『Chapter VII』

11 2 0
                                    


Cermin memantulkan bayangan. Dasi diikat, terlihat lebih rapih.

Almameter di pakai, sebagai pelapis kemeja putih polos yang dipakai. Disusul gelangan kain merah yang dinaikkan hingga batas lengan bagian atas. Rambut pendeknya disisir rapi, walau akhirnya kembali berantakan.

Tas di cincing, disangkutkan pada kedua pundak kecil. Sepatu di pasang, diikat dengan simpul yang terlihat apik.

Kaki kecil itu dilangkahkan, menelusuri jalan setapak yang ada.

Suasana ricuh di jalanan, membuat pagi yang amat sibuk bagi orang-orang.

"Kakak!!"

Kaki kecil itu berhenti di perempatan jalan, menolehkan kepala ke asal suara.

"Ayo berangkat bersama!"

Suara ceria dan penuh semangat, begitu lembut.

"Gak bareng Yuta?"

Gelengan penuh semangat di dapat. Pemilik kaki kecil itu bergumam menanggapi, kembali berjalan menuju sekolahnya. Sedangkan bocah tinggi bersurai raven itu mengikutinya dengan semangat dari belakang.

"Hm... udah berapa tahun ya kak?"

Si raven membuka pembicaraan, mengalihkan rasa canggung yang menguar.

"Apanya?"

"Yah.. kita... udah berapa tahun?"

Hening. Tak ada tanggapan.

Si raven tersenyum melihatnya, entah karena apa.

"Kak Kanaya tiap hari makin lucu, ya? Makin imut."

"Berisik."

Si raven kembali terkekeh kecil mendengar sarkasan Kanaya.

Kalian tak salah.

Bocah setinggi 132 cm dengan perawakan pria manis dan imut itu adalah Kanaya. Sedangkan bocah setinggi 147 cm di sampingnya adalah Aoi. Adik kelasnya.

"Kakak nanti mau lanjut SMP dimana?"

Pengalihan topik. Aoi pandai sekali mengalihkan topik hanya demi bisa berbicara dengan sang kakak kelas.

Kanaya sendiri hanya mengangkat bahu acuh.

"Kalo aku ikut kakak aka, sih. Kemanapun kakak pergi, aku ikut aja!"

Kanaya menghela napas pasrah. Memang betul, sedari kenal Aoi waktu kelas 4 sd dulu, bocah itu selalu mengekorinya kemanapun.

"Bang Toori tau bisa mati kamu."

Kanaya berujar dengan datar, sedangkan Aoi kembali terkekeh.

"Kalo Aoi mati, Aoi bakal ngikutin kakak kemanapun! Aoi bakal hantuin kakak!! Fhuuu~~!"

Kanaya berjengit geli. Memegangi lehernya yang sudah tak suci karena hembusan nafas Aoi.

"OI OI OI!! MASIH PAGI UDAH MESRA-MESRAAN BA'E!!"

Pantat mulus nan indah Aoi di tendang. Sang pelaku hanya mendorong Aoi menjauh, lantas merangkul Kanaya erat.

"Masih kecil aja udah berani mesra-mesraan lu. Gue bilangin bapake mampus lu..."

Toori. Atau biasa Kanaya panggil 'Bang Bur(ung)' itu menatap sinis pada sang adik, Aoi tentu saja.

Ringisan pelan Aoi tampilkan, sembari mengusap bokong berharganya.

"Kejem amat ama adek sendiri lu bang..."

"Kejem, kejem. Heh! Sono sekolah dulu lu! Ngapain coba ke jalur kita? Emang lu udah SMP huh?"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 14, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

☪೧Lullaby For You೧☪ [HIATUS]Where stories live. Discover now