Kiss Effect

127 20 9
                                    

Di dalam kelas sendiri Harua menangis usai membaca surat yang tertera pada  mini bag pemberian wanita sekolah sebelah itu

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Di dalam kelas sendiri Harua menangis usai membaca surat yang tertera pada  mini bag pemberian wanita sekolah sebelah itu. Bukan karena isi nya yang mengharukan, tapi ini terlalu vulgar untuk seusia anak SMA.

Terlebih lagi Jo masih menganggap jika dirinya lah yang memberikan benda dan surat tak pantas ini. Harua menendang-nendang angin kesal. Tangisnya pecah terus menerus. Andai jika tadi ia menerima ajakan Jay untuk menemaninya ke kelas.

Pasti akan ada yang membelanya seperti pengacara.

"Rua?!!!" Melihat Jake berlari mendekat, Harua segera meletakan semua barang tersebut ke dalam laci. "Lo kenapa???"

Semakin ditanya, tangis Harua semakin keras. Ia sudah tidak dapat membendung rasa sakit di dadanya karena tatapan sinis Jo yang bahkan tidak mengeluarkan kata-kata buruk, serta perasaan malu terhadap barang yang bukan miliknya itu.

🍚🍚🍚

Jake merasa jika akhir-akhir ini Harua berperilaku aneh. Pria itu tidak lagi makan di kantin, ia akan membeli susu dan roti untuk dimakannya di dalam kelas.

Tentu saja sebagai sahabat dari SMP, Jake khawatir dengan keadaan bocah itu. Makan siang dengan roti dan susu nutrisinya tidak sama seperti makan nasi di kantin.

"Lo serius gak ada yang mau diceritain?" Jake akhirnya bertanya. Mereka berdua sedang dalam perjalanan menuju penyimpanan peralatan olahraga.

Kelas olahraga Jake dan Harua dilaksanankan di hari dan jam yang sama. Jadi, mereka berbagi lapangan serta peralatannya.

"Ga ada Jake," ucap Harua dengan nada lemas. Pria itu tidak tahu harus bagaimana mengatasi masalahnya sendiri.

Terdengar suara bising dari depan ruangan penyimpanan. Saat dilihat terdapat 3O sedang bermain basket di sana.

Harua segera menyembunyikan diri di balik tembok membuat Jake curiga.

"Jadi, alasannya mereka?"

"Bukan," Harua mencoba berbohong.

"Lo bohong?" Pertanyaan sekian kalinya dari Jake membuat sang lawan bicara menghela nafas dan memilih untuk mengangguk.

"Tepatnya, Kak Jo."

"Lo di bully? Di palak? Kurang ajar banget! Mereka bakalan dihajar Kak Jay!" Emosi Jake memuncak.

"Jangan bilang Kak Jay, udah biarin aja. Nanti juga reda."

"Tapi-

"Jake... Kamu tau sendiri kan kalau Kak Jo beda dari dua temannya? Aku yakin semua bakalan baik-baik aja," Harua berusaha meredakan api yang membakar kepala temannya itu.

Jake menghela nafas setuju. Serta mengambil satu jaring yang berisikan banyak bola voli dari genggaman Harua.

"Lo tunggu sini aja, pasti lo gak mau ketemu dia kan? Biar gue yang ke ruang penyimpanan."

"Gakpapa?" Harua jadi tidak enak, karena Jake sudah membawa selipat matras dan kini ditambah harus membawa bagiannya.

Meskipun kesusahan Jake menggeret jaring berisikan bola voli tersebut dan tertatih-tatih karena tangan kirinya menghimpit sebuah matras.

Sunghoon yang melihat hal tersebut segera membuang bola basket dari genggaman dan berlari menghampiri Jake.

"Gue bantu," ucapnya merebut matras dari tangan Jake.

Interaksi yang tak terbiasa tersebut membuat kening Jo mengkerut. Sepertinya Sunghoon tidak dekat dengan pria tersebut.

"Kayaknya mereka udah jadi soib, gara-gara Sunghoon selalu tanya tentang crush nya ke Jake," Nicholas over sharing tanpa perlu ditanya. Membuat Jo senang dengan sifat temannya yang itu.

tbc...

much love, sun.

Favorite Crime | JoRuaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora