~ Bagian 31: Dia Telah Pergi ~

18.2K 2.8K 231
                                    

Nulis adegan duel Lazarus vs Chaiden susah amat yak. Beneran dalam pikiran ada bayangannya tapi dituangkan ketulisan kok susah. Jadi kaya ada yang kurang aja gitu. Cuma ya udahlah yahhhh, udah buntu juga. Ini adalah versi terbaik untuk chapter ini yang bisa aku buat. Beneran skill nulis aku masih pas-pasan banget. Cuma berharap nggak terlalu mengecewakan. 😁

Nggak bosen-bosen aku bilang makasih ke kalian yang masih setia menunggu, mensuport aku dan tetap ninggalin jejak berupa vote dan komen. Aku penginnya cerita ini tamat sebelum puasa. Tapi nggak tahu bisa apa nggak. 😅

Oh iya, serius part tentang pemberitahuan itu mau aku hapus, malu aja gitu. Maaf aku nggak balesin komen-komen di sana. Tapi sebelum aku hapus aku bakalan sempetin baca komen2 itu. Mau aku bales tapi percuma karena bakal aku hapus.

Happy reading dan semoga terhibur 💃💃💃

______

Lazarus tentu terkejut dengan kedatangan Chaiden yang tiba-tiba. Namun dia dapat menyembunyikan perasaannya dengan cepat. Dia cukup kesal karena Chaiden datang di saat yang tidak tepat. Dia benci melihat Chaiden yang menempatkan Alesha dibelakangnya dan terlihat seperti pelindung untuk Alesha. Jadi tanpa sadar dia melemparkan tatapan tajam penuh permusuhan pada adik tirinya itu. "Kenapa? Kedekatan kami mengganggumu, adikku?"

"Kedekatan?" Chaiden bertanya dengan nada mengejek. Baginya Lazarus terlihat sangat menyedihkan. Berniat membuatnya kesal dengan pertanyaan ambigu seperti tadi. Kedekatan? Jangan bercanda. Jelas sekali Chaiden merasakan gelombang kemarahan dalam sihir Lazarus yang ditujukan pada Alesha. Itulah kenapa dia segera berteleportasi kemari. Gelang yang dia pakai bahkan sampai mengeluarkan sinar kemerahan yang menandakan tekanan sihir Lazarus cukup berbahaya.

"Sudah kuperingatkan agar kau berhenti mengusikku!" ucap Chaiden datar tapi jelas penuh penekanan.

Lazarus mendengus. "Aku tidak merasa mengganggumu. Aku bahkan tidak mengerti kenapa kau tiba-tiba muncul dan ikut campur untuk hal yang bukan urusanmu."

"Akan menjadi urusanku jika hal itu berhubungan dengan Alesha!"

Bukan hanya Lazarus, bahkan Alesha sendiri merasa terkejut mendengar ucapan Chaiden. Lazarus bahkan tanpa sadar mengepalkan kedua telapak tangannya. Entah kenapa dia tidak suka mendengar perkataan Chaiden. Hal itu terdengar seolah ada ikatan kuat di antara mereka berdua. Berkali-kali dia menyangkal, tapi ternyata dia memang tidak senang dengan kedekatan antara sang adik tiri dan mantan tunangannya.

"Aku hanya ingin bicara dengannya. Apa yang salah dari hal itu?" tanya Lazarus tajam.

Alesha hampir memutar kedua bola matanya. Yang Lazarus maksud dengan kata bicara adalah kata-kata penuh hinaan untuk dirinya. Laki-laki itu dengan jelas mengatakan hal-hal yang memancing emosinya. Dia bahkan menghina mendiang selir utama dan Chaiden.

"Hmm," Chaiden menggumam pelan. Dia menampilkan wajah seolah tengah berpikir keras sebelum kemudian berkata dengan nada dingin tanpa emosi. "Tapi aku rasa Alesha tidak sudi bicara denganmu. Dia pasti tidak ingin membuang-buang waktunya untuk sesuatu yang tidak penting. Jadi berhenti mengganggu kami."

Chaiden melangkah mundur dan meraih telapak tangan Alesha. "Ayo pergi."

Alesha hanya mengangguk pelan dan membiarkan Chaiden menarik tangannya. Dia tentu saja senang bisa menjauh dari Lazarus.

Sedangkan Lazarus menyaksikan kepergian Alesha dan Chaiden dengan sihir yang berderak liar dalam dirinya. Sihirnya menjerit marah mendengar perkataan Chaiden yang benar-benar merendahkannya. Seolah dia adalah hama pengganggu yang tidak pantas berdekatan dengan Alesha. Tanpa sadar dia menggumamkan mantra sihir dan mengarahkan serangan pada Chaiden. Lazarus menyeringai puas melihat bahwa Chaiden belum sadar dengan serangannya. Sayangnya dia salah, tepat saat sihirnya akan mengenai Chaiden sebuah perisai berwarna biru muda muncul. Dia terbelalak saat melihat Chaiden berbalik dan menatap ke arahnya dengan tajam.

OPPORTUNITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang