Bagian 16 : Kumpul Lagi [1]

7.4K 788 7
                                    

Mobil pick up langsung bertengger di hadapan Salena membuat wanita itu tersenyum lebar, apalagi saat melihat pertengkaran antara Viora dan Nasha. Karena Nasha yang menyetir dengan ugal-ugalan seperti supir angkot. Itulah kalimat yang keluar dari mulut Viora. 

Nasha sendiri tidak ambil pusing, tidak mengacuhkan Viora. Berjalan mendekat ke arah Salena lalu memeluk tubuh Salena. "Salenaku Sayang, I miss you!!" Suara cempereng Nasha menggema membuat mereka di tatap beberapa orang.

"Dih! Nih anak bener-bener minta ditampol!" gerutu Viora. Sebelum Viora kembali menghantam kepala Nasha, segera Salena memeluk Viora.

"Berangkat sekarang yuk!" ujar Salena usai memeluk Viora. Melepaskan kerinduan karena sudah lama tidak bertemu.

"Iyalah! Nanti kalau kelamaan, tarif parkirnya nambah." Viora membantu Salena menaruh koper serta tas jinjing milik Salena di belakang.

"Ih! Bentar dulu! Kita foto-foto dulu deh. Eh! Gue mau bikin story palsu. Koper lo mana Len?!" seru Nasha heboh telah mengeluarkan ponselnya.

"Apa sih lo?! Kayak gak pernah ke bandara aja?!" desis Viora kesal. Menarik Salena naik ke mobil. "Gue tinggalin lo!" Ancamnya pada Nasha. Dia yang menyetir. Tidak lagi memberikan kemudi pada Nasha yang kini merengut kesal.

"Ini mobil siapa?" tanya Salena. Setelah mobil melaju dengan kecepatan sedang.

"Mobil bokap," jawab Viora. "Sekarang lagi jualan kelontong gitu, Len. Pesan antar ke toko-toko yang beli dagangannya."

Salena mengangguk pelan. "Terus mobil lo mana?"

"Dijual buat modal. Lo tau kan dua tahun terakhir keluarga gue krisis ekonomi gara-gara bokap kena PHK? Kuliah gue hampir gak selesai kalau gak pinjem duit ke Odit."

Salena mengusap pelan lengan Viora. Memberikan semangat pada temannya itu. Meski Viora bukanlah dari keluarga kaya raya, tapi tetap saja pernah memiliki penghasilan yang cukup lalu tidak ada sama sekali tetap membuat wanita itu sedih.

"Makanya Len, si Viora mau dijodohin Pak Haji Lukman, juragan ayam itu. Yang sering ngasih kita ayam gratis, ternyata ngincar Viora." Tawa Nasha meledak, begitupun Salena. Sementara wajah Viora merengut kesal.

"Walaupun bokap dan nyokap gue gak punya duit sepeserpun, gue gak bakal mau nikah sama tuh aki-aki mesum!"

"Makanya lo cari kerja!" cibir Nasha. "S1 lo gak ada gunanya tau gak!"

"Kok lo gak nyari kerja, Vi?" tanya Salena heran. Memang, Viora pernah bekerja di salah satu perusahaan telekomunikasi dengan status magang. Belum selesai waktu magangnya, tapi Viora telah keluar dari sana hingga saat ini tidak lagi bekerja.

"Trauma gue Len. Gue gak mau lagi kejadian kayak yang lalu terulang." Viora bergidik ngeri. Kembali mengingat dirinya hampir dilecehkan di tempat kerja oleh seniornya yang sok bossy. Untung saja ia bukan wanita lemah. Memberikan bogeman pada wajah songong pria itu yang hampir meremas buah dadanya. "Mending gue bantuin bokap, jadi supirnya dia." Viora tertawa di akhir kalimatnya.

"Eh gimana tempat kerja lo? Aman, gak?" tanya Viora melirik Salena. Kini Nasha yang tadi bertukar pesan dengan kekasihnya kembali menatap Salena.

"Aman kok." Salena menyunggingkan senyum.

"Kalau ada masalah gak usah lo tutup-tutupin. Cerita aja sama kita," sahut Nasha.

Salena menyengir kaku lalu mulai menceritakan, bahkan tentang Rehan yang menyukainya.

"Astaga serius?!!" Pekik Nasha heboh setelah mendengar cerita Salena tentang bos temannya itu. Kalau saja ia duduk di dekat Viora sudah dipastikan kepalanya ditoyor. "Ih! Kok kayak cerita-cerita di novel sih, Len! Kenapa lo gak terima?"

"Gue gak suka." Salena menjawab dengan lugas.

"Ya kan ada cinta karena terbiasa. Apalagi duitnya banyak lho," balas Nasha.

"Teman setan. Ngajarin sesat lo!" cibir Viora pada Nasha.

"Apa sih? Mending lo diem deh! Fokus aja nyupir Neng!!" seru Nasha kesal. Lalu kembali fokus pada Salena. "Terima aja Len. Abis itu kalian langsung nikah! Apalagi nikahnya di Bali. Beuh! Ala-ala gitu, resepsinya di pinggir pantai biar gue bisa pakai baju model sabrina," celoteh Nasha panjang lebar.

Salena hanya mampu tertawa. Memang temannya yang memiliki tubuh mungil itu sangatlah cerewet.

"Lo aja yang nikah ama Bara, Sha. Kan gue udah pernah," ujar Salena.

"Bara mau nyelesein S2-nya dulu, terus beli rumah, mobil, abis itu kita nikah deh!" Nasha tersenyum lebar. Membayangkan impian dirinya dan Bara tercapai.

"Yang ada Bara dah bosan kalau rencana lo kayak gitu!" cibir Viora. Tidak lupa dengan tawa mengejeknya membuat Nasha merengut kesal.

"Mending jomblo gak pernah pacaran diem deh! Gue sama My Bara cinta dah saling cinta, saling sayang. Sudah berjanji sehidup semati!" ujar Nasha menggebu-gebu.

"Len, lo pasti gak tau kalau Nasha lagi kerja banting tulang buat biayain S2-nya Bara, kan?" ujar Viora pada Salena.

"Lo emang bucin banget, Sha." Salena hanya mampu tersenyum geli. Apalagi saat Nasha balas mengejek Viora.

"Biar gue ama Bara cepet nikah makanya gue bantuin biaya kuliahnya!"

"Ya harusnya penghasilan lo, buat lo kuliah, kampret!" Viora masih tidak terima dan tidak menyetujui dengan Nasha yang bekerja banting tulang untuk biaya kuliah Bara. Seandainya saja mereka telah menikah, tidak apa-apa. Tapi, mereka masih pacaran. Viora hanya tidak ingin nantinya Nasha mendapat apa yang tidak diinginkan yang membuat temannya itu semakin 'gila'.

"Dear Viora, karena gue calon istri yang baik, ya ngapain gue capek-capek kuliah kalau ujung-ujung entar di dapur doang. Ngurus anak sama suami."

"Pikiran lo dangkal, Sha," cibir Viora lagi.

"Eh ngaca neng! Terus lo sendiri ngapain gak kerja? Gunanya ijazah S1 lo apa?"

Salena hanya mampu tertawa di tengah pertengkaran dua temannya yang tidak pernah akur tersebut. Inilah yang membuatnya merindukan suasana hangat seperti ini.

Meski mereka tidak sedarah, tidak memiliki hubungan keluarga, tapi Salena telah menganggap mereka saudara. Kakak maupun adik.

***

See you the next chapter
Salam manis dari NanasManis😉
24/07/21

Bittersweet DivorceWhere stories live. Discover now