Perkenalan

77 7 0
                                    

Inilah yang sebenarnya aku takutkan.

Semua anggota tim voli berdiri di hadapan ku, menatap dengan tatapan yang berbeda. Ada yang menatapku biasa, terlihat senang dan ada juga yang menatapku sinis. Oh ayolah jika bukan karena Semi Eita dan Shirabu Kenjiro, aku juga tak akan mau berdiri disini.

Tidak mau.

Tak akan pernah, tau.

"Jadi? Siapakah mahluk mungil itu".

Ah si rambut merah itu bersuara. Aku sedikit menggenal para anggota tim voli ini, dari Kenjiro-senpai tentunya. Lagipula orang bodoh mana yang tak mengenal mereka coba? Tim terkuat yang memiliki Ace yang masuk jajaran pemain voli terkuat se-Jepang. Pemuda berambut merah seperti duri itu kalau tak salah namanya Satori Tendou, anak kelas tiga, guest blocker andalan Shiratorizawa.

"Ayo perkenalkan nama mu" bisik Semi.

Aku mengangguk.

*Na-Nagawa Hanabu, kelas dua. Sa-salam kenal". Aku lalu membungkuk 90 derajat.

Duh, gugupnya ketahuan banget!.

"Dia adik sepupu ku dari Tokyo. Pindah ke Shiratorizawa karena orangnya akan pindah ke Swedia".

Oh terimakasih banyak Semi Eita, sepupuku. Mulut cablak mu itu baru saja membuat jantungku bertambah runyam.

Dan bisakah mereka berhenti menatapku, tolong?. Aku ini manusia juga, sama seperti kalian.

"Hana-Hana, jadi kau akan memanageri kami ya?". Tendou-senpai bertanya lagi.

Aku mengganguk.

Eh tunggu dulu, tadi dia memanggil ku apa? Hana-Hana? Namaku Hanabu!. Oh sudahlah.

"UMM....".

Kami-sama! Aku tak berani angkat kepala. Kenapa rasanya aku seperti baru saja masuk kedalam kandang singa ya? Hawa nya suram-suram mencekam gimana gitu.

Ja ne Semi-san. Hontto ni Shimatta.

"Kalian! Berhentilah menatap sepupuku seperti itu! Dia ketakutan".

Eh?!.

Asataga!!.

Saking gugupnya aku tanpa sadar malah bersembunyi dibalik tubuh Kenjiro-senpai. Kaa-san! Tou-san! Hana mau pulang ke Tokyo aja lah!!.
.
.
.
.
.
.

"Ne, Nagawa-san. Kau ikut ekskul juga?".

Aku menggeleng cepat. Aku memang tak pernah lagi ikut kegiatan lain selain sekolah, ini bahkan pertama kalinya lagi aku ikut kegiatan After school.

"Lalu? Kau hanya belajar saja kah?. Wah membosankan sekali".

"Y-ya begitulah".

Aku hanya menjawab singkat, tak berani menatap balik sosok anak kelas tiga bernama Tendou Satori itu. Selain karena wajahnya yang agak menyeramkan, pikiranku juga masih terbayang kejadian memalukan tadi.

"Tendou, giliranmu berlatih".

Suara berat bernada dingin itu menginterupsi. Ace yang masuk jajaran Top spiker Nasional. Ushijima Wakatoshi. Kapten sekaligus seorang wings spiker Shiratorizawa. Aku bisa merasakan hawa tatapan mata tajam itu terarah padaku.

Ah. Inilah yang sebenarnya aku hindari. Bukannya aku tidak mau menerima tawaran Semi-san, sejujurnya aku sangat senang saat mereka menawarkan posisi itu, tapi aku juga sadar diri. Aku hanya anak baru yang bahkan belum ada sebulan bersekolah disini. Posisi Manajer klub? Huh. Tanpa diberitahu pun aku sudah tahu jika banyak yang menginginkan posisi itu tapi tentu saja ditolak, lalu bagaimana tanggapan mereka ketika melihat anak baru seperti ku tiba-tiba muncul sebagai Manajer?.

Aku hanya takut sesuatu yang buruk berulang lagi.
.
.
.
.
.
.
Suara decitan sepatu, nafas yang tersengal-sengal, bola yang menghantam dinding dan bunyi tangan yang mem-block berpadu di Gym ini. Terasa seperti nostalgia.

"Jika kau mau pulang duluan saja. Latihan kami masih lama".

Aku menggeleng.

"Tak apa. Semi-san fokus saja pada latihan nya".

"Apa kau yakin? Ini bisa sampai malam lho".

Aku mengganguk pasti, lalu mengukir senyum untuk mengatakan bahwa aku akan baik-baik saja. Untuk beberapa saat wajah Semi-san terlihat agak khawatir, tapi ia segera bangkit dan kembali bergabung dengan timnya. Oh ya tak lupa usapan lembut di rambutku dan senyumnya yang entah mengapa membuatku sedikit merasa De Javu.

"Semi itu orang yang jarang tersenyum tapi tak kaku".

Ku lirik orang yang sekarang berada di sampingku. Entah sejak kapan pria tinggi bernama Leon itu berada disini?.

"Ya".

"Apa kau suka voli?"

"Tidak begitu. Tapi kakakku juga pemain voli, aku sering membantunya memberi tossing".

"Benarkah? Jadi kau ini bisa menjadi seorang pengumpan?".

"Ya begitulah".

"Kenapa tak ikut klub voli saja?".

Aku menggeleng. Lalu kembali memfokuskan diri pada latihan. Semuanya terlihat biasa dan normal, sampai tiba-tiba....

"Wakatoshi-kun one more nice servis!" Tendo berteriak.

Bola itu dipukul dengan kuat, para blocker bahkan tak bisa menahannya, membuat benda bulat itu melambung tinggi melewati area lapangan. Aku terperangah, pukulannya sangat kuat dan tajam. Tapi yang lebih mengejutkannya lagi adalah bahwa Ushijima Wakatoshi memukulnya dengan tangan kiri.

"Apa Ushijima-san kidal?". Tanyaku spontan.

Leon terkekeh kecil. Membuatku mengalihkan perhatian padanya.

"Ya".

"Sugoi!".

"Kau tertarik?".

Aku menatapnya binggung. Tak mengerti dengan perkataan anak kelas tiga itu. Tapi setelah melihat bagaimana pukulan kuat tadi, jiwa analisis ku bangkit. Aku ingin melihat dan menganalisis. Aku mau, tapi tak bisa, aku terlalu takut.

"Jika kau memang tidak menginginkan nya, tak usah dipaksakan. Kami mengerti. Tapi kami tetap akan menunggu keputusannya. Iya ataupun tidak".

TBC.

Shiratorizawa managerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang