This end or begin? 2

25 1 0
                                    

Setelah hampir setengah jam aku menelepon kak Toya dan meminta kejelasan, Sekarang semuanya jelas. Ugh... Entah aku harus menyebut ini sebuah kutukan atau bencana, ya sepertinya sama saja.

"Jadi, apa aku dimaafkan??".

"Tidak".

Ya. Aku tidak memaafkan. Alasannya? Pertama dia melanggar perjanjian, kedua membuat aku hampir dalam masalah dan ketiga membuat kak Toya Khawatir.

"Ku ralat. Bukan tidak, mungkin belum. Istirahat lah, besok kau harus pulang pagi-pagi buta".

Aku pun berniat beranjak dan kembali ke kamar, tapi ia menahanku dan mau tak mau aku harus menunggu. Ku lirik ia sekilas, wajahnya murung dan terlihat sedih. Apa aku sudah sangat keterlaluan ya?

"Maaf".

Ya Kami-sama. Apalagi ini?.

Aku menarik nafas. Lelah tentunya, tapi aku juga manusia dan punya sisi kasihan. Ku raih tubuhnya dan memeluknya.

Hangat.

Jujur sih aku merindukan moment ini. Tanpa sadar aku malah memeluknya lebih erat.

"Teletubbies".

Aku sontak melepaskan pelukan dan menatap kearah kak Semi.

"Kak Semi".

"Lanjutkan saja. Aku tahu kalian saling merindukan. Jangan hiraukan aku".

Setelah berkata begitu, kak Semi langsung pergi. Aku malu!!.

"Tidak mau dilanjutkan?".

Aku langsung mendorong nya menjauh dan berlari ke kamar.

Jam 05:02 aku dan kak Semi serta bibi mengantarkannya ke Stasiun. Sambil menunggu kereta, kami mengobrol ria sambil menikmati sarapan yang bibi bawa.

Beruntung hari ini akhir pekan, jadi tak ada jadwal lain selain membantu bibi nanti. Mengenai masalah kemarin, aku yakin semuanya akan berlalu begitu saja. Tapi bukan berarti aku tidak khawatir ya.

"Kyo. Nanti berkunjunglah lagi, ajak Toya juga ya".

"Iya bi".

"Hey. Kau harus memenangkan interhigh tahun ini, karena aku ingin melawan mu lagi di Haruko nanti".

"Tentu. Aku dan Toya akan menunggu kak Semi".

Ah iya. Dua bulan lagi Interhigh dilaksanakan. Tahun lalu aku juga berada di lapangan sebagi pemain, tapi tahun ini tidak. Padahal aku baru sekali melawan banyak tim kuat. Tapi mau bagaimana lagi? Sudah mustahil.

"Oh iya. Tahun ini Hanabu berada di pihak kami lho".

"Aku tak keberatan sih".

"Benarkah? Padahal aku tahu jika bocah ini adalah basic strategis kalian semua. Pasti akan cukup sulit nantinya".

Aku mengalihkan pandanganku pada kak Semi. Jujur aku tak suka nada bicaranya, ia seakan berkata bahwa aku hanya dimanfaatkan. Tapi untungnya itu tak berlanjut.

Kereta yang kami tunggu tiba. Ia berpamitan lalu bergegas masuk, aku hanya bisa melambai-lambaikan tangan ketika kereta kembali melaju. Lagi-lagi kata itu hanya terujar di dalam hati.

TBC

Shiratorizawa managerWhere stories live. Discover now