『Chapter IV』

15 6 0
                                    

"Tumben ngelamun, gk takut kesurupan lo?" Coki tersentak, "Gk, gue cuman mikir aja.."

"Tumben lo, mikirin apa?" Keith duduk di bangku di depan Coki tanpa membalik bangku yang menghadap depan tentunya. "Tadi gue ngomong sama tuh dua bocah, trus mereka bilang gue punya kembaran..."

"Cok, gue juga punya kali. Kan bang Reas udah bilang, manusia itu punya 7 kembaran di dunia." Keith tak ambil pusing. Ia segera berbalik sebelum kata-kata dari Coki menghentikannya. "Gue tau, tapi yang gue pikirin itu pas gue liat mata dia!"

"Hah? Mata dia?" Keith kembali menatap Coki, "Si Kanaya..."

"Kenapa matanya?"

"Matanya.... entah kenapa buta sebelah..."

"Hah?"

.

.

.

.

"Met pagi Kanaya." Kanaya menoleh, tersenyum lembut saat melihat Coki menghampiri dan menyapanya. "Pagi. Keith belum dateng?"

"Yah diamah emang dasar kebo! Farel udah dateng? Biasanya kalian bareng."

"Arel ngga masuk, katanya sakit." Coki hanya membalas dengan'oh'ria. Seperti biasa, mereka berpisah dan berjalan menuju kelas masing-masing.

Ini sudah bulan ke-5 mereka, Keith, Coki, Kanaya, Farel, Andreass, dan Lion berteman. Terlebih, sudah lama pula yang lainnya mengetahui masalah hidup Kanaya sepanjang pertemaan mereka.

Diam-diam, mereka sering mengamati kondisi tubuh Kanaya. Mulai dari banyaknya plester yang menempel pada tubuhnya. Pergelangan tangannya yang kadang memerah atau membiru. Atau bekas sepatu yang menempel di baju seragamnya. Mereka melihat semuanya, namun enggan bertanya. Sebab sepertinya, Kanaya sendiri enggan bercerita.

"Nohkan ngelamun lagi!!" gebrakan di meja mengangetkan Coki. Hampir saja lelaki itu melempar cutter yang di sembunyikan di dalam lengan bajunya. "Sialan, gue lempar cutter mampus lo!!" sementara sang pelaku hanya cengar-cengir tak bersalah.

"Ya maap. Abisan lo ngelamun mulu sih. Kesurupan mempus dah!"

"Lo do'ain gue gitu maksudnya? Mau gue lempar tuh muka pake cutter?"

"Sensian amat neng, PMS yak? Wkwkwkwkw"

"Ngomong sekali lagi gue gampar mental lo ke neraka!!"

Tidak, adu bacot mereka tidak berhenti di sana. Mereka terus beradu bahkan sampai bel sekolah berbunyi. Tak ada yang berani menghentikan mereka. Alasannya? Sekali mengganggu mereka saja, salah-salah akan ada kejadian cutter terbang ke segala arah.

Namun kali ini, bukan cutter yang terbang. Melainkan sebuah buku kamus tebal yang melayang dan langsung mengenai keduanya dalam sekali lempar. Yang lain langsung menatap miris kedua orang yang kini terkapar dengan jidat yang benjol. Sedangkan sang pelaku dengan santai mengambil buku yang tergeletak di lantai.

"Udah selesai berantemnya, atau masih mau lanjut?" Lion Alvaro Al Yusuf, guru magang sekaligus kakak tertua dari Keith dan Coki. Kedua biang kerok yang melihat sang kakak langsung bangkit dan berdiri tegap.

"Lo bedua sekarang keluar! Lari 10 puteran di lapangan!!" keduanya hanya bisa menurut dan pasrah. Bagi mereka, hal paling menyeramkan selain kiamat adalah saat Lion marah. Bisa-bisa satu sekolah ia ledakkan dengan membabi-buta.

"Yak, abaikan dua curut no akhlak itu. Sekarang kita mulai pelajarannya!"

"Siap kak!!!"

.

☪೧Lullaby For You೧☪ [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang