BAGIAN 26- Bus Kota

202 19 18
                                    

Setelah acara pernikahan papanya dengan mama nya Jay, Jake selalu diselimuti rasa bersalah.  Dia bahkan pernah menyesali tindakannya itu. Kalau saja dia ikut tidak setuju dengan pernikahan itu, mungkin Jay masih bisa bahagia sampai sekarang ini. Tapi sialnya, ia tak bisa memutar waktu. Dan lagi, sejak dulu, Jake selalu ingin merasakan kasih sayang dari seorang ibu meskipun itu hanya ibu tiri. Ia sudah menemukan jalan untuk menjadikan keinginan nya itu kenyataan. Namun takdir malah membuatnya semakin menderita. Kasih sayang Anita memang sudah ia dapatkan. Tetapi, apa arti dari kasih sayang itu jika ada salah satu yang merasa kebahagiaan nya telah di rampas?

"Faktanya, lo udah merasakan kasih sayang seorang ibu secara jelas bahkan disaat lo belum ngerti apa-apa."

Jake menoleh pada Sunghoon, "Maksudnya?"

Terhitung sudah 3 hari berlalu sejak Jay kabur dari rumah. Jake memutuskan untuk pergi ke Bandung. Tempat di mana almarhum Mama nya dimakam kan. Ditemani Sunghoon, Jake menginap di rumah Nenek dari Mamanya sejak kemarin sore. Mereka sudah berusaha mencari Jay sampai menghubungi teman-teman satu ekskul Jay namun hasilnya nihil.

Di depan makam Mama nya, Jakw bersimpuh menangis sesegukan. Nisan yang sudah usang itu menyiratkan arti kalau Jake  semakin beranjak dewasa.

"Nyokap lo meninggal sesaat setelah melahirkan lo. Itu berarti  ada nyawa dia yang tertinggal di diri lo. Ada kasih sayang dia yang lo bawa sampai sekarang ini. Dengan lo menyayangi diri lo sendiri, itu berarti lo juga merasakan kasih sayang nyokap lo."

Jake mengusap nisan itu, air matanya berlinang tanpa sanggup ia bendung. Dia belum pernah melihat wajah Mama nya. Belum tau apa-apa disaat Mama nya pergi untuk selamanya. Dia kira, itu adalah rasa sakit terakhir yang Tuhan berikan kepadanya. Tapi ternyata, proses pendewasaan juga menyakitkan.

Sunghoon berjongkok, mengusap pundak Jake yang sepenuhnya turun. "Gue temenin lo nangis sampe lo merasa tenang. Habis itu, kita harus pulang. Besok udah sekolah lagi. Dan gue mesti cari, Jay."

Jake mengusap air matanya, "Gue juga mau ikut cari dia."

"Apa nggak makin kacau nantinya kalo lo ketemu dia?"

"Gue mau minta maaf, dan bujuk Papa untuk cerai sama Mama."

"Sim Jaeyun?"

"Gue mau persahabatan kita kayak dulu lagi. Dan itu satu-satunya cara. Gue nggak mau terus menerus hidup dengan rasa bersalah gue karena udah ngerebut kebahagiaan nya Jay."

"Itu bukan ide yang tepat."

"Apa lo punya cara lain?"

Sunghoon terdiam. Dia tau dia nggak bisa melakukan apa-apa untuk mengembalikan persahabatan nya. Ilona saja sudah gagal dalam misi menyatukan kembali Jake dan Jay. Apalagi dia yang sejak awal sudah bingung mesti berpihak pada Jay atau Jake.

***

Perjalanan dari Bandung ke Jakarta memakan waktu 4 jam karena di jalan cukup ramai kendaraan. Sunghoon yang menyetir mobil selama perjalanan lebih banyak diam. Sedangkan Jake tertidur dengan mata sembab. Selepas dari makam Mama nya tadi, Jake lebih banyak diam. Cowok itu hanya berbicara ketika pamit pulang kepada Nenek dan Kakeknya.

Wajahnya kelihatan pucat karena seharian ini dia nggak makan apapun. Berbeda dengan Sunghoon yang masih menyempatkan diri sarapan sebelum ke makam, juga makan siang sebelum akhirnya mereka pulang. Selain karena memang dia nggak bisa menunda-nunda makan, juga karena dia nggak enak sama Nenek nya Jake yang sudah repot repot menyediakan makanan.

Sunghoon berhenti di depan restaurant ayam ternama. Dia membangunkan Jake untuk mengajak   cowok itu mengisi perutnya.

"Lo belum makan apa-apa dari pagi."

Ephemeral || Jay Sunghoon Jake [SELESAI]Where stories live. Discover now