dapur berguna

102 15 55
                                    

1 bulan setelah skandal yang menimpa Aluna dan Sagara, kini berita tentang keduanya kembali muncul bukan karena masalah tapi tentang pernikahan mereka yang dianggap dirahasiakan. Beberapa orang berpendapat bahwa Aluna memakai nama Sagara untuk menjadi terkenal di dunia modelling. Ada juga yang mengatakan bahwa mereka tidak benar-benar menikah.

"kenapa ada aja beritanya? Mereka nggak capek ngurusin privasi orang?" jengah Aluna. Padahal udah sebulan baru dibahas sekarang tentang pernikahan dadakannya.

"bukannya kamu udah sering begini? Kenapa kesel banget, harusnya yang begitu saya karena semua perilaku saya sekarang jadi sorortan." Sagara berujar sambil menghabiskan makan siangnya.

"iya tapi kan ada jedanya, itu pun jangka waktu lama. Lah ini baru sebulan udah muncul lagi nama saya di media."

"mungkin mereka penasaran, orang cuma tau kamu punya pacar dan mereka tau siapa pacar kamu. Terus tetiba kamu nikah tapi bukan sama dia kan pasti banyak orang yang curiga, jadi wajar." sahut Sagara enteng.

"bodo lah, gimana pak masakan saya enak nggak?" yang diangguki Sagara.

"lain kali masakin lagi, saya juga biasa masak tapi nggak pernah seenak ini." Sagara berujar setelah menghabiskan sisa makanan dimulutnya.

"bapak biasa masak apa?"

"ramen hehehe..."

"heleh, namanya nggak masak pak. Males aja itu mah." cibir Aluna.

"yang penting judulnya masak kan..." Sagara berujar cuek.

"kayaknya kebanyakan ya saya masaknya?" Aluna menatap beberapa lauk yang masih tersisa setengah.

"tapi kamu kapan belanjanya? Perasaan kulkas masih sama nggak ada perubahan saya berangkat tadi."

"pas bapak udah berangkat, saya belanja di supermarket. Hemat sedikit lah pak, masa iya tiap hari jajan melulu." selama hampir 2 bulan ini emang Aluna nggak pernah menginjakkan kaki di dapur penthouse itu. Baru tadi ia resmi memakai peralatan yang bisa dibilang cukup lengkap tapi jarang dijamah tangan manusia.

"bagus deh, seenggaknya dapur sebesar itu berguna akhirnya." Sagara mengangguk.

"lagian kenapa peralatannya lengkap kalau bapak nggak pernah masak?"

"pas tanya desain interior dia bilang lebih bagus kalau dilengkapi yaudah saya beli aja buat pelengkap." Sagara mengendikkan bahunya.

"dasar boros, mungkin kalau bapak nggak kaya bapak bakalan mati karena nggak bisa menghidupi diri sendiri." cibir Aluna.

"beruntung saya kaya, lebih beruntung lagi karena sekarang ada kamu yang bakal masak buat saya." sahut Sagara bangga.

"udah ini sisanya mau diapain? Mubadzir kalau dibuang."

Suara ketukan pintu membuat atensi keduanya tertuju pada Yogi yang masuk dengan setumpuk berkas. "nah selagi lo disini, ada makan siang nih lo belum makan kan?"

"iya kak, dimakan aja. Atau kalau kebanyakan bagi aja sama yang lain. Udah masuk jam makan siang juga kan." Aluna menyetujui ucapan Sagara.

"ini kenapa kayak abis ada pesta? Jadi tas yang kamu bawa tadi itu isinya ini? Pantes pak boss betah di dalem ternyata di kirim makan siang sama istri tercinta."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aluna mengambil beberapa makanan yang tersisa lalu menjadikannya 1 wadah dan memberikannya pada Yogi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aluna mengambil beberapa makanan yang tersisa lalu menjadikannya 1 wadah dan memberikannya pada Yogi. "nih dimakan ya, semoga sesuai selera kakak." Aluna menarik dokumen ditangan Yogi kemudian menggantinya dengan 1 tempat makan berisi masakannya.

"habisin, awas aja sampe sisa potong gaji." tuding Sagara.

"heh nggak boleh gitu pak, emang masakan saya bapak yang bayar?dibagi aja kalau nggak habis." Aluna berujar pada Sagara kemudian beralih pada Yogi yang masih diam ditempat.

"kosongin 1 kartu debit sisain 10 juta buat belanja dia." ujar Sagara.

"buat siapa, 10 juta belanja apaan?" Aluna jelas kaget.

"see? Dia emang suka random dan asal nyeplos." Yogi lebih memilih duduk dan mencatat apa yang baru saja dikatakan Sagara.

"kalau buat belanja 300ribu juga lebih pak ngapain sampe 10 juta?"

"gapapa, sekalian kebutuhan rumah. Lah ngapain lo malah duduk? Udah selesai kerjaannya?" tegur Sagara pada sekretaris sekaligus asistennya itu yang sudah mulai membuka makanan tadi.

"jam makan pak, laper gue numpang bentar. Lagian nggak bakal ada yang masuk juga." Yogi udah masukin satu nasi kepal ke mulutnya.

"gimana enak nggak?" Aluna bertanya antusias setelah menaruh dokumen yang sempat ia pegang ke meja kerja Sagara.

"enak, pinter juga kamu masak. Lain kali kalau mau buatin dia makan siang sekalian ya." ucap Yogi.

"nggak, Luna khusus masak buat gue. Emangnya dia ibu kantin pakai segala titip dimasakin." sahut Sagara sewot.

"ck... Posesif lo, kan sekalian masak bi. Nggak bakal gue tikung cuma mau minta makanannya." ucap Yogi jengah.

"harus lah, siapa tau lo khilaf." cuek Sagara.

"emang mau saya masakin apa pak? Sampe nggak boleh dititipin makanan."

"buatin bento buat besok." ucap Sagara.

"lah kek bocah dibawain bekal ke sekolah."

"diem ya, bilang aja iri nggak ada yang masakin." cibir Sagara.

"kampret memang boss satu ini. Mau nitip sekalian masakin nggak boleh sekarang malah ngeledek." dengus Yogi.

"udah itu aja? Kalau bento mah beli aja, di restoran-"

"katanya nggak mau boros?" potong Sagara.

"lah kalau saya dikasih kartu debit isinya sebanyak itu ya beli aja ngapain masak. Kalau nggak mau beli berarti masaknya harus banyak."

"buat siapa masak banyak, kan cuma berdua yang makan."

"buat gue lah, mau kok gue dapet sisa juga." Yogi berujar semangat.

"nggak usah ikut nyambung, abisin aja makanannya terus cuci sekalian yang bersih." Sagara berujar nggak suka.

"gue pindah haluan jadi ART apa gimana sih heran sensi banget lo hari ini." cibir Yogi.

"heh kenapa sih? Lagian masak banyak juga nggak mubadzir kok kalau ada yang makan. Nggak usah protes kalau nggak bantuin masak." Aluna berujar saat melihat Sagara mau protes.

"yass dapet pembelaan dari ibu negara. Mampus makanya jangan pelit bi, dimarahin kan lo." ledek Yogi puas.

"gue kasih lembur nangis lo."

"mainnya lemburan nih, marahin kek Lun masa ngancemnya lembur." adu Yogi udah kayak bocah kalau di ganggu temennya.

"kenapa malah berantem, inget umur dong kalian nih." cibir Aluna berasa ketuker umurnya sama 2 lelaki disana.

Jangan pelit bi, yang penting kan dapur gede itu sekarang ada yang jamah kan daripada nggak ada...

Your HappinessWhere stories live. Discover now