~ Bagian 39: Serangan Serigala ~

9.3K 804 156
                                    

Nggak nyangka masih ada yang setia menunggu cerita ini. Makasih buat kalian yang selalu setia. Padahal bisa dibilang tadinya mau aku unpublish aja cerita ini. Tapi mengingat masih ada yang setia sama cerita ini jadi aku pikir ulang lagi. Makasih yah gaesss ❤️❤️❤️
Tapi tolong tetap bersabar, karena aku jelas nggak bisa sering update 🙂🙂🙂🙂

_____

Dominic berdiri dari duduknya. Masih menatap Lazarus dengan tajam. Rasa kecewa dan marah bergemuruh dalam dadanya. Semua ucapan Lazarus benar-benar membuatnya murka. Bagaimana mungkin Lazarus bisa merendahkan Alesha sampai seperti itu.

Di sisi lain Lazarus terpaku di tempat. Pipinya berdenyut nyeri karena tamparan sang ayah. Sudut bibirnya pecah dan mengeluarkan darah.

"Kau bilang Alesha tidak pantas mendampingimu? Kau benar-benar berpikir seperti itu?" geram Dominic. "Lalu menurutmu siapa yang pantas? Gadis yang menjadi selingkuhanmu? Gadis rendahan yang tidak jelas asal usulnya itu?"

Gadis rendahan. Kata-kata penuh penghinaan yang dilakukan oleh ayahnya.

Lazarus sudah menduga ayahnya akan mencari tahu soal Mery. Tapi dia tidak menyangka akan secepat ini untuk ayahnya mengetahui tentang asal usul Mery yang tidak jelas dan bukan dari kalangan bangsawan.

"Kau menganggap Alesha tidak pantas menjadi pendampingmu karena dia tidak memiliki kemampuan sihir? Bukankah kau terlalu sombong? Apakah kau menganggap dirimu begitu tinggi dan sempurna karena gelar Putra Mahkota yang kau miliki?"

"Ayah, bukan begitu!" Lazarus menyangkal cepat.

"Lalu apa? Jelaskan pada Ayah apa maksud dari perkataanmu tadi?" tanya Dominic dengan nada tinggi.

Lazarus terdiam. Dia tahu apapun yang akan dia katakan tidak akan meredakan kemarahan ayahnya.

Dominic mendesah pelan. "Kau tidak bisa menjelaskannya, kan? Kali ini kau benar-benar membuat Ayah kecewa Lazarus. Mungkin Ayah harus kembali membujuk Chaiden agar dia bersedia menjadi kandidat sebagai pewaris tahta kedua dan bersaing denganmu!"

"Ayah!" Lazarus meraung tak terima. Hatinya terbakar amarah begitu sang ayah membawa-bawa nama adik tirinya.

"Kenapa? Kau tidak terima?" tanya Dominic dengan nada mencemooh. "Bukankah kau sadar dengan kemampuan yang dimiliki Chaiden dia berhak untuk mendapatkan posisi sebagai sainganmu untuk gelar Putra Mahkota."

Lazarus mendengus. "Sekarang aku mengerti. Memang itu yang ayah inginkan, kan?" tanya Lazarus kesal. "Dari dulu ayah memang ingin Chaiden yang menjadi Putra Mahkota bukan aku! Chaiden yang pandai berpedang, Chaiden yang memiliki kemampuan sihir yang bagus, Chaiden ini dan Chaiden itu."

Selalu begitu. Ayahnya tidak pernah puas dengan semua usaha yang dia lakukan. Gara-gara Chaiden, dia tidak pernah dianggap pantas menjadi penerus tahta oleh ayahnya. Padahal Lazarus tahu dialah yang lebih berhak daripada Chaiden! Jika dia tidak bekerja keras untuk diakui para bangsawan, dia tidak akan berada di posisi ini. Posisi yang memang seharusnya menjadi miliknya.

Dominic menatap Lazarus yang tengah diliputi kemarahan. Dia tidak pernah ingin menekan Lazarus. Dulu dia menawarkan posisi pewaris tahta kedua pada Chaiden karena tidak ingin Chaiden merasa dibuang dan tak diakui. Dia ingin kedua putranya bersaing secara sehat. Sekarang, dia ingin Chaiden menerima posisi itu sebagai bentuk hukuman pada Lazarus yang bersikap angkuh.

"Ayah tidak adil!" teriak Lazarus. "Hanya karena Chaiden lahir dari rahim wanita yang ayah cintai, ayah memberikan semua yang terbaik untuknya. Bahkan sesuatu yang bukan haknya!"

"Anggap saja Ayah memang ingin Chaiden yang menjadi penerus Ayah," kata Dominic lemah. "Tapi bukankah kau begitu sombong dan yakin dengan kemampuanmu? Jadi bukanlah hal sulit untuk mengalahkan Chaiden dan mempertahankan gelar Putra Mahkota yang kau sandang sekarang."

Dostali jste se na konec publikovaných kapitol.

⏰ Poslední aktualizace: Sep 30, 2023 ⏰

Přidej si tento příběh do své knihovny, abys byl/a informován/a o nových kapitolách!

OPPORTUNITYKde žijí příběhy. Začni objevovat