BAGIAN 1- Permusuhan

330 29 10
                                    


Tahun berganti. Bulan juga ikut berganti. Kehidupan serta keadaan pun ikut berganti.
Waktu terlewati begitu mudah, meski luka dihati tak kunjung terobati.

Layaknya sinar jingga kala senja yang seketika berubah temaram. Begitu lah perasaan Jay sekarang. Telah terganti dengan sendu.

"Jay? Kamu udah rapi? Jake masih mandi, tunggu dulu ya? Sebentar kok."

Jay tak menghiraukan. Ia kembali melahap roti selai coklat nya. Jika Mama saja tak membutuhkan izinnya ketika ingin menikah lagi, untuk apa Jay menghormati lelaki yang menjadi Papa tirinya kini?

Setelah roti nya habis, Jay meraih tas nya dia atas meja, lantas beranjak dari duduk nya.

"Aku pergi." pekik Jay, lantas berjalan melewati Indra, Papa tirinya.

Indra tak mampu menahan Jay. Dia tahu anak cowok itu menyimpan rasa benci padanya. Dan juga..pada Jake.

-

Semester baru, di tahun yang juga baru. Jay merasakan banyak perubahan dalam hidupnya. Yang awalnya ia ceria dan banyak tertawa, kini ia lebih suka diam membisu. Menyendiri di sudut sunyi nan sepi untuk sesekali menangisi takdir hidup nya.

Masih seperti biasanya, Jay mengendarai motor matic nya ke sekolah. Dia tak suka diantar, apalagi pakai mobil. Bikin macet jalanan, katanya. Pakai motor labih asik. Bisa salip sana, salip sini.
Hari ini, kayaknya Jay agak nyesel sarapan pakai roti selembar doang, saat sampai di sekolah, perutnya berbunyi. Ia merasa lapar, lagi.

Jay melirik jam tangannya, baru pukul setengah 7. Bel masuk masih satu jam lagi. Dia lantas memutuskan untuk mampir ke kantin. Membeli nasi kuning Teh Ida yang selalu jadi menu sarapan nya ketika di sekolah.

"Teh Ida, nasi nya satu porsi ya. Pake ayam goreng." ujar, Jay

Namun belum sempat Teh Ida membalas pesanan Jay, suara lain menyusul,

"Teh, mau beli nasi sama ayam nya dong."

Teh Ida jadi bingung sendiri. Pasalnya, ayam gorengnya cuma tersisa satu. Tadi banyak anak-anak yang datang pagi dan menyerbu daganngannya. Dia juga belum sempat menggoreng ayam lagi.

"Yah, ayamnya tinggal satu potong. Gimana nih?"

"Ya buat saya dong, Teh. Kan saya duluan yang dateng." protes, Jay.

"Buat saya aja, Teh. Saya nggak bisa makan kalo nggak pake ayam. Intinya buat saya." cewek yang tadi memesan ayam ikut tak terima.

"Loh, anda siapa? Yang dateng dan pesan duluan itu gue. Jadi, lo gak berhak ambil pesanan gue."

"Bodo amat."

"Kok lo konyol sih?!"

"Udahlah, lo ngalah aja kenapa si? Gue belum makan dari kemarin. Gue gak bisa makan kalo nggak ada ayam."

"Bukan urusan gue." Jay berujar dingin, tangannya lalu menyambar ayam di etalase dan dengan teganya, Jay melahap ayam itu.

"HEH?!! SINTING YA LO?! AYAM GUE!!!"

"Nanti gue sisain tulangnya."

"STRESS."

Cewek yang tak diketahui namanya itu melenggang pergi. Jay cekikikan nggak jelas. Bikin anak orang kesel pagi-pagi gini ternyata asik juga yaa. Begitu ujarnya dalam hati.

 Begitu ujarnya dalam hati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ephemeral || Jay Sunghoon Jake [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang