CHAPTER - 18

15.4K 1.9K 70
                                    

"Aku bagaikan burung sekarat yang simpan dan jaga dalam jeruji besi mu. Lalu kau lepaskan aku ketika sembuh."





"Permisi, liat Gio gak?" Tanya Hana pada salah satu murid dari kelas Gio.

"Gak!" Ketus murid tersebut.

Setiap Hana bertanya pastilah jawabannya semua sama.

Semalam Hana mencoba menghubungi Gio tapi Gio tak menjawab nya. Hana sungguh khawatir. Bahkan dia mengirim ratusan pesan pada Gio, tapi tak ada satu pun yang dibalas.

Hana
P
P
P

Hana
Yo? Kamu dimana?
Aku didepan kelas kamu.

Hana
Pliss jawab yo.

Gio
Prgi.

Hana
Pergi? Apa maksud kamu yo?

Hana menyandarkan tubuhnya di tembok. Bahu nya merosot kebawah, dengan helaan nafas panjang yang kasar.

Hana hanya cemas pada Gio. Apakah Gio sedang marah padanya? Apa Gio sedang ada masalah? Hana hanya berharap bahwa Gio baik-baik saja.

Melihat pesan yang dikirim oleh Gio, membuat Hana tak tenang. Hana takut. Hana takut Gio akan berubah seperti orang-orang dan meninggalkan nya sendirian. Tapi itu tidak akan terjadi bukan? Gio adalah pria setia 'kan?

Sebuah tangan menepuk pundaknya yang spontan Hana kaget.

"Astaga kaget."

"Eh? Hehe sorry Han." Bima si pelakunya hanya berdiri dengan cengengesan. Bima berdiri gagah dengan almet berwarna merah marun khusus panitia, dengan tangan yang memegang buku.

"Ngapain lo disini? Noh orang mah pada sibuk. Nah lo ngapain disini?" Tanya Bima memandang Hana aneh.

Hana hendak menjawab namun segera menutup mulutnya ketika Bima berbicara.

"Ohhh gue tau. Lo pasti nyari Gio kan?" Tebak Bima.

Jangan tanya mengapa Bima mengenal Gio. Karena Gio selalu berdiri di depan pintu kelasnya setiap jam istirahat, tentunya untuk menunggu Hana. Belum lagi Gio memang terkenal se- angkatan, karena wajah tampan nya lah Gio terkenal, mungkin. Bima jadi iri.

Hana yang mendengar itu langsung menatap Bima penuh binar di mata nya. "Kamu liat Gio gak?"

"Ikutan lomba dia." Jawab Bima seadanya.

"Serius? Dia ikutan lomba apa?" Tanya Hana dengan senyum lebar.

Bima meringis melihat respon Hana yang menurut nya berlebihan.

"Masa lo gak tau? Lo kan sohib nya." Bima mendelik aneh.

"Aku lupa hehe." Hana nyengir.

"Ikutan basket dia. Udah yee, gue sibuk." Bima melambaikan tangannya pada Hana saat seseorang memanggilnya dari kejauhan.

Senyum Hana melebar. Akhirnya Hana akan bertemu Gio. Ahh mengapa Hana sangat merindukan Gio? Padahal sehari saja belum.

Hello AutumnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang