03

3.9K 444 40
                                    

Pintu sebuah kamar mandi terbuka, seorang perempuan keluar dari dalamnya.

Lantai rumahnya merupakan semen abu-abu yang bertekstur kasar, membuatnya harus mengenakan sandal karena sangat tidak nyaman ditapaki kalau tak menggunakan alas kaki.

Perempuan itu menuju ke sofa yang ada di tengah-tengah ruang tamu dan duduk di atasnya.

Tiba-tiba suatu suara memasuki indera pendengarannya, asalnya dari arah kiri.

"Astaga, per sofanya lepas lagi. Harus segera beli yang baru," gumamnya.

Sofa yang didudukinya sudah usang, tapi masih saja ia gunakan untuk tidur dan lainnya.

"Tzuyu!" Terdengar teriakan seorang pria.

Perempuan yang dipanggil Tzuyu itu buru-buru bangkit dari duduknya dan pergi ke suatu ruangan.

"Ada apa?" tanya Tzuyu pada seorang pria yang sedang duduk di sofa.

Ruangan itu sangatlah berantakan, mulai dari pakaian, bungkus makanan, puntung rokok, dan botol minuman keras berserakan di lantai.

"Arghh! Habis!" Pria itu melempar botol wine kosong yang digenggamnya ke arah Tzuyu.

Botol tersebut mengenai gadis bertubuh tinggi itu, dan jatuh ke lantai, menimbulkan bunyi yang memekakkan telinga. Tzuyu tidak menghindar karena dia sudah terbiasa diperlakukan seperti ini, sudah biasa disakiti dari usia sepuluh tahun dan tak terasa kini dirinya sudah berumur tujuh belas tahun.

"Aku minta seratus ribu won. Cepat berikan!"

Tzuyu bergegas menuju ke ruang tamu untuk mengambil uang di dalam tasnya. Lalu kembali ke ruangan ayahnya.

"Maaf, hanya ada sepuluh ribu won." Tzuyu meletakkan uang tersebut ke telapak tangan ayahnya yang terbuka lebar.

Plak!!!

Suara tamparan yang keras menggema di seluruh ruangan. Di detik berikutnya suasana menjadi hening.

Tzuyu memegangi pipi kanannya yang memerah, rasanya sakit, tapi sudah biasa baginya.

"Dasar anak tidak berguna!"

"Maaf.."

Hanya itu satu kata yang Tzuyu ucapkan sebelum pergi dari ruangan tersebut, meninggalkan ayahnya yang dalam keadaan mabuk berat.

Tzuyu mengambil baju lengan panjang dan celana training dari lemari kecil di ujung ruang tamu, lalu masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Setelah melepaskan seluruh pakaiannya, Tzuyu memandangi tubuhnya melalui kaca di depannya. Bisa dibilang tubuhnya sempurna, tubuh impian semua perempuan, tapi tidak dengan kedua lengannya.

Banyak luka memar dan sayatan. Merah, biru, maupun ungu. Itu semua disebabkan oleh sang ayah yang sering memukul dan melemparinya botol minuman keras.

Lengan Tzuyu berdarah karena tadi terkena botol minuman keras, darah mengalir keluar dengan deras dan tak kunjung berhenti.

"Hah..."

Mau tak mau Tzuyu harus membersihkan lukanya walaupun akan terasa perih kalau terkena air.

Setelah selesai mandi, Tzuyu pergi ke suatu ruangan, membuka pintu dengan perlahan dan hati-hati, tidak ingin menganggu orang di dalamnya.

Sesudah menutup pintu, Tzuyu melangkah ke sebuah kasur yang telah usang dan mendudukkan diri di ujungnya. Matanya menatap seorang perempuan yang tengah terbaring di atas kasur.

"Tzuyu?" panggil perempuan itu.

Suaranya terdengar lirih, dan lemah. Perempuan itu mengubah posisinya menjadi duduk, lalu mengelus kepala Tzuyu.

Sugar Mommy (Satzu)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt