Yang Tersayang

1.6K 180 14
                                    

Taehyung seringkali bertanya-tanya, kenapa ya sampai saat ini Jeongguk—kekasihnya yang saat ini sudah terlelap setelah sebelumnya merajuk karena ada tumpukan guling yang memisahkan ranjang mereka—masih setia bersamanya?

Dalam tiga hampir empat tahun hubungan mereka, Jeongguk tidak pernah sama sekali berusaha memutuskan hubungan ini. Ataupun marah besar hingga berhari-hari dan membuat hubungan mereka merenggang—Jeongguk tidak pernah seperti itu. Kisahnya dengan Jeongguk selalu manis, dengan beberapa pertengkaran kecil seperti ketika Taehyung overthinking kemarin, hubungan ini tetap berjalan seperti tidak ada ujungnya. Iya, Jeongguk kadang bisa sangat pencemburu dan menyebalkan. Iya, Taehyung juga bisa sangat sensitif dan bebal. Iya, mereka pernah berbeda pendapat dan bertolak belakang hingga kadang terbentur lalu berjarak, namun kurang dari 24 jam mereka akan sadar dan saling memaafkan serta kembali bersama.

Seperti pada waktu itu...

Saat itu di tahun pertama hubungan mereka, masa di mana Taehyung masih canggung-canggungnya karena ini adalah pertama kalinya ia memiliki hubungan dengan orang yang sekelamin dengannya. Apalagi sebelumnya orang itu adalah musuhnya, laki-laki yang sudah mendapatkan tatapan jijik dan juga kata kasar dari mulutnya. Maka tidak heran kalau hubungannya dengar Jeongguk tidak terasa seperti hubungan pada umumnya.

Mereka tidak saling bertukar pesan, bertemu hanya saat di sekolah, dan tidak ada yang namanya kencan akhir pekan.

Mereka berpacaran, tapi interaksinya terlalu minim dan lebih cocok disebut teman.

Hingga waktu itu pun datang.

"Kau bersama dengan Jaehoon lagi?"

"Uh... ada yang harus aku bicara—"

"Apa lagi hyung? Kau bicara apa dengan Jaehoon?" Taehyung ingat sekali ia sempat mengkerut takut dengan tatapan marah yang dilayangkan Jeongguk padanya. "Kita hanya bertemu saat di sekolah. Kau bahkan tak mengizinkanku untuk mengantarmu pulang atau bahkan bertukar pesan denganmu. Aku tau kau canggung karena ini pertama kalinya bagimu. Aku memaklumi itu. Tapi haruskah aku memaklumi kalau kau dekat dengan teman seangkatanku juga?!"

Saat itu Taehyung hanya diam tanpa membalas apa-apa. Di matanya nampak rasa takut, tapi Jeongguk mengabaikannya.

"Apa kau menyukai Jaehoon, hyung?"

"Gguk—"

"Kau bahkan lebih sering bersama dia daripada denganku. Tawamu bahkan menguar dengan cantiknya saat dengan dia dan bukan denganku. Kau menyukai Jaehoon kan, hyung?"

"..."

"Tapi kenapa waktu itu kau menyatakan menyukaiku?"

Mata Taehyung berkaca-kaca. Ia ingin menjelaskan bukan begini maksudnya. Tapi menatap Jeongguk yang kini diselimuti dengan kesedihan dan kemarahan—Taehyung tidak bisa apa-apa. Lidahnya begitu kelu dan ia tidak bisa mengeluarkan satu patah kata karenanya.

Hingga Jeongguk berbalik pergi dan meninggalkannya di halaman belakang sekolah yang sudah sepi, Taehyung masih tidak berbicara.

Saat itu Taehyung tau, kalau lagi-lagi ia bersalah.

Pikirannya sudah melanglang jauh, rasa takut itu sudah menyelimuti otaknya hingga Taehyung berpikir mungkin ia besok tidak usah masuk sekolah saja. Taehyung bukannya takut bertemu Jeongguk. Ia hanya takut mendengar kata putus dari pria itu.

Lalu tiba-tiba saja jendela kamarnya seperti ada yang mengetuk.

Ketukannya pelan, juga bertempo lambat. Tapi Taehyung bisa mendengarnya jelas karena senyapnya malam.

BUCIN |KVWhere stories live. Discover now