Chapter 23 ♗

767 144 54
                                    

Keharusan (2)

⧫︎ ⧫︎ ⧫︎

"Ayahmu? Siapa ayahmu sampai berani menyusup istana seperti itu?"

Anak laki-laki yang memberikan jubahnya pada Valias ikut bicara. Yang sebenarnya terdengar munafik karena dia sendiri datang bersama teman-temannya menyusup ke dalam istana. Bahkan berniatan untuk membunuh calon raja Hayden.

Tidak ada yang meresponnya. Valias masih terlalu bingung dengan kehadiran tiba-tiba sosok Hadden dengan orang sebanyak itu.

Mari temui mereka dulu.

Valias berbalik hendak menghampiri ayah Valias dan borongannya.

"Aku ikut."

Frey sudah memiliki dugaan kenapa Count Bardev mendatangi istana.

Kenapa lagi kalau bukan karena mengkhawatirkan anaknya? Kabar pasti sampai ke telinga Hadden entah bagaimana caranya bahwa istana didatangi penyusup sedangkan anaknya belum kembali ke kediaman Bardev.

Sedangkan Frey yang kurang lebih menjadi penyebab kekhawatiran seorang ayah itu merasa dirinya harus bertanggung jawab juga.

Lagipula, hari ini adalah pertama kalinya Valias masuk ke istana. Frey memikirkan kemungkinan Valias tersesat. Bahkan dia sempat tidak mengerti kenapa bangunan istana yang merupakan rumahnya itu harus begitu besar dengan banyak lika-liku lorong.

Tapi sepertinya itu wajar sebagai statusnya yang merupakan bangunan penguasa suatu kerajaan besar.

Mereka berdua keluar dan berpapasan dengan Hadden dan pasukan ksatria yang dia bawa. "Valias!!" Hadden berlari dan langsung mencengkram bahu Valias.

"Oh Dewa. Darah ini! Kau terluka? Apakah sakit? Ya Dewa apa yang harus kulakukan?!"

Hadden begitu histeris melihat noda darah di pakaian Valias. Sedangkan Valias dan Frey langsung teringat fakta kalau Valias masih memakai pakaian yang bernoda darah itu.

Valias sudah benar-benar baik-baik saja. Dan Frey sudah terlalu sibuk dengan pikirannya setelah batu besar yang Valias jatuhkan padanya untuk yang kedua kalinya. Terburu-buru untuk menemui Hadden dan bagaimana Valias juga berjalan sama cepat beriringan bersamanya membuatnya lupa tentang kejadian Valias mengeluarkan begitu banyak darah dari hidungnya.

"Kau akan baik-baik saja! Ayah pasti akan membawamu ke tabib! Oh Dewa. Aku sangat menyesal! Seharusnya aku tidak membiarkanmu pergi sendirian. Kau sudah berjanji tidak akan terluka!"

Hadden begitu khawatir hingga matanya mulai berkaca-kaca sedangkan Valias dan Frey terlalu bingung harus mulai bicara apa. "Ayah. Aku baik-baik saja. Ini cuma–"

Cuma apa? Cuma darah?

Valias kembali bingung harus berkata apa. Dirinya baik-baik saja jadi kekhawatiran Hadden membuatnya merasa bersalah. Bagaimanapun ini adalah raga anaknya. Valias Bardev yang asli. Dan Valias sudah menggunakan tubuh itu hingga membuat sang ayah pemilik tubuh begitu khawatir. "...Aku tidak terluka. Tidak sakit sama sekali. Ini ... ini cuma darah dari hidungku."

"Kau berdarah lagi?! Waktu itu ayah dengar kau hilang kesadaran di ruang baca karena hal yang sama! Apakah kita harus memeriksanya? Oh Dewa. Ayah mohon jangan sampai sesuatu apapun terjadi padamu!"

Valias merasakan bahunya dipegang begitu erat seolah Hadden begitu takut dirinya akan pergi. "Ayah ... Aku baik-baik saja. Maaf membuat ayah khawatir."

Valias tidak bisa bilang kalau itu hanya darah dan dia tidak terluka sama sekali karena bagaimanapun itu bukan tubuh miliknya melainkan tubuh anak sang pria di depannya.

[HIATUS] Count Family's Young Master 백작가의 젊은 주인Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon