07 • Cerita Cinta

4.5K 728 377
                                    

🍬🍬 ------------------------------
Gravitation is not responsible for people falling in love
------------------------------ 🍬🍬

-- happy reading --
مرنتىن نىاكار

MATAHARI di London masih menyembul malu-malu. Semilir udara dingin masih sejenak menyapa. Meski musim telah berganti tapi sepertinya dingin masih enggan beranjak pergi. Hawwaiz membuka kembali kotak hitam yang telah dia persiapkan. Satu lingkaran keluaran tiffany dengan ukiran namanya. Hari ini Hawwaiz ingin menitipkannya kepada Arfan sebelum menerbangkan kembali garuda besi ke angkasa meninggalkan kota London. Hawwaiz pun juga harus kembali lagi ke Oxford sore ini.

"Om—" Hawwaiz menghela napas. Masih dengan gestur duduk tegak dengan tangan di bawah meja.

Arfan masih memperhatikan putra bungsu sahabatnya yang mendadak hari ini mengejutkan hatinya hingga bibirnya terkatup tak lagi bisa bicara. "Ada salah jika saya tidak menyampaikan ini terlebih dulu kepada pemilik gadis yang saya inginkan menjadi istri. Terlepas bagaimana nanti Om Arfan dan Tante Kania menanggapinya. Jika saya hanya berniat untuk mempermainkan hati Vira, pasti tidak akan berbicara segamblang ini."

Serius, Hawwaiz yang biasanya selalu terlihat santai ketika bertemu dengan siapa pun, kali ini semua hilang dari identitasnya. Mukanya tidak menunjukkan bahwa dia sedang bercanda dan keseriusan itu tampak sekali saat kedua tangan Hawwaiz terangkat dari balik meja dan terulur ke arah Arfan untuk menyerahkan kotak kecil yang sedari tadi di timbangnya.

"Titip ini sebagai tanda keseriusan saya meminta Vira kepada Om Arfan." Hawwaiz meminta Arfan menerimanya.

Semakin bungkam bibir Arfan melihat keberanian Hawwaiz membuktikan ucapannya. Arfan tahu itu bukan barang yang murah.

Arfan menerima dalam keadaan terbuka seperti yang diserahkan Hawwaiz. Setelah embusan napas kasarnya, dia bertanya kepada Hawwaiz untuk melihat dan menguji keseriusan meski tidak untuk memutuskan segera.

"Apa yang membuatmu yakin untuk ini, Iz?"

"Karena Allah meminta untuk menyegerakan sesuatu yang memang sepantasnya disegerakan. Saya ingin, saya berniat dan juga karena saya merasa mampu." Singkat dan sudah pasti jelas tanpa harus berputar-putar arah.

"Dan mengapa harus Vira?"

"Allah juga yang telah menuntun hati saya untuk memilihnya. Mengapa tidak yang lain, karena mata saya tidak bisa melihat kelebihan dari wanita lain ketika nama Vira telah ada di dalam hati saya." Hawwaiz kembali menjawabnya dengan kemantapan hati.

"Baiklah, Tante Nia harus tahu, terlebih Vira," kata Arfan.

"Hawwaiz—" Arfan menatap Hawwaiz dalam-dalam. "Apakah Daddy, Bunda dan seluruh keluargamu mengetahui akan hal ini?"

"Daddy dan Bunda belum mengetahuinya, Om. Hanya Bang Hafizh yang telah mengetahui meski saya juga belum mengatakan bahwa wanita itu Vira," jawab Hawwaiz jujur.

Arfan kemudian menggelengkan kepalanya.

Dia juga tidak yakin kalau putrinya telah mengetahui tindakan spontanitas tanpa rencana menurut Arfan yang dilakukan Hawwaiz hari ini. Padahal Hawwaiz sendiri telah menyiapkan semua ini jauh-jauh hari sebelumnya.

"Vira—?"

"Saya sudah berkali-kali menyampaikan kepada Vira. Namun, dia masih menganggap saya bercanda. Vira tahu perasaan saya kepadanya, Om Arfan. Namun, dia tidak mengetahui kalau hari ini kita membicarakan ini. Saya belum memberitahukannya."

"Lalu apa yang kamu lakukan saat Om berkata seperti daddymu. Kalian belum halal dan tidak diperbolehkan berkhalwat meski itu hanya lewat chat?" pancing Arfan.

AORTAΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα