CHAPTER - 36

5.6K 744 748
                                    

"AAARRGHHH!!"

Dengan penuh emosi Zara terus melayangkan pukulan pada Hana yang kini berpasrah.

BUAGH! PREK!

Pukulan terakhir yang Zara layangkan dengan keras bahkan gagang sapu itu ikut patah saking keras nya Zara memukul.

Hana, perempuan itu masih menutup mata nya pasrah. Tanda-tanda luka yang dihasilkan Zara tampak terlihat.

Darah mengalir dari kepala nya. Luka memar memenuhi semua area tubuh nya. Sudut bibir nya yang robek, hidung nya yang mengeluarkan cairan merah tak membuat Zara puas dengan itu.

Zara mencari-cari benda di sekitar nya. Dengan mata yang berderai air mata, hidung yang merah dan wajah merah akan kebencian. Zara mengambil gagang pel yang sudah patah tadi.

"I-itu belum cukup! BELUM! ITU BELUM CUKUP!!" teriak Zara frustasi.

Bak orang gila, Zara memukul cermin besar di depan nya dengan gagang sapu.

BRAK! PRANG!!

Cermin itu bertebaran di mana-mana. Bahkan wajah Zara pun ikut terkena pecahan Kaca itu.

Tapi Zara tak peduli!

Masih dengan tangis yang pilu. Zara mengambil salah satu pecahan kaca yang lumayan besar. Dia berbalik kearah Hana.

Sambil tersenyum lebar.

"Han. L-liat, gue punya alat baru buat nyiksa lo hahaha." Zara tertawa bak orang kehilangan kewarasan.

Zara berjongkok di depan Hana yang masih betah memejamkan matanya.

Zara dengan kasar menjambak rambut Hana. Dan mengusap darah di dahi Hana lalu mengelap nya di seragam Hana.

"Han. Dulu, waktu Lo nabrak adek gue, darah nya gak segini." Zara mengernyit.

Hana yang di Jambak, pun, mendesis. Rasa pusing, nyeri dan sesak peri nya kulit membuat Hana tak bisa bergerak bahkan hanya dengan mendongak saja tak bisa.

Tapi tak apa. Ini tak sebanding dengan rasa sakit yang Hana berikan pada Zara.

"Adek gue, kepala nya keluar banyak darah. Kok Lo sedikit sih?" Zara mengeram tak suka..

Mengingat wajah adik nya, Zara bertambah menatap tajam Hana.

"Kurang banyak darah nya!!"

Bak orang gila. Zara memukul-mukul kepala Hana pada tembok dengan keras.

"HAHAHA kalau gini darah nya bakal keluar banyak kan? Iya kan Han?"

Perlahan, darah keluar sedikit demi sedikit dari kepala Hana. Hal itu membuat Zara semakin keras memukul kepala Hana pada tembok.

Hana pasrah dia pasrah. Menunggu ajal nya tiba.

Tak apa nyawa nya sebagai ganti nya, asal dia sudah menebus kesalahan nya.

Hati Hana nyeri dan tercubit melihat sikap Zara yang berubah drastis menjadi seperti trauma dan seperti orang gila ketika Zara mengingat kematian Adik nya.

Hana mengerti bagaimana Zara stres seperti ini.

DUAGH! BUAGH!

"Hahahahaha seru ya!"

Sebelum nyawa nya melayang, boleh kah Hana berharap terlebih dahulu?

Berharap bertemu dengan Gio. Bertemu dengan kakak brengsek nya. Dan juga bertemu dengan si kulkas Sekar untuk terakhir kalinya?

"Hihihi seru juga yang bunuh orang."

Tuhan, bolehkah bongkar dulu rahasia yang kau sembunyikan dari nya? Sebelum dirinya lenyap dengan keadaan rasa bersalah pada semua orang.

Hello AutumnWhere stories live. Discover now