12: Nice to meet ya!

165 36 15
                                    

Nata dan Rezki sudah sampai duluan, entah bagaimana caranya. Mereka memilih meja paling pojok dan sepi, lalu memesan dua ice americano.

Mereka mengaduk-aduk minumannya dengan sedotan dan sangat kompak, saking bosannya menunggu. Rezki juga bukan tipe orang yang akan mencari topik untuk mengobrol. Lawan bicaranya diam, dia akan ikut diam.

"Sialan, Bima mana, sih?!" Nata akhirnya bersuara setelah menghela napas panjang. "Lo sih ngajak duluan ke kafe."

"Gue haus, sih," jawaban Rezki membuat alis Nata bertautan. "Lagian, entar juga dateng. Sabar dikit, Pranata."

Jika Rezki sudah memanggil nama Nata cukup lengkap, berarti mood-nya mulai tidak bagus. Baiklah, jika Nata berisik, mungkin meja bisa dibalik oleh Rezki saat ini.

"Oke."

"Good boy."

Nata memutar matanya, lalu menoleh ke arah pintu. Ada yang datang, tapi bukan Bima. Melainkan ... kenapa malah cewek itu dan Ketua OSIS?

"Rez, nunduk. Buruan," ujar Nata panik sambil menunduk. Tapi, perintah Nata tidak langsung dituruti Rezki. Ia malah i kut menoleh ke arah pintu masuk. "Woy, nunduk!"

"Kenapa harus nunduk? Gue bukan cowok pemalu."

Nata membuang napas. "Kalo mereka lihat kita, mereka bakal nyapa kita."

"Terus?"

"Gue nggak mau disapa mereka!"

Saat Rezki menoleh lagi ke arah pintu lagi, ia menaikkan alis karena melihat Bima ada di tengah-tengah kedua orang tersebut. "Lah? Sejak kapan mereka saling kenal?"

"Siapa?" tanya Nata, ikut menoleh tanpa sadar. "Bima ... memang ngajak mereka atau nggak sengaja ketemu? Kok kayak akrab banget mereka?"

"Entah. Aneh."

Tak lama kemudian, Bima yang merasa diperhatikan akhirnya melambaikan tangan ke arah Nata dan Rezki.

"Ayo, Naura dan Kak Angga ikut gue," ujar Bima sambil menggandeng Naura dan Angga secara bersamaan ke meja Nata. "Hello, my bro!"

"What--" Kata-kata Nata tertahan, karena tanpa sengaja bertatapan dengan Naura. "Cih, ngapain lo ke sini?"

"Heh, gue juga males banget ketemu sama lo, ya! Nggak usah pede!" balas Naura tak kalah galak.

"Gue yang ngajak kok, Nat." Bima berusaha menjelaskan. "Jadi, gue sama Naura dan Kak Angga udah bersahabat sejak jam istirahat tadi. Terus, gue mau ngenalin sahabat baru gue ke sahabat lama gue. Begitu ceritanya."

"Hah?" balas Nata dan Rezki kompak.

"Kalian pakai headset? Kok pake 'hah' segala?" Bima malah tertawa. "Ayo, kalian harus saling kenal juga! Buruan kenalan!"

Nata berdecak. "Kenalan? Gue udah kenal sama mereka. Udah, cepetan duduk!"

Angga tiba-tiba berdeham. "Nat, lo nggak bermaksud bentak gue juga, kan?"

"Eh, iya. Lo kan kakak kelas, ya? Sorry." Nata berusaha tersenyum manis, "Gue ulang, ya? Silakan duduk, Kak Angga. Anggap aja rumah sendiri."

"Oke, thank you." Angga mendengus geli, lalu duduk di kursi yang kosong. Di sebelah Rezki. "Hai, Rez. Kita ketemu lagi."

"Hmm." Rezki hanya bergumam, lalu melihat Naura lebih teliti. "Jadi, cuma gue yang belom kenal sama Naura, ya?"

"Naura juga belom kenal lo, Bro." Bima terkekeh. "Ayo, duduk dan kenalan sama Rezki, Nau. Dia udah jinak, kok."

"O-oke." Naura duduk dengan canggung, di sebelah Nata. "Halo, nama gue Naura."

"Gue Rezki. Gimana ceritanya lo bisa jadi sahabat Bima? Diancam? Dipaksa? Apa dia tahu kelemahan atau aib lo?" Pertanyaan Rezki yang beruntun membuat Bima naik darah.

SunflowerHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin