40. Pencarian Universitas

193K 23.7K 1.7K
                                    

" sebrengsek apapun kita, gelar tinggi adalah impian juga." - Blood-Angels -

⚔️⚔️⚔️

Dua Minggu pasca pemakaman Mauren, kini semua sudah kembali seperti semula. Kepergian Mauren memang menyisakan luka yang amat dalam, tetapi mereka yang ditinggalkannya sudah mulai mengikhlaskan seiring berjalannya waktu.

Seperti sekarang ini, Gio dan Rai sudah kembali ke apartemen mereka dan telah menjalankan aktivitas seperti biasa. Gio yang bersekolah dan Rai yang uring-uringan di apartemen setiap hari.

Perjalanan menuju ujian akhir sekolah kelas tiga akan berlangsung sekitaran tiga Minggu lagi, oleh karena itu Gio dan teman-temannya sudah mulai jarang membolos. Ya walaupun mereka di kelas juga tidak ada gunanya sebab mereka hanya akan menggoda para siswi sekelas dan tertidur saja. Rencananya Gio ingin melanjutkan kuliah, tetapi Aryo malah seakan menentang dan memaksanya untuk segera belajar menjadi direktur Diamond Space. Tentu Gio menolak, senakal atau sebrengsek apapun dia, pemuda tersebut adalah salah satu dari jutaan orang yang ingin bergelar tinggi.

Sekarang sehabis pulang sekolah, Gio dan teman-temannya berkumpul di apartemen cowok itu untuk membahas tentang masa depan. Yak, ada Lucifer yang merasuki mereka untuk peduli terhadap masa depan. Padahal jika diingat-ingat ketika dulu ditanya tentang masa depan, mereka akan menjawab nasib yang menentukan.

Rai sedang berada di kamar, ia memilih rebahan cantik daripada berkumpul dengan para cowok-cowok rongsokan itu.

Berbagai universitas telah mereka bahas, mulai dari luar negri bahkan sampai dalam negri, Mulai dari jurusan paling gampang Sampai jurusan paling mudah, mulai dari pekerjaan paling banyak lowongan sampai paling sedikit lowongan. Tapi sampai sekarang mereka masih bingung menentukan.

" Universitas Oxford aja. Setelah lulus dari sana, pekerjaan yang bakal cari kita, bukan kita yang cari pekerjaan." Seru Galang.

" Masalahnya otak Lo mampu gak kuliah di sana?" Cerocos Anton.

" Eh, jangan ditanya ya. Nakal-nakal gini gue pernah raih juara tiga." Balas Galang bangga, dia menepuk dadanya bangga.

" Juara tiga dari enam orang Lang." Ceplos Franklin seraya memakan kacang Garuda.

" Anjir, ada pula satu kelas enam orang...." Ejek Revion tertawa ngakak.

Franklin mengangguk setuju, ia ingat ketika dulu Galang pernah bercerita kepadanya. " Gue gak becanda bangsat. Dulu si Galang TK di desa neneknya, udah itu waktu TK teman sekelasnya cuman lima orang aja."

" Dan asal Lo tau, waktu gue balik ke desa tempo hari, teman-teman TK gue banyak yang ngefans anjrot..." Ujar Galang semakin bangga.

" Pantesan muka Lo beda jauh sama muka si Pipit Lang. Lo kayak manusia purba sedangkan si Pipit kayak aset keluarga yang harus di jaga baik." Kata Revion mengejek.

" Elah, gini-gini si Pipit nolak kalo gue ke luar negeri kuliah. Dia katanya pasti kangen gitu."

" bukan kangen Lang, si Pipit cuman takut kalo sampe hilang di luar negeri karna Lo kan buronan di luar negri. Si Pipit nanti takut kalo dia juga ikut jadi buronan."

Galang tidak peduli lagi, ia mengacungkan jari tengah pada Delon kemudian kembali asik dengan laptopnya yang berisi nama universitas terbaik dunia bahkan Indonesia.

Gio juga sedang asik menatap layar laptopnya untuk mengelola file-file Diamond Space, walau terkadang ia ikut tersenyum tipis mendengar gurauan teman-temannya. Tiba-tiba bahunya di tepuk dan si pelaku adalah Anton yang tersenyum lebar.

Gionatan ( SUDAH TERBIT )Where stories live. Discover now