17: This is me trying

217 8 26
                                    


Rekor baru berhasil dibuat oleh Bima, karena dalam satu bulan ia tidak bolos sekolah. Sepertinya, rencana kedua sahabatnya dan Pak Sugiman sangat berhasil.

Nilai Bima juga mulai kembali meningkat, tapi tidak secara drastis. Ternyata, walau semangat Bima ke sekolah sudah membaik, ia tetap tidak memiliki motivasi untuk mendapat nilai yang tinggi-apalagi tertinggi. Ia benar-benar anak yang santai saat belajar atau pun ujian.

Seperti hari ini, ada ujian praktik listening bahasa Inggris, tapi Bima malah masih bermain ABC lima dasar dengan Naura di mejanya.

"Nama Negara dari huruf J ya!" seru Bima semangat.

"Jepang!" ucap Naura lumayan pelan, karena takut mengganggu murid yang lain.

Bima terlihat berpikir. "Ah, Jerman!"

"Jamaika."

Bima menarik napas, lalu mengernyitkan hidung. "Oke, lo menang."

"Yes! Mana jidat lo?" Naura tersenyum lebar, lalu melatih jari tengah dan ibu jarinya untuk menyentil dahi Bima.

Bima menghela napas, lalu menyugar poninya ke belakang agar mudah disentil oleh Naura. Mata Bima terpejam karena takut sakit, tapi Naura tidak kunjung menyentil dahinya. "Nau? Lo nggak ninggalin gue sendirian di dunia yang jahat ini, kan?"

Naura terkekeh. "Nggak, kok. Hitungan ketiga ya, Bim."

"Okay! Gue siap." Bima menarik napas, agar tidak terlalu sakit.

Lalu tiga detik kemudian, sebuah telapak tangan mendarat di dahi Bima dengan keras.

Plakk

Suara tawa pun terdengar meriah di sekelilingnya. Ketika Bima membuka mata setelah menjerit, ternyata dugaannya benar. "Pranata! Lo kan yang mukul jidat gue?!"

"Hahah, kok tahu?" Nata tersenyum tanpa dosa, setelah tertawa puas bersama Rezki dan murid satu kelas.

"Masih berani nanya?" Bima menunduk sambil memegangi dahnya dengan satu tangan. "Duh, makin bego dah gua."

"Makanya belajar dan isi ujian tuh jangan ngasal!" Rezki tambah memukul belakang kepala Bima.

"Argh, duh jadi tolol nih sekarang. Lagian, kalian kenapa masih percaya gue ini genius, sih? Gue biasa aja, dan gue udah ngerjain ujian semampu gue," keluh Bima.

"Ujian listening hari ini, pokoknya lo harus dapet 100. Kalau nggak, untuk ujian berikutnya, gue sama Nata bakal ngisi asal-asalan," kata Rezki yang terdengar seperti ancaman.

"Jahat sekali taktik lo, Rez." Bima tersenyum miring. "Tapi, LO PIKIR GUE PEDULI SAMA NILAI KALIAN?"

Ketika Bima tertawa jahat, Rezki tetap tersenyum tipis. "Kita lihat aja nanti hasil ujian lo, ya. Apa lo beneran nggak peduli?"

Bima membuang muka. "Cih."

Nata dan Rezki kembali ke meja mereka, lalu Nata bertanya pelan ke Rezki, "Lo boleh ngancem dia sesuka hati lo, tapi kenapa harus bawa-bawa gue?"

"Lo kan sahabatnya yang paling berharga," jawab Rezki tersenyum kecil. Namun, berhasil membuat Nata merinding.

"Hmm, oke. Gue paham. Libatkan gue terus aja, nggak masalah."

"Oke."

Di meja Bima dan Naura, Bima terlihat sangat bete. Sedikit berhasil membuat Naura merasa bersalah karena mengizinkan Nata memukul dahi Bima.

"Sorry ya, Bim. Jidat lo sakit banget?"

"Hah?" Bima bertopang dagu dengan satu tangan, lalu tersenyum. "Nggak, kok. Kepala gue sekeras batu karang. Jadi, lo tenang aja."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 19, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SunflowerWhere stories live. Discover now