tiba menggendong Rai ala bridal menuju kamar mandi walaupun perempuan tersebut meronta-ronta minta turun.

Gio meletakkan Rai di dalam bath tub, terlihat ia mengatur suhu air lalu menarik selimut yang menutupi tubuh istrinya membuat Rai spontan memekik kuat.

" Jangan kelamaan berendam. Nanti masuk angin." Ujar Gio datar. Ia kemudian berdiri hendak pergi dari sana. Namun, ketika di ambang pintu kamar mandi ia terhenti seraya menoleh ke belakang.

" Mau dimandiin juga?"

" NGAKKKK....."

                       ⚔️⚔️⚔️

" Tuan, nyonya sama sekali tidak menyentuh makanannya." Ujar bik saron yang baru keluar dari kamar majikannya.

" Hm." Gumam Gio singkat.

" Tapi mulai dari tadi pagi nyonya sama sekali belum makan tuan."

" I don't care bitch." Balas Gio sedikit membentak walau ia tau yang bicara dengannya barusan lebih tua daripada ia.

Bik saron terlihat sedikit ketakutan lalu ia membungkuk sekilas kemudian pergi dari sana ke arah dapur. Kini hanya tinggal lelaki tadi saja duduk santai di ruang keluarga dengan TV menyala di hadapannya pada jam setengah satu siang.

Tadi pagi sekitaran jam tujuh ketika Rai baru bangun, dokter sudah stand by di depannya untuk memeriksa dan mengobati luka termasuk memar di kakinya. Untung saja tadi dokter mengatakan tidak ada hal yang serius yang terjadi pada kandungannya. Dokter hanya menyatakan untuk mengurangi adegan bermesraan di atas kasur saja. ( Skip, ada bocil.)

Terdengar suara derap langkah kaki yang mendekat, namun si cowok tadi tidak menoleh sedikit pun. Hingga kini langkah kaki tadi berhenti tepat di belakangnya.

" Aku mau keluar." Ujar Rai memberitahu.

Gio mengangguk sekilas masih belum menatap ke belakang.
" Boleh, tapi jangan balik lagi."

Rai berdecak seraya menahan kedua tangannya agar tidak mencakar wajah suaminya.
" Aku mau keluar ke rumah temanku."

" Boleh, nanti gue suruh bodyguard buat antar barang-barang Lo." Balas Gio tenang.

Prang....

Kini Gio tidak bisa lagi untuk tidak menoleh. Ia menatap sekilas serpihan vas bunga yang sudah pecah berserakan di lantai lalu kembali menatap istrinya tenang.

" KENAPA SIH SEMUANYA KAMU YANG ATUR? KAMU BISA KELUAR MALAM, KAMU BISA NGINAP DI RUMAH TEMAN KAMU, TRUS KAMU BISA SEMENA-MENA BUAT NGATUR AKU." bentak Rai emosi.

Gio mengeluarkan smirk devilnya, ia kini berdiri dan berjalan mendekat ke arah istrinya membuat Rai was-was.

" Itu karna gue bisa jaga diri. Nggak kayak Lo." Pemuda itu menyelipkan beberapa helai rambut Rai ke belakang telinganya.

" Aku bisa jaga diri_"

" Bacot. Semalam Lo hampir di culik sama si Devan kan? Lo hampir di gilir rame-rame sampai keguguran buat mancing gue. Dan kalo daddy gue kemarin gak nolong Lo, mungkin sekarang Lo udah tinggal nama atau masuk rumah sakit jiwa." Potong Gio.

" Bodoh, aku juga sebenarnya bisa selamatin diri tanpa bantuan daddy." Balas Rai songong.

" Oh ya? Dari Devan dan kedua temannya?"

" Iya." Kembali Rai menjawab walau batinnya tertawa mendengar jawabannya tadi.

" Trus kenapa semalam Lo gak bisa selamatin diri Lo dari keganasan gue?" Tersirat nada menggoda dalam kalimat tersebut.

Rai gelagapan, ia memalingkan wajah ke arah lain sebab kini sudah mulai terlihat memerah. Karena tidak ingin kalah, ia hendak menjawab namun tiba-tiba terkejut sebab suaminya kini mengendong ia dan berjalan ke arah kamar.

" Mau ngapain?" Tanya Rai ketakutan seraya berkeringat dingin.

" Lanjutin tadi malam, soalnya masih tujuh ronde darling." Jawab Gio kelewat santai masih sambil menggendong sang istri.

" Nggak..... Nggak.... LEPASIN BANDOT SIALAN." teriak Rai frustasi.

                            ⚔️⚔️⚔️

Aduh aduh...
Gak tau mau gimana lagi mendeskripsikan part ini.

Eh, pasti ada yang bertanya-tanya, kok authornya lama up sih? Iya nih, soalnya lagi ada tugas sekolah yang very menumpuk. Jadi di utamain dulu ya...

Spam lanjut lagi yok.
Dan jangan lupa buat promosiin cerita ini ke teman-teman kalian ya.

Gionatan ( SUDAH TERBIT )Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt