15 • Game Over

2.8K 610 189
                                    

🍬🍬 ------------------------------
when someone takes responsibility without force, that is love
------------------------------ 🍬🍬

Noted ya, 600 ⭐ aku next, jangan pelit-pelit 😂🤭🤣

-- happy reading --
مرنتىن نىاكار

SEMULA Hawwaiz ingin menyiapkan sesuatu di hari spesial Vira, tapi melihat drama kehidupan yang kini sedang ada di depan matanya rasanya semua itu tidak perlu dilakukan lagi. Kata calon istri yang keluar dari bibir Heffry masing terngiang-ngiang di telinganya. Apalagi melihat perhatian Vira pada pria itu ketika dia rawat di rumah sakit. Ini bukan tentang kemanusiaan, tapi tentang harga sebuah hati yang harus dijaga.

Pagi itu Hawwaiz telah bersiap. Dia hanya kembali ke flat untuk mandi setelah semalaman terjaga karena harus mengerjakan laporan. Jangan lagi bertanya bagaimana dengan kantung matanya, yang jelas tampilan Hawwaiz sekarang tidak kalah amburadul dari hatinya. Cambangnya mulai tumbuh dan Hawwaiz memilih membiarkannya. Selama tidak masuk ke ruangan operasi, rambut-rambut halus itu tidak mengganggu aktivitasnya.

"Morning, Hawwaiz." Clara meletakkan satu cup teh panas yang masih mengepul asapnya di depan Hawwaiz.

"Thanks, Claire. You always know what I need now," kelakar Hawwaiz mengambil cup teh pemberian Clara.

"I know you don't like coffee as a sedative after finishing work."

Hawwaiz mengangguk setuju. Pagi itu mendadak konsulennya mengadakan ujian tanpa pemberitahuan sebelumnya. Sehingga siap tidak siap Hawwaiz, Clara, dan yang lainnya pun harus melewati semuanya.

"No need to ask, we are sure you can pass this impromptu exam very well." Clara mengangkat jempol tangannya dan menunjukkan pada Hawwaiz.

"We are very worthy of that praise," jawab Hawwaiz merendah.

Kembali pada aktivitas, panggilan darurat yang membuat semuanya berhamburan menuju pekerjaan yang harus segera diselesaikan. Clara masih berdiri di samping Hawwaiz menangani pasien yang baru saja tiba dengan luka yang cukup serius. Dejavu yang membuat Clara akhirnya memutuskan untuk bicara dan bertanya pada Hawwaiz.

"Hawwaiz, I want to talk to you."

Wajah serius yang ditunjukkan Clara membuat Hawwaiz terpaku sejenak lalu menganggukkan kepalanya. Mereka memilih menikmati waktu istirahat bersama di kafetaria rumah sakit.

Baru saja mereka akan melangkahkan kaki memasuki area kafetaria, sosok wanita yang ingin Clara sampaikan pada Hawwaiz telah lebih dulu berada di sana. Vira terlihat membawa makanan yang sengaja dibungkus yang kini menggantung di lengannya.

Clara tersenyum ramah. Namun, kecanggungan jelas sekali terlihat antara Vira dan Hawwaiz. Akhirnya Vira hanya mengangguk kaku lalu memilih berlalu tanpa berniat menyapa Hawwaiz lebih karena semakin lama dia melihat kebersamaan Hawwaiz dengan Clara maka semakin bertambah sakit yang mendera dalam hatinya.

Harusnya Hawwaiz mengejar dan bertanya pada Vira, tapi suara Clara lebih dulu membuat refleks kakinya mengikuti gerakan wanita itu masuk kafetaria.

"Do you know the future wife of a patient from Indonesia who was operated on because of a displaced scapula?" tanya Clara setelah mereka mendapatkan tempat duduk.

"Her name is Vira," jawab Hawwaiz tanpa menunggu lama.

Clara menatap Hawwaiz tanpa suara sampai akhirnya Hawwaiz tersadar bahwa hal yang akan dibicarakan Clara adalah tentang Vira.

AORTAWhere stories live. Discover now