ribut

99 18 58
                                    

"kamu curiga nggak sih sama Aluna beberapa hari terakhir ini?" Yura merasa ada yang aneh sama Aluna setelah kembali dari cutinya.

"enggak seminggu ini dia masih rajin ngasih kabar ke aku kok. Kita juga masih makan siang bareng walaupun nggak sering." Arka nggak merasa kekasihnya itu berubah.

"nggak mungkin kan kalau dia udah tau hubungan kita? Karena kalau sama aku dia kayak ngejauh." Yura khawatir status hubungannya dengan Arka terbongkar.

"enggak lah, kalau ketahuan kenapa nggak langsung minta putus? Nggak mungkin dia mau nyakitin hati sendiri kan?"

"oh jadi libur tuh mau jalan bareng? Kok cuma berdua, nggak ngabarin lagi." Aluna tetiba muncul yang bikin 2 orang itu seketika berdiri.

"kok bisa disini? Katanya mau ketemu temen." Arka gelagapan.

"nggak usah ngelak dulu, katanya libur mager kok nongkrong disini? Sama sahabat aku lagi." Aluna mendesak Arka untuk mengakui hubungannya dengan Yura.

"iya tadi itu-"

"Lun, ditungguin tuh-lah siapa nih? Mencurigakan." Yogi muncul memotong penjelasan Arka.

"sahabat sama pacar aku, aku sibuk kerja mereka asik dong nongkrong berdua." ketus Aluna menekan kata sahabat dan pacar.

"oh, urusin nanti deh. Boss aku keburu kering tuh nungguin. Belum bilang kan kalau udah bersuami?" Yogi berbisik di kalimat terakhirnya.

"tapi belum kelar nih status mereka apaan." Aluna masih ngeyel.

"udah ditungguin, nanti kamu yang molor gaji aku yang dipotong nggak mau lah." Yogi memaksa tubuh Aluna untuk berbalik menghadap Sagara yang udah duduk manis bersidekap tangan.

"Kak..."

"nanti aja meweknya, ini juga. Kalau mau selingkuh jangan di kafe depan kantor ketauan malu sendiri kan. Jelasinnya nanti aja Aluna mau ada urusan bentar." Yogi beralih pada Arka dan Yura yang masih diem ditempat.

"Yogi!" seruan Sagara bikin cowok 27 tahun itu segera membawa Aluna menjauh dari meja itu.

"duduk anteng disini pesen apapun yang kamu mau. Pak boss kalau marah suka random soalnya." Yogi memaksa Aluna untuk duduk didepan Sagara sementara dirinya mengambil duduk disebelah Aluna.

"pindah aja? Nggak suka saya kamu badmood begini." Sagara masih bersidekap tangan sesekali melihat meja diujung ruangan tempat Arka dan Yura yang juga menatap meja mereka.

"mau makan red velvet sama eskrim aja." sahut Aluna setelah menetralkan emosinya.

"siap tuan putri, nggak usah galau nih di depan lebih welldone dari yang itu." Yogi beranjak dari duduknya untuk memesan keinginan Aluna setelah memberi sedikit semangat.

"haaah..." Aluna menaruh kepalanya dimeja lelah kemudian mengulurkan tangannya pada Sagara.

"kenapa?" Sagara heran karena Aluna jarang begini di depannya.

"tangan, mana tangan. Sakit tangannya dilipet terus?" sungut Aluna dengan ketidak pekaan Sagara.

"oh? Katanya nggak boleh pegang, kan belum-"

"buruan deh pak, badmood tuh dihibur bukan dinasehati." sentak Aluna yang bikin Sagara menghela nafas.

"kamu biasanya nggak begini, kalau mau marah luapin aja jangan dipendem. Tadi saya tawarin pindah nggak mau." Sagara mengenggam erat tangan Aluna.

"Luna! Katanya temen kerja kok pegangan tangan?" Arka datang menghampiri mereka dan kembali mengacaukan usaha Aluna untuk meredam emosi.

"berisik deh, cuma pegangan tangan. Gue masih tau batasan Arka, lo boleh marah semisal gue sama dia pelukan atau apapun itu. Jadi pegangan tangan bukan termasuk hal besar yang bisa lo cemburuin." geram Aluna.

"tapi lo pacar gue!" Arka masih nggak terima.

"terus bedanya apa? Gue pegangan tangan sama dia ketemu lo yang lagi nongkrong bareng sama sahabat gue sendiri? Lo mau gue gimana, diem dirumah cuma sibuk kerja sementara elo boleh ngelayap kemanapun sama siapapun." Aluna udah nggak perduli kalau mereka jadi bahan tontonan.

"udah, nggak usah diperpanjang. Pindah aja kita, pesenan kamu batalin aja." Sagara nggak mau Aluna malu.

"oh atau lo ada hubungan sama dia?" selidik Arka.

"kalau iya kenapa? Elo sama Yura juga main belakang kan? Anggap kita impas, tadinya gue nggak mau emosi dan nunggu elo ngaku sendiri tapi elo nya berasa nggak berdosa banget."

"yaudah putus aja kita."

"nggak masalah." Aluna berujar enteng. "itu ngebuktiin kalau kalian emang ada hubungan kan?" remeh Aluna yang bikin kicep Arka.

"Luna, nggak gitu kok. Kita nggak ada hubungan apapun, cuma sahabatan kayak gue ke elo." Yura ikut nyamperin meja Aluna.

"silahkan tuan putri pesenannya." Yogi balik dengan eskrim dan red velvet. "lah apaan nih? Udah dibilang nggak usah nyari ribut. Putus belum? Kalau udah buruan pergi merusak mood aja kalian." Yogi berujar sebal.

"Yogi..." Sagara berujar serius. "urus dokumen buat beli tempat ini. Saya nggak suka perempuan saya dipermaluin ditempat umum." Lanjutnya kemudian menarik Aluna pergi.

"selera lo sugar daddy ternyata pantes anteng aja putus dari gue." celetuk Arka.

"sekalian blacklist mereka dari daftar pengunjung." Sahut Sagara tanpa menatap lawan bicaranya.

"nah kan, banyak omong sih. Nggak bisa nongkrong lagi kan lo, padahal kafe deket agensi sendiri tapi nggak boleh nongkrong disini." Yogi geleng kepala ngeliat 2 orang yang kini terdiam itu.
.
.
.

"kalau mau nangis, nangis aja nggak usah ditahan." Yogi berujar dari bangku supir saat melihat Aluna yang udah berkaca-kaca.

"kakak..."

"peluk sebelahnya kenapa manggil ke aku?" Iya Aluna udah biasa manggil Yogi kakak semenjak 2 minggu lalu dan Yogi juga lebih sering jadi bodyguard Aluna semisal cewek itu pengen jalan. Sagara nggak masalah kan dia sibuk kerja, lagian kalau pergi kemanapun Yogi selalu laporan ke dia.

"nggak mau, nggak peka." cibir Aluna.

"ck... Iya saya nggak peka." Sagara langsung menarik Aluna dalam pelukannya.

"huweeee..." pecah deh tangis Aluna.

"kamu nangis karena apa nih, nggak jadi makan eskrim sama redvelvet- aduh iya bercanda enggak kok kamu bener mereka yang salah." gurauan Sagara dapet cubitan dari Aluna.

"udah dibilang putusin aja dari lama malah nunggu nanti, sakit hati kan sekarang." ledek Yogi.

"yang gue bilang tadi udah lo catet kan?" Sagara kembali mengingatkan tentang niatnya membeli kafe itu.

"udah pak, santai aja langsung gue urus kok. Lo terima beres aja pokoknya." Yogi berujar yakin.

Marahnya orang kaya beda ya hmm🙄

Your HappinessWhere stories live. Discover now