CHAPTER - 21

12.3K 1.8K 336
                                    

Psst ngetik nya sambil curi-curi waktu belajar, masa gk vote?








Barra menatap cemas ruangan didepan nya. Dengan gusar dia mondar-mondir didepan ruangan tempat Hana berada. Bahkan Barra masih mengenakan pakaian seragama.

Suara pintu yang terbuka membuat Barra buru-buru menghampiri dokter yang sangat ia kenali.

"Gimana dok?" Desak Barra.

Dokter muda itu menghela nafas berat. Seakan ragu untuk menjawab.

"Buruk." Satu kata singkat yang membuat Barra hampir memukul tembok di samping nya.

Dokter itu membenarkan letak kacamata nya. Dan memandang Barra dari atas sampai bawah, dia tebak pasti ada sesuatu yang terjadi.

"Barra. Apa ada sesuatu yang terjadi?" Tanya Dokter itu.

Barra melirik nya sekilas. Kemudian dia menundukan kepala nya.

Melihat hal itu Dokter itu berspekulasi bahwa benar ada yang salah.

"Sudah saya bilang kan, jauhkan dia dari hal membuat nya stress." Ujar Dokter itu sambil menghela nafas kembali. Ini yang selalu ia takut kan dari Barra, Barra itu ceroboh dan selalu seenak nya.

"Saya enggak tau siapa penyebab nya. Tapi saya berharap, Kamu, tidak membawa kejadian masa lalu dan melampiaskan nya pada dia." Ujar Dokter itu menasehati. Dia sangat ingat betul kejadian beberapa bulan yang lalu.

Dokter itu maju dan menepuk-nepuk bahu Barra yang merosot ke bawah. Dia ikut sedih melihat nya.

"Bagaimana pun juga dia korban disini. Kalau begitu saya duluan."

Barra menatap lirih punggung dokter itu yang mulai menjauh. Benar yang di katakannya, tapi jauh dilubuk hati nya dia tetap tak terima apa yang direnggut dari nya.

Barra menatap pintu ruangan itu sekali lagi. Hendak membuka pintu nya seseorang mencegah nya.

"Mending lo pergi. Lo mau ini tetap berjalan kan?"

Barra membalikkan badannya. Menatap pria yang baru ia kenal beberapa hari ini.

"Biar gue. Biar gue aja." Ucap pria itu masih dengan tenang dan datar.

Dengan berat hati Barra mengangguk. Dari kejauhan Barra menatap pria itu yang sudah memasuki ruangan Hana. Biarlah, biarlah kali ini dia serahkan pada nya.

***

Hana mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan penglihatan nya. Kepala nya sangat sakit dan pusing, perlahan Hana memegang kepala nya yang berputar-putar.

Setelah sakit nya reda Hana menatap ruangan serba putih ini dengan bingung. Sejak kapan dia disini batin nya.

Tatapan Hana jatuh pada jaket hitam yang terletak sopa. Apakah Barra yang membawa nya kemari? Yang terakhir dia ingat adalah ketika dia memeluk Barra lalu semua nya gelap. Lalu dia menatap selang infus yang terpasang di tangan kiri nya. Entah kenapa Hana merasa hal ini pernah terjadi. Seperti de javu.

Masih bergelut dengan pikirannya. Tiba-tiba saja lamunan Hana buyar ketika melihat seseorang membuka pintu ruangan nya.

Hana dapat melihat seorang pria yang berdiri menjulang keatas dengan tangan yang membawa kantung kresek. Tatapan nya tenang dan terlihat sedikit datar?

Hello AutumnWhere stories live. Discover now