~ Bagian 22: Peringatan ~

20.1K 3.3K 237
                                    

Komentar-komentar di chapter sebelumnya aku balesin hari ini yahhh. Kecuali komntar next atau lanjut nggak akan aku bales. Bingung mau bales apa. Dan makasih karena tembus 100 komen 😁 serius tantangan itu tuh bukan berarti aku bakal langsung update kalau udah memenuhi target yah 🤣 Aku pengin tahu aja gitu. 🙃

Aku bisa update seminggu sekali meskipun kadang telat sehari aja udah alhamdulillah banget. Soalnya aku tipe orang yang nggak bisa ngatur waktu dengan bener gituloh 🤣 nggak bisa tertata. 🥲

Pokoknya makasih banget buat kalian yang selalu setia nunggu cerita ini update. Kasil vote, komen dan bahkan udah follow aku. Kalian the bestttt 🥰

Selamat malam minggu, silahkan diselingi baca Opportunity sambil jalan sama pacar atau doi 🤗

_____

Kedua telapak tangan Chaiden mengepal. Dia berjalan masuk ke dalam istana dengan emosi yang tidak stabil. Dia lagi-lagi tidak menemukan petunjuk yang berarti tentang kematian ibunya. Dia bahkan tidak mendapatkan apa-apa setelah menunggu dan mengikuti dua orang dengan sihir gelap yang dia temui di toko obat tadi.

Chaiden menarik napas dalam-dalam. Dia berbelok menuju istana barat. Mengernyit heran saat dari kejauhan dia melihat orang kepercayaan ayahnya tengah berdiri di samping pintu kamar miliknya.

"Sedang apa Sir Leon di sini?" gumam Chaiden bingung.

"Saya juga tidak tahu," jawab Ethan yang berada di belakangnya.

Sedangkan Leon yang melihat kedatangan Chaiden tampak langsung berjalan mendekat dan membungkukan badannya.

"Salam pangeran."

"Ada apa?" tanya Chaiden langsung.

"Mohon maaf Pangeran, yang mulia raja meminta saya untuk meminta anda segera menemuinya jika anda sudah pulang."

Chaiden terdiam sebentar. Mencoba menebak apa yang membuat sang ayah ingin menemuinya. Tapi sejauh dia mengingat, tidak ada hal penting yang harus dia bahas dengan ayahnya.

"Ethan kau bisa pergi. Aku harus menemui yang mulia terlebih dahulu. Kita akan bicara nanti!" ucap Chaiden akhirnya. Dia tadinya berniat berdiskusi dengan Ethan untuk rencana selanjutnya. Tapi sepertinya dia harus menunda hal itu.

"Baik pangeran." Dengan patuh langsung Ethan melangkah pergi dari sana.

"Mari pangeran, yang mulia raja sedang menunggu anda di ruang kerjanya."

Dengan enggan Chaiden mengikuti Leon yang berjalan menuju ruang kerja ayahnya. Dia tidak tahu apa yang akan dibicarakan ayahnya. Tapi apapun itu Chaiden selalu merasa malas jika berurusan dengan sang ayah.

Leon masuk lebih dulu ke dalam ruang kerja raja untuk memberitahukan kedatangan Chaiden saat mereka sampai. Tidak lama Leon kembali dan mempersilahkan Chaiden untuk masuk. Chaiden melihat ayahnya yang sibuk dengan tumpukan berkas di atas meja.

"Duduklah Chaiden, ayah akan selesai sebentar lagi."

Chaiden langsung menarik satu kursi di depan meja ayahnya dan duduk di sana. Ayahnya sedang menandatangani sebuah dokumen yang entah apa dan langsung menaruhnya di tumpukan berkas yang sudah dia periksa. Setelah beberapa saat perhatiannya fokus pada Chaiden.

Dominic menghela napas pelan sebelum berkata lembut, "Ayah tidak tahu kau dekat dengan keluarga Devonte."

Chaiden tidak bisa menahan kerutan di keningnya. Heran kenapa tiba-tiba ayahnya membahas tentang kedekatan dia dengan Devonte. Dia memang tidak dekat dengan keluarga dari Duke Devonte kecuali dengan Alesha beberapa hari ini.

OPPORTUNITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang