『Chapter III』

21 8 28
                                    

"AYA!!!" Kanaya hampir berteriak mendengarnya. Farel berlari menghampirinya dengan khawatir. "PIPIMU!! PIPIMU!!"

"Arel, aku ngga papa kok..." Kanaya tersenyum lembut walau Farel masih menatap khawatir padanya. "KAMU!!"

Andreass berjengit, menunjuk dirinya sendiri. "???"

"Iya kamu!! Kamu yang udah bikin Aya kaya gini, kan!?" Farel menatap tajam Andreass, membuatnya menghela napas pelan. "Gini ya dek, kakak itu ngga sengaja jadi--"

"Bohong!! Kamu sama aja kaya mereka yang gangguin Aya!!" merasa tertuduh, Andreass mengernyit tak suka. "Kan bukan kamu yang kena, kenapa kamu yang sewot!?!"

"U, udah udah... Arel, aku ngga papa, kok...cuma luka sedikit aja..." Farel tak terima, memandang tajam dan dingin. "Aya mau ngebelain orang yang udah nyakitin Aya lagi!?!"

"Arel, ngga gitu... ini beneran salah aku karena ngga hati-hati tadi... bukan salah kak Andre!"

Farel terdiam. "Ini juga salah kakak karena ngga hati-hati juga...." Andreass menyambug, membuat Farel kembali menatapnya. "Beneran bukan mau nyelakain Aya?"

Merasa aneh, Andreass mengangguk. "Ngapain juga kakak nyelakain Aya padahal kakak ngga kenal dia?"

"Mungkin aja kan, kakak gila..." alis Andreass berkedut, merasa amarahnya tengah dipancing. 'Untung bocah, kalo gak udah gw sikat...'

"Enak aja dibilang gila, kakak masih waras, ya!!" merasa terhina, tentu saja Andreass melakukan pembelaan. "Kalau ngga gila, berarti sinting!!!"

"Anj--" baru saja kata-kata kasar akan keluar, mulut Andreass dibekap oleh seseorang dari belakang. "Hoo, jadi Reas kalau di luar begini? Ngajarin yang gak bener sama anak kecil, hah?"

Merasa aura tak enak, Andreass berbalik. Langsung membeku di tempat. "A, ah...Li, Lion..."

"Hm?" senyuman manis dilayangkan oleh pria dengan surai coklat kemerahan itu. "Gu, gue bisa jelasin.."

"Jelasin? Jelasin apa? Bukannya lu gue suruh buat anter Keith sama Canda? Kenapa malah disini? Ngajarin yang ngga bener sama anak-anak..." pria bersurai coklat kemerahan itu kian tersenyum lebar. Merasa bisa dimanfaatkan, Farel memekik. "Dia tadi mau mukul kita kak!!"

"Heh!?!" Kanaya dan Andreass sama-sama terkejut. "E, ENGGA!! Dia bohong!! Gue ngga mukul mereka kok!!"

Awalnya Lion percaya, namun begitu melihat pipi merah dan hidung Kanaya yang tersumpal tisu, serta bibirnya yang sedikit sobek. Petir seakan menyambar otaknya. "ILITHIOS EISAI!! DEN ECHEIS ENKEFALO!! CHAZOS!!"

Mendengar kata-kata itu, Andreass membelalak sembari memegangi kepalanya yang habis di geplak. "Den eímai chazós!! Léei psémata!!"

Kanaya dan Farel saling menatap bingung. Apa yang sebenarnya tengah dibicarakandua orang diedepan mereka itu. "Trus itu kenapa pipi dia merah!?! Bibirnya sobek gitu!! Hidungnya disumpel tisu!!"

"Itu cuma ngga sengaja kegebok bola!! Gw ngga ngapa-ngapain!! Sumpah!!" dan satu jitakan keras berhasil mendarat mulus dikepala Andreass. "Itu namanya ngapa-ngapain dodol!! Gw bilangin Daddy kelar idup lo!!"

"Ya ampun...gue kaga sengaja sumpah, Li...." Andreass memelas, berjongkok sembari memegangi kepalanya. "Huft, adek-adek.... Maafin kakak ini yah, kakak bakal ganti rugi deh, tolong jangan bilangin dia ke orang tua kalian yah? Plisss..."

Felix terdiam, agak tidak suka saat kata 'orang tua' disebutkan oleh Lion. "Ngga papa kok, kak. Salah aku juga ngga hati-hati..."

"Aya!! Kamu mau belain orang yang udah nyakitin kamu, lagi!?!" Farel menggertak tak terima. Kanaya menghela napas, menggenggam tangan Farel erat. "Beneran ngga papa, kok, Arel... aku cuma luka dikit..."

☪೧Lullaby For You೧☪ [HIATUS]Where stories live. Discover now