ber alibi

98 17 42
                                    

"halo Lun, kata Arka lo habis cuti." sapa Yura begitu dia melihat Aluna yang berjalan masuk ke kantor agensi.

"iya, gimana kabar lo? Maaf kemarin nggak jenguk pas lo sakit." sahut Aluna tanpa mengalihkan fokus pada ponselnya.

"iya gapapa, cuti kemana lo? Arka kayaknya nggak pernah lo ajak jalan deh." Yura penasaran, karena pas tau Aluna cuti cewek bernama akhir Sandika itu kayak ilang aja.

"jalan, nikmatin cuti." Aluna nggak sepenuhnya bohong, dia emang jalan tapi sama Sagara bukan sama Arka.

"sama siapa? Arka pas lo cuti sibuk deh kayaknya."

"emang kalau jalan harus sama pacar? Dunia gue kan nggak cuma berpusat sama Arka sama kayak dunia dia yang nggak cuma berpusat sama gue." Aluna secara halus mengatakan bahwa dirinya bukan lagi prioritas cowok keturunan Kanada itu.

"kok gitu? Emang lo jalan kemana, kepo nih gue." Yura masih tidak sadar bahwa sikap Aluna padanya berubah dingin.

"nggak jauh kok sekitar kota aja. Anggaplah reward setelah kerja keras gue setahun ini." Aluna berujar cuek.
.
.
.

"hei sayang, makan bareng yuk. Udah nggak ada photoshoot kan?" Arka menempatkan lengannya dibahu Aluna selesai gadis itu melakukan sesi pemotretan untuk produk fashion.

"nggak bisa, aku masih ada urusan sama temen. Janji deh lain kali pasti makan bareng, duluan ya..." Aluna berlalu begitu saja ke lobby kantor meninggalkan Arka yang cengo setelah ajakannya ditolak.

"Lun, mau kemana? Nggak sama Arka?" Yura yang melihat Aluna menuju lobby menghentikannya.

"enggak, lo temenin deh kasihan gue liat mukanya yang pengen ngajak makan." Aluna melanjutkan tujuannya menuju luar gedung menemui Yogi yang siaga bukain pintu mobil buat dia.

"sama siapa, kayaknya gue nggak kenal sama cowok itu." monolog Yura.

"mau makan siang dimana?"

"nggak tau, terserah deh. Lagi badmood pengen ngamuk." balas Aluna terlihat suntuk.

"kenapa? Katanya mau biasa aja kalau ketemu tapi nyatanya malah badmood gini?" kalem banget Sagara nyautnya bikin Aluna pengen mewek.

"mukanya sok nggak bersalah banget, sebel deh." Aluna menggertakkan giginya.

"labrak aja kenapa sih? Suka banget nyusahin diri sendiri." celetuk Yogi.

"diem deh, nggak usah sok bersaran kalau nggak tau masalahnya." sentak Aluna nggak perduli Yogi lebih tua darinya.

"nggak sopan banget mentang-mentang istri boss." dengus Yogi.

"udah nggak usah ribut, cari aja restoran atau tempat makan yang deket sini." titah Sagara pada Yogi.

"siap pak boss." Yogi iyain aja deh daripada memperpanjang masalah terus gajinya dipotong kan.
.
.
.

"bapak tuh sebenernya kerja apa sih?" seminggu barengan nyatanya Aluna masih nggak tau kerjaan suaminya itu. Dia cuma tau kalau Sagara seorang boss dari panggilan yang selalu dilontarkan Yogi.

"udah boss, bilang aja. Udah sah ngapain masih bohong. Siapa tau dia jadi bisa pamer sama pacarnya setelah denger jabatan lo kan, atau udah mantan?" Justru Yogi yang bersemangat.

"kamu tau SAABI corp? Saya kerja disitu." ucap Sagara setelah menyelesaikan makanannya.

"bapak jadi apa? Karyawan disana, atau-"

"dia CEO nya nona cantik." potong Yogi yang ngebuat garpu ditangan Aluna jatuh.

"maksudnya gimana? Kamu yang punya? Jangan bercanda pak, saya serius ini." Aluna menatap Yogi dan Sagara bergantian.

"bukannya dari nama aja udah ketauan dia pemilik SAABI corp?" Yogi terlihat heran karena Aluna masih belum sadar status Sagara padahal saat mereka mendaftarkan pernikahan seharusnya gadis itu sudah tau siapa lelaki yang ia nikahi.

"ya mana aku tau, kan di keterangan pekerjaan cuma ditulis pengusaha. Di dunia ini juga banyak pengusaha seumuran dia." Aluna masih nggak percaya suaminya ini pemilik perusahaan terkenal.

"seneng kan punya suami CEO? Pamerin deh ke temennya." saran Yogi.

"enggak minat, pamer doang nggak bakal bikin mereka sadar kesalahan." Aluna berujar cuek.

"udah belum nih? Masih ada 20 menit jam makan siang." Sagara melihat jam tangannya sekilas.

"boleh 1 lagi nggak?" Sagara mengernyit heran karena Aluna udah ngabisin jus jeruk dan sepiring spageti. "eskrim ya..." Aluna lagi mau ngilangin stress kayaknya jadi milih eskrim sebagai penghilang suntuk padahal sebagai model dia nggak boleh makan banyak supaya proporsi tubuhnya sempurna.

"nggak takut gemuk? Bukannya model nggak boleh makan banyak?" celetuk Yogi.

"bukan kamu yang bayar kan? Boleh ya..ya... Abis ini janji deh bakal olahraga biar nggak gendut." Aluna menatap Yogi kemudian beralih pada Sagara.

"boleh, tapi nanti pulang ke rumah." sahut Sagara dan diangguki Aluna mantap karena dipikiran gadis itu yang paling utama adalah eskrim. Rumah disini adalah penthouse milik Sagara, kenapa lelaki itu minta Aluna untuk pulang kesana karena setelah resmi jadi pasutri Aluna hanya tinggal di penthouse selama 3 hari sebelum cutinya habis.

"gampang banget sogokannya." dengus Yogi.
.
.
.

"kamu darimana? Katanya ada urusan sama temen kok lama banget?" Arka berujar curiga begitu melihat Aluna kembali ke kantor.

"makan siang sekalian bahas kerjaan. Kenapa sih kepo banget?" Aluna berujar risih.

"Yura tadi ngeliat kamu dijemput cowok jadi temen kamu itu cowok? Lagian urusan kerjaan apa, aku tau jadwal pemotretan kamu itu kapan aja." Arka masih ngotot nggak ngebiarin Aluna pergi.

"lah emang aku nggak boleh punya temen cowok? Kamu aja punya banyak temen cewek kan? Jadi gapapa dong kalau aku punya temen cowok?" Aluna nggak lagi bohong soal Arka yang lebih banyak punya temen cewek daripada temen cowok.

"ngaku aja deh, dia siapa Lun?" Arka udah mengeratkan tangannya dipergelangan tangan Aluna.

"temen, kamu cemburu?" pancing Aluna.

"ya jelaslah, cowok mana yang nggak cemburu ceweknya jalan sama cowok lain?" Arka berujar menggebu.

"kan cuma temen, aku aja selalu biasa pas kamu jalan sama cewek lain yang kamu bilang temen itu. Udah deh nggak usah lebay, aku mau beberes terus pulang. Mending kamu kerja sana masih ada kerjaan malah ngerusuh urusan orang." ketus Aluna yang akhirnya bisa lepasin tangannya dari tangan Arka.

"bareng aja, kenapa buru-buru? Biasanya juga bareng kan." Arka makin curiga.

"aku capek Arka, nungguin kamu bisa sampe malem. Kalau udah sampe rumah aku telfon deh ya..." janji Aluna padahal dia udah illfeel banget.

"oke deh, hati-hati ya dijalan." Arka kemudian berjalan menjauh meninggalkan Aluna dengan wajahnya yang seketika berubah masam.

"buaya Kanada dasar, kenapa gue bisa mau sama lo dulu?" Monolog Aluna sebelum keluar gedung kemudian naik taksi ke tempat Sagara.

Sekalinya putus dapet yang baru langsung crazy rich ya Lun hmm... 🤐

Your HappinessUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum