This end or begin?

38 2 0
                                    

AN:Chapter kali ini bakal lebih panjang dan mungkin bakal ada beberapa bagian.

"Siapa dia?".

Shit.

Dari sekian banyak orang kenapa harus dia?!. Tenang Nakagawa, cobalah alihkan topiknya. Buat dia berhenti bertanya.

"Ah, kak Ushijima. Sedang apa disini? Apa tidak jadi berlatih?".

"Bukankah harusnya aku yang bertanya begitu".

"A-haha... So-souka?".

Aho!

Kenapa aku malah mempertanyakan hal yang bisa menyerang ku balik?!. Berpikir, ayo buat alasan ringan agar segera bebas. Tapi apa?

"Ka-kalau begitu ayo kembali ke GYM. Semua pasti sudah mulai pemanasan".

Aku langsung menggandeng tangan kak Ushijima kembali ke Gymisum. Tapi aku sempat melirik ke belakang dan melihat pria itu menatap kami sebelum akhirnya pergi.

"Hontou?!".

Aku langsung membekap mulut kak Semi. Astaga, kenapa kak Semi berisik sekali?!.

"Lalu bagaimana?".

Aku langsung menyingkirkan tangan dari mulutnya dan menggeleng lesu. Jujur, aku juga tidak tahu harus berbuat apa, melihatnya tadi saja sudah cukup menyakitkan, jika tidak ku alihkan pada amarah mungkin saja aku akan menangis.

"Mau menemuinya?" Tanya kak Semi.

Yeah. Ku rasa memang tidak ada pilihan lain. Dia juga sudah datang jauh-jauh dari rumah ke Miyagi, akan sangat buruk jika aku mengabaikan kedatangannya kan?. Lagipula memang sudah waktunya kami membahas dan menyelesaikan masalah ini.

"Iya. Aku rasa memang sudah waktunya kami bicara".

"Kalau begitu, sebaiknya kau izin pada pelatih dulu. Tidak enak jika kau langsung pergi begitu saja".

Aku mengganguk dan kembali bergabung dengan para anggota klub. Setelahnya aku langsung meminta izin dan berpamitan juga meminta maaf karena tidak bisa menemani latihan hari ini.

Dari SMA Shiratorizawa, hanya perlu waktu sekitar lima belas menit untuk sampai ke rumah dengan jalan kaki. Tapi karena ini menyangkut hal yang penting, jadi hari ini aku relakan beberapa lembar uang yang setelah sekian lama tinggal di dalam dompet terbang ke saku supir taksi.

Demi dia okay. Toh, nanti sebelum pulang akan ku kuras dulu dompetnya. Timbal balik kan?.

"Tadaima".

"Okaeri. Wah kebetulan kamu pulang cepat, ada yang berkunjung".

"Ya aku tahu".

"Ganti baju mu dan temui dia"

Skip.

Aku dan dia sekarang memiliki cukup waktu untuk membahas dan menyelesaikan masalah, juga privasi yang mumpuni. Tapi Bodohnya dia tak kunjung bicara?!.

Hello. Masalah itu bukan hanya tentang aku, Ya know, dia juga ikut terlibat. Malah mungkin dialah biangnya.

"Jadi So? Jika tujuan mu hanya agar aku pulang, maaf saja. Akan ku tolak".

Keputusanku sudah bulat sejak awal. Aku akan tetap menolak apapun alasan atau paksaan nya.

"Bukan. Aku tahu, hubungan kita tak membaik sama sekali dan juga aku minta maaf karena terus memojokkan mu".

BYURR....

Aku sontak langsung menyemburnya, untung tak sampai tersedak dan tehnya juga hangat. Hehehe... Tapi lumayanlah, balas dendam.

Syok, sungguh!. Ini pertama kalinya dia mau mengakui kesalahan dan meminta maaf. Oh, sepertinya aku harus mentraktir beberapa teman sekelas dan Semi-san.

"Jorok!".

"Maaf".

Aku memberanikan diri membersihkan wajahnya dengan tisu. Tapi yah, aku ini jahil kalian tahu? Jadi ya beberapa kali aku membersihkan wajahnya dengan usapan kasar dan berakhir dengan cubitan pipi yang cukup keras.

Selesai dengan masalah tadi. Kami berdua mulai memasuki topik yang cukup serius, atau mungkin lebih tepatnya, dibahas.

Ugh... Jujur saja. Membahasnya membuatku sedikit tak nyaman. Tapi bukan berarti aku ingin terus mengabaikan masalah itu semakin lama, aku juga ingin segera semuanya selesai.

"Jadi?".

Ia menghela nafas panjang. Seperti dugaan, tak hanya aku yang terbebani. Dia pun sama.

"Yah. Aku tahu ini memang sebagian besar adalah salahku dan kamu hanya korbannya. Tapi aku tak ingin lagi egois, aku hanya ingin kita bisa akrab lagi seperti dulu. Ya maksud ku, meskipun tinggal berjauhan pun tak apa. Asalkan komunikasi bisa berjalan".

Aku mengganguk.

"Jadi. Aku harus mulai dari mana?. Kau tahu aku, maksudku. Aku tak begitu mengerti bagaimana memperbaiki hubungan, terlebih lagi, ini sudah berjalan sangat lama".

Aku hampir tertawa. Gila! Astaga maaf. Oh aku merasa sedikit bersalah sekarang. Jika kak Semi ada, mungkin dialah yang tertawa paling kencang. Terlebih lagi melihat wajahnya yang biasanya terkesan angkuh kini Melayu, sungguh sesuatu sekali.

"Haah~ sebaiknya kau memberitahu aku. Kenapa kau pergi ke Miyagi seorang diri? Apa kak Toya tahu?".

Dia diam.

Aku memijit pelipis. Cukup, cukup di chapter kemarin saja aku berkata kasar, disini tidak lagi. Tidak salah lagi.

"Tolol!".

Satu cubitan mendarat tepat di pipi kiriku.

"Sejak kapan ucapan mu jadi kasar begitu?".

Aku menghempaskan tangannya. Sakit lah woy. Dia cowok, sedangkan aku cewek, jauh perbandingan tenaga kita lah. Panasnya masih tertinggal dan aku yakin bekasnya sangat merah.

"Ugh... Kembali ke topik. Apa kak Toya tahu?". Tanya ku

"Enggak".

"HAH?!"

Perempatan imager mungkin sudah ada tiga di kepala ku saat ini dan tanpa sadar aku menggeplak kepalanya dengan majalah yang ada di meja. Suaranya cukup keras dan pasti sakit tuh.

"Aduh!"

"Apa kau sudah gila?! Telpon Kak Toya, sekarang!".

Dia mengganguk dan mengutak-atik ponsel berlogo Apple itu sampai tak lama, aku mendengar suara sahutan di sebrang sana.

TBC

Shiratorizawa managerWhere stories live. Discover now