~ Bagian 26: Kemungkinan Selalu Ada ~

18.8K 3.1K 257
                                    

Akhirnya chapter ini bisa selesai juga. Setelah berhari-hari aku ngetik hapuuuuus ngetik hapuuuuus part ini bisa selesai hari ini. Sorry buat yang udah nunggu lama, dari pada aku cuma asal update tapi nggak sreg di hati. 🙈

Makasih buat yang udah vote dan komen di part sebelumnya. Seneng masih ada yang nungguin cerita ini. Apalagi yang spam komen sambil ngitungin komennya udah berapa. Thanks yahhhh. 😘

Part ini selesai ketik langsung aku upload. Nggak sempet aku cek lagi, banyak typo harap maklum yesssss 😆

Aku belum sepet balesin komen. Tapi insyaallah entar malem. Jadiiii buat part ini aku samain sama part sebelumnya 200 komen yah. 😁

_____

Alesha segera membereskan barang-barang miliknya dan berdiri saat madam Elois menutup kelas penyembuhan dasar hari itu. Dia mulai berjalan keluar dan mencoba mengabaikan keberadaan Chaiden dibelakangnya.

"Kau terlihat sangat buru-buru," komentar Chaiden saat melihat langkah Alesha yang begitu cepat. "Apakah ada yang salah?"

Mata Alesha terpejam sebentar. Dia pikir Chaiden akan menghabiskan waktu di taman belakang gedung akademi seperti biasa. Tapi sampai saat ini laki-laki itu masih mengikutinya. Untuk sekarang dia merasa hatinya tidak aman. Kedekatannya dengan Chaiden membuat dia takut. Dia butuh memberi jarak dengan laki-laki itu. Tidak berarti dia akan memutuskan pertemanan di antara mereka. Hanya untuk beberapa waktu dia tidak ingin terlalu sering berinteraksi dengan Chaiden dan membuatnya melewati batasan pertemanan di antara mereka.

"Kafetaria selalu ramai jika waktu makan siang. Aku harus cepat, kan?"

"Bukan karena ingin menghindariku?" Chaiden balik bertanya.

Langkah Alesha terhenti. Dia berbalik dan melihat Chaiden yang juga berhenti melangkah tepat di belakangnya. "Kenapa kau bertanya seperti itu?"

Chaiden mengedikkan bahu. "Dari tadi kau bertindak seolah tidak ingin berdekatan denganku."

Alesha tidak menyangka bahwa Chaiden akan menyadari hal itu dengan cepat. Mungkin tingkahnya terlalu kentara.

"Aku...hanya tidak nyaman karena kau terus menggodaku," kata Alesha akhirnya.

"Kenapa?"

Untuk beberapa saat Alesha terdiam. Tentu saja dia tidak bisa mengatakan alasan yang sebenarnya. Dia tidak mungkin mengatakan bahwa dia tidak nyaman karena takut tidak bisa menghilangkan rasa tertariknya pada Chaiden. "Jika ada orang yang mendengar apa yang kau katakan padaku tadi, mereka akan salah paham dan berpikir hubungan kita lebih dari sekedar teman."

"Apakah itu sesuatu yang buruk?"

Alesha mengerjapkan matanya bingung. Sepertinya Chaiden tidak mengerti apa yang sedang dia jelaskan. Apakah itu sesuatu yang buruk? Tentu saja. Selain Alesha takut tidak bisa menghilangkan perasaannya pada Chaiden, dia juga takut akan ada rumor buruk tentang Chaiden karena dirinya. Dia takut hal itu akan membuat laki-laki itu tidak nyaman dan memutus pertemanan mereka.

"Itu akan membuat reputasimu menjadi buruk." Alesha kembali menjelaskan.

"Aku pernah bilang jika aku tidak peduli tentang pendapat orang lain padaku," ucap Chaiden tenang. Dia menatap Alesha dengan raut wajah serius. Tidak ada seringai jahil di bibirnya. "Atau sebenarnya kau takut Lazarus akan salah paham? Kau masih berharap kembali padanya?" lanjutnya bertanya dengan suara datar terkesan dingin.

Alesha mengerutkan kening bingung karena Chaiden tiba-tiba membawa nama Lazarus dalam percakapan mereka. "Tentu saja tidak!" bantah Alesha. Kenapa juga dia harus takut Lazarus salah paham padanya. Laki-laki itu sudah sering salah paham dengan apapun yang dia lakukan dan Alesha tidak peduli lagi.

OPPORTUNITYWhere stories live. Discover now