CHAPTER - 9

14.5K 1.9K 5
                                    

Selamat membaca🍁

Doa kan Hana supaya kuat menghadapi sifat si Zara👍😌

Doa kan Hana supaya kuat menghadapi sifat si Zara👍😌

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

***

"Han, buka pintu nya."Ucap Barra dari luar kamar Hana. Tangannya masih setia mengetuk-ngetuk pintu kamar itu.

"Ngapain?"suara lirih Hana terdengar oleh Barra yang masih berdiri di depan pintu.

"Kebenaran nya."sahut Barra.

Terdengar suara tawa yang sarkas dari dalam kamar."Kebenaran nya? Emang kamu bakal percaya kalo aku cerita yang sebenarnya?"Tanya Hana dengan tawa pilu nya.

Barra tertegun, pandangan menatap pintu itu dengan tatapan sulit diartikan. Tawa itu, tawa yang entah kenapa membuat Barra ikut merasa sakit dihatinya.

"Pergi."satu kata dari Hana membuat Barra tersadar dari lamunan nya. Tangannya meletakkan plester di depan pintu kamar Hana.

"Semoga ini bisa membantu."ucap Barra pelan, entah kenapa, melihat Hana yang seperti itu membuat Barra ikut merasa sesak.

.

"Kenapa Kaki lo?"tanya Gio yang baru saja datang, berniat berangkat bersama. Matanya menyipit melihat luka di kaki Hana.

Hana ikut menatap kaki nya,"Oh, ini. Kemarin kena pecahan gelas."ucap Hana menjawab jujur, Namun tak menceritakan hal yang sebenarnya.

"Lain kali hati-hati atuh."peringat Gio sembari memberikan helm pada Hana.

Hana tersenyum simpul dan mengangguk, tangannya menerima helm itu."Maaf yo, jadi ngerepotin."ucap Hana dengan wajah tak enak nya.

Gio menyugar rambutnya sembari berkaca di spion,"Sans ae, kita kan mantan."Gio menoleh dengan Menaik turun kan alis nya.

Hana tak merespon, ia sudah biasa dengan kalimat ajaib dari seorang Gio ini.

"Udah?"tanya Gio memastikan bahwa Hana sudah duduk atau belum. Hana pun menjawab sudah.

Terdengar suara motor di dekat bagasi rumah Hana, mereka berdua menoleh. Seketika, tatapan Gio berubah tajam, sedangkan Hana sendiri ia sudah membuang mukanya ke sembarang arah.

Disana, Barra sudah menaiki motor sport nya dan siap berangkat. Barra ikut membalas tatapan Gio yang sama tajam nya. Barra menatap Hana yang membuang mukanya, lalu Barra kembali menatap Gio dengan lebih tajam.

"Cuih."Gio meludah ke samping nya. Saking sebal nya melihat wajah Barra. Pagi-pagi sudah membuat moodnya berantakan saja!

Gio tanpa aba-aba melajukan motor sport nya dengan kecepatan tinggi, membuat Hana memegang ujung jaket Gio dengan erat.

"Maaf Han, gue langsung gas aja tadi."ucap Gio setelah sampai di parkiran sekolah.

Hana melepaskan Helm nya dan merapikan rambut nya yang acak-acakan."Sans, lagian aku maklum."jawab Hana.

Gio menatap Hana curiga,"Lo tau hubungan gue sama Barra gak baik? Tau darimana? Perasaan lo amnesia deh."ujar Gio mulai curiga.

Hana jadi ketar-ketir, ia pun mencoba terlihat normal,"Y-ya k-kalo diliat sih e-emang keliatan gak baik aja."ujar Hana mulai mengalihkan pandangannya, mencoba menghindari tatapan Gio.

"Oh gitu."

Bel masuk berbunyi, keduanya buru-buru memasuki sekolah dan menuju kelas mereka Masing-masing.

Selama jam pelajaran berlangsung, pandangan Hana tak lepas dari Zara yang sedang fokus memperhatikan. Hana benar-benar tidak percaya dengan tindakan Zara kemarin. Pikiran Hana melambung pada kejadian sore kemarin, jika dipikirkan lagi, sifat Zara sangat berbeda dengan yang dijelaskan di novel.

Hana menggigiti pena nya dengan gemas, tangannya sangat gatal ingin melempar pena nya pada Zara. Apa mungkin Zara itu memiliki topeng tersembunyi? Hana akan mulai mengawasi Zara.

Kini Jam istirahat, Hana segera bangkit. Sampai saat ini, Hana belum memiliki teman, tapi Hana berusaha bodo amat, lagi pula Hana memiliki Gio.

Hana mendecih dalam hati ketika melihat rombongan Nevan. Tapi jika dilihat-lihat, Barra tidak ikut serta di rombongan tersebut. Hana bertanya-tanya, kemana sosok Barra itu? Hana pun segera menerobos rombongan Nevan.

"Han, sini."Gio melambaikan tangannya yang leha-leha di lantai.

"Ngapain disini? gabut banget kayak nya."ujar Hana, melihat Gio yang leha-leha di lantai.

"Nungguin mantan lah, Apalagi?"

Hana menggeleng-gelengkan kepala nya,"Kantin bareng?"

"Ya lah, gue nunggu buat kantin bareng."jawab Gio, tangannya terulur pada Hana.

Hana memutar matanya malas, ia mengerti maksud uluran Gio. Ia menerima uluran Gio, dan menarik tangan lelaki itu agar berdiri.

"Thanks mantan."

Keduanya mulai berjalan di koridor, sesekali Gio melempar lelucon dan membuat Hana tertawa. Tanpa memedulikan tatapan dari Nevan dan teman-teman nya.

- Hello Autumn -

Hello Autumnحيث تعيش القصص. اكتشف الآن