~ Bagian 5: Kebencian Dua Saudara ~

31.9K 4.4K 115
                                    

Hai hai hai. Akhirnya bisa update chapter ini. Buat yang udah vote makasih banyak. Kalau bisa komen juga yess 😁

Oh iya ini aku habis ngetik langsung post, kalau banyak typo harap maklum. Bisa kalian komen pas bagian yang typo biar nanti langsung aku perbaiki. Selamat membaca 😉

-----

Alesha menyadari bahwa luka Chaiden sangat dalam saat membuka baju yang dipakainya. Dia harus bersyukur karena Chaiden memakai model baju yang sederhana sehingga dia tidak terlalu kesulitan. Saat selesai membuka baju Chaiden dia menyadari bahwa itu bukan luka biasa tapi kutukan sihir hitam. Luka itu berada di bahu kanannya dengan panjang sekitar lima belas senti. Tangannya gemetar karena rasa pahit dimulutnya saat mencoba membersikan darah yang di sekitar luka yang menganga. Dia tidak memiliki cairan antiseptik sehingga dia harus memastikan luka itu bersih dari kotoran terlebuh dahulu.

Chaiden meringis saat Alesha mencoba membersihkan lukanya dengan robekkan gaun milik gadis itu. Dia melihat gadis itu masih terus mengunyah daun yang dia masukkan ke dalam mulutnya. Chaiden tidak bodoh, tentu saja dia tahu daun apa itu. Itu daun Lemon Timi. Daun yang ampuh untuk menangani luka luar pada pertolongan pertama. Dia juga tahu bahwa daun itu terasa sangat pahit jika dikunyah untuk bahan obat. Namun gadis di depannya, dia tetap melakukan itu untuk menolongnya.

Alesha mengeluarkan daun Lemon Timi yang selesai dia kunyah ke telapak tangan kirinya. Daun itu sekarang berwarna kehijauan dengan getah kuning yang sangat kentara.

"Pangeran, saya tahu ini menjijikkan tapi saya melakukan ini untuk menolong anda." Ucap Alesha mulai membalurkan kunyahan daun Lemon Timi di tangannya. Lidahnya mati rasa.

Alesha bersyukur saat menemukan sapu tanga miliknya dalam saku gaunnya. Dia membalut luka Chaiden yang sudah di baluri daun Lemon Timi. Seharusnya luka itu ditutup dengan perban agar sempurna. Namun, Alesha harus memakai peralatan seadanya.

"Ayo bangun pangeran!" Alesha mencoba membantu Chaiden berdiri. Dia menaruh lengan kiri Chaiden untuk melingkari bahunya. Sedangkan lengan kanan Alesha melingkari punggungnya. Mencoba untuk memapah Chaiden.

"Kita harus pergi dari sini. Anda bisa berjalan?"

Chaiden terdiam sambil memandang Alesha. Ini aneh, mereka tidak kenal dekat. Dia hampir membawa gadis itu dalam masalah besar. Tapi dia membantunya.

"Kenapa kau menolongku?" Chaiden bertanya dengan suara seraknya yang lemah.

Alesha mendesah, "apakah itu penting pangeran?"

Chaiden terdiam sebentar. Dia masih menatap Alesha sambil memikirkan alasan yang tepat kenapa gadis itu mau menolongnya.

"Aku tidak memiliki hubungan yang baik dengan Lazarus. Jika kau berharap aku bisa membuatmu kembali mendapat perhatiannya. Kau salah besar."

"Saya tidak berpikir seperti itu." Jawab Alesha tanpa basa basi. "Ngomong-ngomong punggung saya mulai pegal. Bisa kita pergi sekarang?"

Chaiden tidak menjawab dan Alesha juga sepertinya tidak membutuhkan jawaban. Mereka mulai melangkah pelan. Sekuat tenaga Alesha mencoba menopang tubuh Chaiden yang kadang terhuyung pelan. Napasnya mulai tersengal.

Alesha menghela napas lega saat menyadari tidak lama lagi mereka akan keluar dari gang sempit itu. Namun tiba-tiba seseorang muncul di depan mereka. Alesha menegang dan mendongak untuk melihat sosok yang berdiri di depannya. Dia takut itu adalah salah satu dari orang-orang yang mengejar Chaiden tadi.

Sedangkan laki-laki di depannya sedikit heran saat melihat tuannya sedang dipapah oleh seorang gadis. Karena setahunya, tuannya tidak suka jika ada orang asing apalagi wanita yang menyentuhnya.

OPPORTUNITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang