04 • Jelajah Rindu

5.1K 748 198
                                    

🍬🍬 ------------------------------
No matter the family and who or what they are made of, a family is a family when they all come from love
------------------------------ 🍬🍬

-- happy reading --
مرنتىن نىاكار

MENYUSUR trotoar sepanjang jalan Kramat Gantung Surabaya, menyibak hamparan etalase yang memamerkan berbagai macam jenis kamera. Tentu saja Hawwaiz sangat tahu di Inggris dia bisa mencari berbagai model bahkan yang tercanggih dengan merk yang terbaik sesuai dengan spek yang dibutuhkannya.

Sesungguhnya tidak ada niat membelinya di sini karena dia masih merasa cukup dengan apa yang dimilikinya kini. Niat ini tiba-tiba muncul ketika Vira mengatakan bahwa dia harus mengikuti interview pekerjaan di kota yang sama. Ada rasa tidak nyaman saat membiarkan sahabat kakaknya itu sendirian pergi ke luar kota. Selagi Hawwaiz bisa tidak ada salahnya.

Vira yang terkesan easy going membuat Hawwaiz betah berlama-lama ngobrol dengannya, walau terkadang niat usil itu seringkali singgah untuk membuat wanita itu sedikit merona akibat gaya bercandanya yang terlewat jahil. Namun, sepertinya angin berubah arah ketika perhelatan akbar pernikahan kakak kembarnya. Hatinya mulai bimbang dengan desir halus yang mulai menyapa ketika dia berada di dekat Vira.

"Hi, what's up Guys. Finally today," Hawwaiz menghela napasnya setelah memutar kamera memperlihatkan backround tempatnya berdiri. Dengan mengenakan stelan jas yang memang telah dipersiapkan untuk pernikahan kakaknya.

"Yap, akhirnya hari ini aku kembali ke Indonesia. Jika kalian melihat banyak sekali ornamen bunga di belakangku berdiri saat ini, tentu saja hari ini aku berada di sebuah pesta pernikahan." Hawwaiz kembali tersenyum lalu memanggil kedua keponakan kembarnya.

"But, not me." Hawwaiz kemudian memainkan mata dengan gayanya yang khas.

"__and finally I have a time to meet up with them. My great twin nephew and niece, Habeel and Hafsha. They are delivered at Massachusetts, and have just returned to Indonesia five month ago. Hey you, introduce your self in front of my cam, please," kata Hawwaiz setelah kedua ponakannya mendekat.

"Hi guys, if all this time you have liked watching Uncle Haaz on his vlog, today we will be the hosts," kata Hafsha. Gayanya yang lucu nan imut pasti bisa disebut sebagai teman yang serasi untuk menemani Hawwaiz mengoceh di depan kamera.

"Ok, let's play some games. I will ask you and you have to answer quickly just with word yes or no, understand?" kedua keponakan Hawwaiz hanya tersenyum lalu menganggukkan kepala tanda mengerti. "And we call the games is a truth quickly. Are you ready?" tanya Hawwaiz kembali kepada kedua keponakannya yang sekali lagi dijawab anggukan oleh keduanya.

"One, do you like Uncle Kama?" Hawwaiz memulai pertanyaannya.

"Yes," ucap kedua bocah itu langsung menjawabnya.

"Two, Do you like Uncle Kama and Aunt Al to be one?"

"Yes," jawab keduanya kembali.

"Three, do you long for Uncle Haaz?"

"Yes," kemudian kamera menyorot kepada sosok wanita yang berdiri membelakangi mereka.

"Do you know who is she?" tangan Hawwaiz menunjuk wanita yang disorot oleh kameranya kemudian mengarahkan kembali kepada keponakannya. "Yes,"

"And the next question is, do you like Aunt Vira?"

"Yes," jawaban keduanya masih tetap konsisten namun kemudian bibir mungil Habeel terbuka, keluar dari kesepakatan games yang dibuat oleh Hawwaiz. "Uncle wait."

AORTAWhere stories live. Discover now