Rumit

138 25 8
                                    

"Apa kabar dunia?" Sunghoon geleng-geleng membaca surat yang tertuju pada temannya, Jo

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

"Apa kabar dunia?" Sunghoon geleng-geleng membaca surat yang tertuju pada temannya, Jo.

"Sudah gila," saut Nicholas yang kini sibuk mengotak-ngatik sebungkus k*ndom berwarna merah tersebut. Untung saja pertandingan futsal membuat semua kelas sepi termasuk kelasnya Jo. Jadi mereka tidak perlu bersembunyi untuk melihat barang tersebut seperti pendosa.

"Siapa yang ngasih?" Pertanyaan Nicholas membuat Jo ragu untuk menjawab.

"Harua," namun tetap dijawab.

"Udah gue duga dia itu boti!" Nicholas bahagia karena tebakannya selama ini benar.

"Bocah kecil sepolos tampang Harua? Bisa nulis surat mesum kayak gini? Dia mabok kayaknya," sudah sekitar 11 kali Sunghoon membaca ulang kertas tersebut tetap saja tidak percaya.

"Perlu ditegur secara tegas gak sih?" Pendapat Nicholas mendapat anggukan setuju dari  Sunghoon begitupun Jo, ia juga tidak mau adik kelas  itu menimbulkan prasangka buruk terhadapnya.

Setelah rapat singkat tersebut, dipimpin Nicholas mereka berjalan mencari Harua ke arah lapang. Namun, sepanjang lorong Jo berfikir dua kali. Jika soib nya itu mempermalukan Harua di depan penonton futsal bagaimana? Bukan kah itu keterlaluan?

Tepat disaat pria itu berfikir, ia melihat Harua berada di lorong lain untuk menuju kelas. Melirik kedua temannya yang tidak melihat pria kecil itu karena mereka sudah berbelok ke arah lorong menuju lapang. Dengan segera Jo berjalan kearah Harua.

"Gue mau ngomong," tekan Jo membuat lawan bicaranya yang setinggi dadanya itu gugup. "Maksud ini apa?"

Harua memundurkan wajahnya beberapa inci karena mini bag  yang Jo sondrokan begitu dekat dengan wajahnya. Pria itu meraih benda tersebut dan membuka apa isinya. Setelah melihat apa isi yang ada di sana, Harua mendekap mulutnya sendiri. Ia menatap kakak kelas nya itu secara takut karena Jo sepertinya sangat marah.

"Lo gei?" Kini pertanyaan yang sempat Harua lemparkan kepada Jo seperti bumerang baginya. Jo melempar balik  pertanyaan tersebut kepadanya.

Secara cepat Harua menggeleng kuat. "Ini-

"JOOO!!!" 

Panggilan keras dari Nicholas membuat sang empu nama menarik tangan Harua untuk ikut bersembunnyi dengan nya di bawah tangga. Tarikannya yang keras membuat Harua tersentak dan menubrukan badannya pada dada Jo.

"Itu bukan punya ku kak."

"Diem," tegur Jo.

"Aku  bisa jelasin, jadi-

Jo mendekap Harua lebih erat agar pria itu bisa tahu jika keberadaan mereka sedang dalam bahaya. Namun, Harua masih saja berbisik membuat Jo membungkam mulut sang adik kelas.

Harua menyingkirkan telapak tangan Jo dari mulutnya dan kembali membisikan untuk memperjelas kesalah pahaman ini. "Beneran bukan punya aku, ada cewe dari sekolah sebelah yang nyuruh aku ngasih ini ke kakak, tapi karena dia bilang... mpph"

Karena kedua soibnya terdengar semakin mendekati posisi mereka. Jo membungkan bibir Harua dengan bibirnya. Pria itu terlalu berisik. Pikirannya sudah dongkol harus berbuat apa untuk menutup mulut Harua agar terdiam.

Opsi mengecup bibir adik kelasnya adalah sebuah pilihan darurat.

Harua dapat mendengar detak jantungnya sendiri yang keras da cepat. Namun, ia tidak bisa mendengar  milik sang kakak kelas. Apakah hanya dirinya yang gugup di sini?

"Ke lapangan aja, kayaknya dia udah di sana," ucap Sunghoon membuat mereka berdua yang hendak menaiki tangga untuk ke lantai dua segera berbalik arah. Setelah keberadaan Sunghoon dan Nicholas tidak lagi ada pertanda.

Jo melepaskan kecupannya pda bibir Harua. Pria itu menghela nafas, menatap tajam Harua yang kini wajahnya sangat merah. Jo ingin menyumpah serapahi adik kelasnya tersebut, namun ia hanya menarik nafas dan membuangnya.

"Sial hidup gue!" Umpatnya sebelum pergi meninggalkan Harua.

tbc...

much love sun

Favorite Crime | JoRuaWo Geschichten leben. Entdecke jetzt