33. LOST MY MIND [27.07.2021]

4.5K 661 219
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

"Jeno, maafkan aku.."

Hari itu Jeno belajar bahwa memang tidak ada manusia yang bisa dipercaya di dunia ini. Pertemanan tidak selalu berjalan apa adanya, tidak selalu membawa ke jalan yang lurus.

Bagaimana bisa dia menangis atas semua yang telah diperbuatnya?

"Aku tidak menyangka akan menjadi seperti ini."

Tubuhnya mati rasa. Tidak mampu merasakan apapun kecuali kelemahan. Kesulitan bergerak untuk beranjak dari tabung untuk menghampiri sosok pirang itu dan membogem wajahnya.

Tabung kaca yang lebih terlihat seperti peti mati. Karena sebagian besar orang-orang di dalamnya telah meregang nyawa.

Hanya beberapa dari mereka yang masih bisa bangun, masih bisa merasakan hembusan nafas di dunia yang pelik ini. Sisanya terkulai selayaknya raga tanpa nyawa.

Tubuh mereka menghitam dengan mata putih membuka lebar. Sebagian masih kejang sebagian lagi telah tidak berdaya. Kegagalan eksperimen itu nyata dan Jeno menjadi saksi itu semua. Dimana orang-orang yang dia kenal menjadi korbannya.

Tidak memandang umur, hanya mereka yang beruntunglah yang berhasil selamat.

"Oh, tidak. Aku mohon, Sungchan bertahanlah!"

JREPP!!

Si pirang menancapkan jarum suntik besar pada dada salah satu subject. Orang-orang berjas lab mengelilinginya mulai memasang peralatan medis untuk menunjang nyawa. Berlaku pula pada subject lain yang menunjukkan tanda-tanda kegagalan.

Wajahnya nampak letih sengsara, tapi dia tetap berusaha melakukan apa yang dia bisa.

Dia lah Chenle Zimmervoct yang telah membawa mimpi buruk pada Squad Q.

"Apa? Apa yang salah?!! Tidak mungkin!!"

Dan dia bukannya menyesal saat itu juga, namun malah menyalahkan keadaan.

"Ayah! Paman! Aku mohon lakukan sesuatu!"

Mereka yang memperoleh predikat sebagai pemimpin hanya memandang dalam diam dengan wajah kecewa, kecewa akan kegagalan yang terjadi.

Warna emas dan hitam yang berdiri bersandingan dengan segala ambisi yang mereka pegang. Wajah-wajah tegas itu menampakkan ketidaksukaan. Menatap orang-orang di dalam tabung itu seperti sampah yang gagal didaur ulang. Lebih tepatnya, tatapan mereka tidak jauh seperti orang ketika melihat serangga di rumah mereka.

Jijik dan benci.

"Ayah, aku mohon!!"

Yang datang bukanlah ayahnya, melainkan kakaknya yang mendorong tabung oksigen untuk para subject yang gagal dan menunjukkan tanda-tanda kematian.

BLINDZER - NOMIN [✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang